Tahun 2022 ini adalah tahun akhir pengabdian Nova Iriansyah sebagai Gubernur Aceh. Masa jabatannya akan berakhir tepat di tanggal 5 Juli 2022. Sedangkan pilkada baru akan digelar 2024 nanti. Pemerintah telah berkomitmen untuk menyelenggarakan pilkada serentak di tahun 2024 itu sesuai dengan amanat UU No. 10 tahun 2016 tentang Pilkada. Ada masa jeda yang cukup lama yaitu 2 tahun yang perlu diisi oleh pejabat pelaksana atau plt (pelaksana tugas). Pengangkatan PLT adalah wewenang penuh Presiden selaku atasan Gubernur secara administrasi negara.
Biasanya sudah menjadi preseden presiden menunjuk pejabat eselon 1 di tingkat pusat untuk menduduki jabatan PLT Gubernur. Seperti beberapa tokoh Eddy Sabara di zaman Orba. Kemudian Mustafa Abubakar juga Tarmizi A. Karim kalau mau disebut beberapa nama yang berbau Aceh. Tarmizi A. Karim bahkan pernah pula ditunjuk menjadi pejabat gubernur di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Namun untuk kali ini penunjukan PLT atau pejabat gubernur akan menjadi sejarah besar karena keunikannya. Mengapa unik?
Karena ada sebanyak 170 pejabat kepala daerah di seluruh Indonesia yang harus ditunjuk oleh pemerintah sepanjang tahun 2022 dan 2023. Dan ada 7 posisi pejabat gubernur yang harus diisi jabatannya di tahun 2022 ini saja. Sehingga dikhawatirkan ada beberapa kendala kekurangan sosok di level pusat yang pantas untuk ditunjuk sebagai plt. Untuk itu kandidat yang berasal dari level lokal patut dipertimbangkan.
Untuk plt gubernur aceh, siapa yang paling layak untuk diusulkan? Tulisan ini tidak membahas beberapa nama. Namun hanya mengusulkan satu nama dan membahas apa saja alasan utama sehingga sosok ini layak untuk menjabat plt gubernur.
Ada satu nama yang santer disebut-sebut, nama itu adalah Profesor Samsul Rizal. Mantan rektor Unsyiah alias USK. USK singkatan baru untuk Universitas Syiah Kuala, universitas kebanggaan rakyat Aceh. Jantong hate rakyat Aceh. Ya beliau baru saja selesai masa baktinya di akhir Februari 2022 lalu. Masa bakti yang cukup lama sampai 2 periode menjabat rektor Unsyiah. Beliau sudah menorehkan prestasi dalam karir kerektorannya. Begitu banyak perubahan dan pencapaian yang diraih oleh USK selama periode kepemimpinan beliau.
Yang paling kentara adalah ketika beliau berhasil membawa nilai akreditasi USK dari C menjadi melompat mendapat nilai A. Suatu pencapaian yang tidak pernah dilakukan oleh universitas mana pun di Indonesia. Artinya strategi yang beliau jalankan begitu ampuh dan tepat sasaran. Jeli melihat peluang peningkatan prestasi. Artinya beliau mempelajari point-point apa yang menjadi pertimbangan penilaian juri BAN dan segera melakukan pembenahan.
Dari beberapa sumber referensi diperoleh info tentang beberapa lagi pencapaian strategik yang beliau lakukan. Secara kelembagaan beliau berambisi mengubah status USK dari sekedar satker menjadi BLU, Badan Layanan Umum. Yang perbedaannya adalah BLU dapat memberi keleluasaan dalam berotonomi. Ujung-ujungnya menuju ke peningkatan kesejahteraan staf dosen dan pegawai.
Terakhir adalah target beliau yang ingin menjadikan Unsyiah naik status menjadi PTN-BH yang artinya setara dengan universitas besar di Jawa sekarang. Dengan status PTN-BH Unsyiah dapat lebih leluasa dalam berotonomi, mengelola keuangan secara lebih merdeka. Dan status PTN-BH sudah sedikit lagi sampai pada penandatangan PP oleh Presiden.
Suasana akademik terus digalakkan dengan berbagai strategi yang inovatif. Beliau juga menargetkan peningkatan jumlah profesor di setiap fakultas dan program studi. Beliau mendorong dosen-dosen yang berpotensi dan berprestasi untuk bersegera meraih jenjang profesor. Dibentuk semacam tim di level fakultas yang memantau dan mendata dosen potensial untuk meraih gelar profesor. Karena ada persyaratan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang dosen untuk layak mendapat gelar profesor.
Taget beliau tahun 2021 setidaknya USK sudah memiliki 100 orang profesor. Dan itu telah tercapai sepenuhnya. Kita dapat saksikan melalui pemberitaan di koran lokal Serambi Indonesia begitu kerapnya berita pelantikan profesor baru di USK.
Profesor Samsul Rizal merupakan pejabat lokal rasa nasional bahkan internasional. Beliau paham persoalan Aceh dan pasti punya strategi dan ramuan khusus bagaimana memajukan daerahnya. Kapasitasnya sebagai rektor universitas nasional di Aceh telah menggembleng jiwa nasionalisme sehingga loyalitas kepada negara tidak perlu diragukan lagi. Sebagai seorang profesor beliau tetap melakukan aktifitas penelitian akademik dan menjalin kerjasama internasional dengan sejawat di luar negeri. Ini dibuktikan dengan publikasi ilmiah di jurnal internasional yang terus meningkat dan nilai h-indeks yang cukup tinggi. Silahkan search nama 'Samsul Rizal' di Google Scholar atau Scopus. Secara akademik Prof Samsul Rizal telah menunjukkan keberhasilan prestasinya.
Dan sebagai Rektor, beliau sukses besar dalam memimpin manajemen USK.
Kini saatnya beliau diberi kesempatan untuk melakukan hal yang lebih baik untuk level yang lebih tinggi lagi. Peluang itu ada di jabatan PLT Gubernur Aceh.
Sudah sepatutnya presiden mendengar aspirasi dari kalangan daerah, bahwa ada calon kuat dari daerah Aceh sendiri yang layak untuk menduduki posisi plt gubernur aceh. Waktu 2 tahun masa kerja cukup lama untuk seorang pejabat publik yang mengurusi hajat hidup masyarakat Aceh ini. Sehingga presiden tidak boleh salah pilih yang dapat merugikan masyarakat Aceh sampai 2 tahun ke depan.
Dengan rekam jejak manajemen yang sukses dari seorang Samsul Rizal sungguh sangat pantas jika beliau diganjar dengan memberi kepercayaan kepada beliau sebuah tugas baru sebagai plt gubernur Aceh.***
Banda Aceh, 31 Mei 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H