Mohon tunggu...
Dandi amar rizky
Dandi amar rizky Mohon Tunggu... Administrasi - Mahasiswa

Belajar nulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Conflict Interest Mahasiswa Milenial dalam Menyikapi Demokrasi Kampus

8 Juni 2020   18:37 Diperbarui: 8 Juni 2020   18:34 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh : Dandi Amar

Ketika zaman serba modern, segala hal dapat terjadi dalam satu sentuhan --bahkan pikiran. Layaknya kehidupan yang digambarkan oleh teks suci tentang surge. Ya... kehidupan yang serba mudah, cepat, dan mampu menuruti apapun keinginan kita.

Kita dapat menghayalkan makanan datang ke rumah kita, mengetuk pintu, dan terjasaji ketika hangat. Atau bertemu dengan orang yang berjarak dengan kita, dapat bertatap muka tanpa kehilangan esensi komunikasi. Atau bahkan, kita dapat mengumpat secara daring, yang dapat didengar oleh siapapun, entah orang, hewan, bahkan setan. Karena belakangan setan mulai memakai gawai untuk menunjukkan kehadirannya kepada kita. "katanya sejak ada internet, manusia mulai meninggalkan setan, sudah tidak takut lagi!"

Umpatan online, itulah yang saya dapatkan hari ini. Dan ironisnya dilakukan oleh publik figure, seorang pejabat fungsional di kampus, sekaligus juga anggota organisasi bercorak Islam.

Alih-alih menunjukkan kader yang penuh kasih sayang, sopan santun, dan contoh yang baik menurut Islam yang diajarkan Rasul, mereka malah mengumpat saya tanpa jeda. Andaikan umpatan itu dapat dimaterialkan, sudah barang tentu muka saya akan penuh dengan ludah. Pokoknya sangat tidak mencerminkan sifat-sifat Islamnya. 

Padahal mahasiswa yang akan terus menjunjung tinggi keterbukaan dan transparansi dalam melaksanakan pemerintahan agar lebih mensejahterakan rakyatnya dan meminimalisir tingkat penyelewengan di tingkat aparatur negara. Bagaiamana jika nanti kalian jadi pejabat negara ? 

Jadi mahasiswa saja sudah seperti ini kelakuan kalian, dengan embel-embel bendera organisasi Islam kalian sama sekali tidak mencerminkan nilai-nilai Islam. Apa memang label organisasi Islam-mu ini hanya sebuah garis penghubung untuk menjadi oligarki? Sangat ironis sekali.

Mahasiswa, sebuah gelar baru yang hingga saat ini "dibanggakan" oleh sebagian besar masyarakat. Realitas dan dinamika mahasiswa milenial di kampus seakan-akan lupa dengan kewajiban mereka layaknya sebagai mahasiswa seperti apa serta menjadi penghianat sebagai mahasiswa idealis. Kampus yang dimodifikasi sebagai ladang pikiran baru, di mana tempat pikiran di goreng seperti nasi goreng mawut. 

Di era sekarang ini berubah menjadi tempat prasarana kocar-kacir pikiran, dari sini saya teringat sedikit ucapan bapak Rocky Gerung terkait "akal sehat" yang bikin greget di pikiran saya. 

Dalam artian greget dimana kondisi kampus sekarang digunakan sebagai prasarana gila pada kekuasaan dan digunakan sebagai alat eksistensi di moment yang tidak tepat, berkedok atas nama kemanusiaan demi kepentingan suatu kelompok.

PAYAH SEKALI SAHABAT !!!

Sungguh buruk sekali, otak mahasiswa milenial biasa dibersihkan dengan sabun cuci ya ?  iya saya tau ada himbauan dari pemerintah sering-sering cuci, tapi tangannya yang dicuci bukan otaknya di cuci pake sabun, melainkan otak itu dicuci dengan argumen.

PARAH KALIAN !!!

Kayak-kayaknya ini perlu diberlakukan apa yang pernah di katakan Rangga Sasana petinggi Sunda Empire "semua negara harus daftar ulang" dengan ini menyesuaikan dinamika yang ada maka bukan negara yang harus di daftar ulang melainkan akal pikiran kalian yang harus di daftar ulang, di reset kembali agar akal pikiran kalian kembali sehat. 

Karena akal yang sehat itu inti dari demokrasi. Yang mana demokrasi itu pemerintahan orang tapi setelah akal kalian sehat maka demokrasi itu menjadi pemerintahan akal melalui pemerintahan orang !!!

Kejanggalan yang terjadi saat ini sudah sangat menunjukan bahwa fungsi kampus telah ditelanjangi oleh pelecehan yang menjauhkan dari pusat produksi kaum intelektual. 

Seharusnya kampus ini di kembangkan dengan kritisan kaum-kaum intelektual sehingga memunculkan solusi terbaik untuk kampus tercinta, bukan seola-ola peduli dengan kejanggalan pada kebijakan kampus di moment pandemic covid-19 seperti ini, dengan mengatasnamakan kemanusiaan tapi dimanfaatkan untuk kepentingan kelompok tertentu. Sungguh "KAPITALIS". 

Sungguh ketika politik jadi panglima di depan apapun bakal dilakukan maka kampus pun penuh dengan lobi-lobi politik dan manuver kekuasaan, ketika politik jadi pemimpin maka sesuatu dari kampus selalu direbutkan. Ketika politik selalu di depan maka milenial pun ingin jadi oligarki mempengaruhi jabatan, ketika politik menjadi pemegang kekuatan membuat kampus bergerak terbatas menjadi penekan.

Kampus sudah saatnya dikembalikan fungsinya jangan di tunggangi oleh kepentingan politik, kita kembalikan untuk merekomendasikan gagasan-gagasan dan langkah intelektual. Disini kampus yang di huni oleh kaum intelektual sangat berkontribusi pada umat dan bangsa. Tapi reproduksi akal sehat, lewat kampus seakan bisa terhenti ketika kekuasaan telah menghegemoni dan memperalat demi melegitimasi kepentingan sesaat.

Dalam dinamika yang dewasa ini mahasiswa sebagai kaum intelektual yang unggul terdidik kritis yang memilik bekal pemikiran segunung untuk menjadi garisan terdepan dalam sebuah dinamika baru. 

Realitas kehidupan mahasiswa saat ini sedang tidak baik-baik saja, memang dunia sedang tidak baik-baik saja dengan adanya pandemi covid-19 ini. Tapi akal sehat kalian juga jangan ikut tidak baik-baik saja sahabat. Sungguh, label kemanusiaan dimanfaatkan untuk kepentingan suatu kelompok dan hasilnya mahasiswa dipaksa untuk mengetahui bahwa kau telah berhasil mendorong kampus memberikan kebijakan yang terbaik untuk mahasiswa. 

Agar apa ? agar kalian dipandang hebat di mata mahasiswa ? dengan alih-alih menelanjangi satu atau banyak golongan, seolah-olah kalian berhasil begitu ? tidak seperti itu caranya guys. Sungguh kejam.

Demokrasi seperti ini sudah sangat merusak. Kalau memang kalian mengatasnamakan kemanusiaan demi kebaikan, kalian harusnya lebih banyak berpikir dan melakukan gerakan atas nama manusia serta peduli sampai ke akar. Bukan malah mikir persaingan, dengan menjatuhkan salah satu bahkan salah banyak pihak, siapa yang lebih baik antara kelompok satu dengan kelompok lainnya agar bisa mendapat nilai lebih di pandangan mahasiswa.

BUKAN SEPERTI ITU GUYS !!!!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun