pembelajaran yang sama di tengah keberagaman dan keunikan setiap peserta didik di kelasnya? Di hadapan kelas yang heterogen, para pendidik ditantang untuk menyeimbangkan target kurikulum dengan kebutuhan peserta didik. Walaupun kurikulum memiliki target untuk mencapai capaian pembelajaran, jalan menuju capaian tersebut tidak selalu sama. Keragaman---baik dari segi kemampuan, gaya belajar, minat, budaya, maupun latar belakang sosial-ekonomi---membutuhkan pendekatan  dan strategi yang adaptif dan inklusif sehingga pentingnya memenuhi target kurikulum sembari mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik yang memiliki karakteristik, gaya belajar, dan potensi yang berbeda.
Bagaimana seorang guru bisa mencapai tujuanIsu Terkini dalam Dunia Pendidikan
Di Indonesia, misalnya, masih terdapat perbedaan yang signifikan antara peserta didik dari perkotaan dan pedesaan dalam hal akses pendidikan dan sumber daya belajar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase anak tidak sekolah (ATS) pada kelompok usia 16-18 tahun di perdesaan mencapai 27,81% sepanjang tahun lalu (Katadata, 2021). Persentase itu lebih tinggi dibandingkan di perkotaan yang mencapai 18,11%. Selain itu, data menunjukkan bahwa lebih dari 20% peserta didik di Indonesia mengalami kesulitan belajar yang dapat dikaitkan dengan faktor-faktor eksternal seperti kesenjangan sosial ekonomi dan keterbatasan akses teknologi (Kemdikbud, 2023). Hal ini menimbulkan tantangan besar bagi para guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang adil dan inklusif.
Di sisi lain, tekanan terhadap pencapaian target kurikulum semakin meningkat. Guru diminta untuk memastikan semua peserta didik mencapai kompetensi tertentu dalam waktu yang terbatas. Dalam beberapa kasus, penilaian hasil belajar peserta didik bahkan menjadi acuan untuk mengevaluasi efektivitas sekolah dan guru. Hal ini menambah beban guru untuk memenuhi target kurikulum di kelas yang heterogen di mana mereka dihadapkan pada tantangan bagaimana memenuhi kebutuhan peserta didik yang sangat berbeda. Belum lagi masih ditemukan guru yang sudah terbiasa dan sejak lama melakukan suatu proses pembelajaran satu arah dan hanya berpusat pada guru (teacher centered) serta masih menerapkan sistem pembelajaran yang menganggap semua peserta didik adalah sama tanpa melihat keberagaman peserta didik (Yani, 2023:15).
Data dari PISA 2018 juga menunjukkan bahwa Indonesia berada di bawah rata-rata dalam literasi membaca, matematika, dan sains. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk perbaikan metode pengajaran agar dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik di tengah keragaman peserta didik. Pendidikan terkini yang dirancang dalam Kurikulum Merdeka juga mulai menekankan pentingnya pengajaran yang fleksibel dan tanggap budaya untuk meningkatkan relevansi kurikulum dengan kebutuhan individu peserta didik. Dengan demikian, adaptasi pengajaran di kelas yang heterogen menjadi hal yang makin penting.
Pandangan tentang Keragaman Peserta Didik dan Pemenuhan Target Kurikulum
Meskipun sering dianggap sebagai tantangan, keragaman peserta didik sebenarnya adalah aset yang dapat memperkaya proses pembelajaran di dalam kelas. Ketika guru melihat perbedaan individu sebagai aset yang berharga, mereka dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan inklusif. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara menyebutkan bahwa pendidikan sebaiknya "memerdekakan," yaitu membebaskan peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka masing-masing sesuai dengan kodratnya. Teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget dan Vygotsky menyarankan bahwa peserta didik akan belajar lebih efektif ketika mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan lingkungan mereka. Pendekatan ini memperkuat pandangan bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan elemen yang mendukung pembelajaran.
Untuk menjawab kebutuhan peserta didik yang beragam, pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi yang tepat. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat menyusun strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan, minat, dan gaya belajar setiap peserta didik. Pembelajaran diferensiasi merupakan kerangka pembelajaran yang  memperhitungkan perbedaan  di antara  setiap  peserta  didik  dalam menciptakan  kesempatan  belajar  yang  sama (Tomlinson & Imbeau, 2010). Melalui pembelajaran  diferensiasi,  guru  berupaya untuk mengakomodasi semua perbedaan di antara peserta didik dalam hal latar   belakang pengetahuan, kemampuan belajar, budaya, gaya belajar, dan minat. Pendekatan berdiferensiasi dapat membantu meningkatkan motivasi belajar peserta didik karena mereka merasa kebutuhan mereka dihargai. Dalam hal ini, peran guru sebagai fasilitator menjadi sangat penting karena guru perlu mengenal peserta didik secara mendalam agar mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi semua peserta didik.
