Mohon tunggu...
Dandi Hermawan
Dandi Hermawan Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Satu Tujuan, Berbagai Jalan: Memenuhi Target Kurikulum di Kelas yang Heterogen

7 November 2024   21:48 Diperbarui: 7 November 2024   22:02 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi

Bagaimana seorang guru bisa mencapai tujuan pembelajaran yang sama di tengah keberagaman dan keunikan setiap peserta didik di kelasnya? Di hadapan kelas yang heterogen, para pendidik ditantang untuk menyeimbangkan target kurikulum dengan kebutuhan peserta didik. Walaupun kurikulum memiliki target untuk mencapai capaian pembelajaran, jalan menuju capaian tersebut tidak selalu sama. Keragaman---baik dari segi kemampuan, gaya belajar, minat, budaya, maupun latar belakang sosial-ekonomi---membutuhkan pendekatan  dan strategi yang adaptif dan inklusif sehingga pentingnya memenuhi target kurikulum sembari mengakomodasi kebutuhan setiap peserta didik yang memiliki karakteristik, gaya belajar, dan potensi yang berbeda.

Isu Terkini dalam Dunia Pendidikan

Di Indonesia, misalnya, masih terdapat perbedaan yang signifikan antara peserta didik dari perkotaan dan pedesaan dalam hal akses pendidikan dan sumber daya belajar. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), persentase anak tidak sekolah (ATS) pada kelompok usia 16-18 tahun di perdesaan mencapai 27,81% sepanjang tahun lalu (Katadata, 2021). Persentase itu lebih tinggi dibandingkan di perkotaan yang mencapai 18,11%. Selain itu, data menunjukkan bahwa lebih dari 20% peserta didik di Indonesia mengalami kesulitan belajar yang dapat dikaitkan dengan faktor-faktor eksternal seperti kesenjangan sosial ekonomi dan keterbatasan akses teknologi (Kemdikbud, 2023). Hal ini menimbulkan tantangan besar bagi para guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang adil dan inklusif.

Di sisi lain, tekanan terhadap pencapaian target kurikulum semakin meningkat. Guru diminta untuk memastikan semua peserta didik mencapai kompetensi tertentu dalam waktu yang terbatas. Dalam beberapa kasus, penilaian hasil belajar peserta didik bahkan menjadi acuan untuk mengevaluasi efektivitas sekolah dan