Fleksibilitas dalam menerapkan kurikulum juga menjadi kunci utama untuk mengakomodasi keberagaman. Fleksibilitas ini dapat berupa penggunaan metode pengajaran yang bervariasi, pemberian tugas yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, hingga penggunaan penilaian yang bersifat formatif dan diagnostik untuk memahami kebutuhan spesifik peserta didik. Dengan cara ini, kurikulum dapat menjadi alat yang memberdayakan setiap peserta didik alih-alih hanya menjadi sekadar target yang harus dicapai.
Strategi untuk Memenuhi Target Kurikulum di Kelas Heterogen
Untuk mencapai target kurikulum di kelas yang heterogen, penting bagi guru untuk mengenal karakteristik dan kebutuhan masing-masing peserta didik. Langkah ini dapat dilakukan melalui asesmen awal atau diagnostik pada permulaan pembelajaran yang tidak hanya mengevaluasi kemampuan kognitif peserta didik, tetapi juga kebutuhan dan preferensi belajar mereka. Dengan memahami preferensi belajar dan latar belakang peserta didik, guru dapat merancang metode pengajaran yang lebih efektif.
Penggunaan berbagai metode pembelajaran dapat membantu memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki gaya belajar berbeda. Misalnya, untuk peserta didik yang lebih dominan pada kemampuan visual, penggunaan alat bantu seperti gambar, video, dan mind mapping bisa lebih efektif. Sementara itu, peserta didik yang memiliki kecerdasan kinestetik dapat belajar melalui aktivitas yang melibatkan gerakan atau eksperimen langsung. Pemanfaatan teknologi juga menjadi salah satu strategi yang bisa membantu guru dalam mengakomodasi perbedaan di dalam kelas. Berbagai aplikasi pembelajaran, seperti Kahoot, Quiziz, atau Google Classroom, memungkinkan peserta didik untuk belajar dengan cara yang lebih interaktif dan sesuai dengan kemampuan mereka. Penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat membantu meningkatkan motivasi dan partisipasi peserta didik, terutama bagi mereka yang mengalami hambatan dalam pembelajaran konvensional.
Kolaborasi dengan orang tua juga sangat penting untuk mendukung keberhasilan pembelajaran peserta didik di kelas yang heterogen. Ketika orang tua terlibat dalam proses pembelajaran, peserta didik cenderung memiliki motivasi belajar yang lebih tinggi. Komunikasi antara guru dan orang tua dapat membantu guru memahami kondisi sosial-ekonomi atau faktor-faktor lingkungan yang memengaruhi pembelajaran peserta didik sehingga mereka dapat membuat penyesuaian yang sesuai di dalam kelas.
Dalam upaya memenuhi target kurikulum di kelas yang heterogen, guru perlu mengadopsi pendekatan yang berdiferensiasi dan fleksibel. Dari mengenal kebutuhan masing-masing peserta didik hingga menggunakan berbagai metode pengajaran dan teknologi, serta melibatkan orang tua, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan memberdayakan. Tantangan yang dihadapi tidak mudah, tetapi dengan memandang keragaman sebagai kekayaan, guru dapat menciptakan suasana belajar yang mendukung setiap peserta didik untuk berkembang secara optimal. Mari bersama-sama menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, di mana semua peserta didik memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi maksimal mereka.
Daftar Rujukan
Badan Pusat Statistik Indonesia. 2023. "Statistik Pendidikan 2023". https://www.bps.go.id/id/publication/2023/11/24/54557f7c1bd32f187f3cdab5/statistik-pendidikan-2023.html (diakses pada 30 Oktober 2024).
Kusnandar, Viva Budy. 2021. "Kesempatan Anak Bersekolah di Perdesaan Lebih Rendah Dibanding Perkotaan". Katadata, 23 Juli. https://databoks.katadata.co.id/-/statistik/9fe728fdfa37493/kesempatan-anak-bersekolah-di-perdesaan-lebih-rendah-dibandingkan-perkotaan
Pusat Penelitian Kebijakan. 2021. "Meningkatkan Kemampuan Literasi Dasar Siswa Berdasarkan Analisis Data PISA 2018". Risalah Kebijakan No. 3, April 2021. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.
Tomlinson, C. A., & Imbeau, M.B. 2010. Leading and Managing a Differentiated Classroom. Alexandria, VA USA: ASCD.
Yani, Dina Reski dan Rahmi Susanti. 2023. "Keberagaman Peserta Didik dalam Pemenuhan Target Kurikulum Melalui Pembelajaran Berdiferensiasi". Guruku: Jurnal Pendidikan Profesi Guru, 2 (1), 13-24.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI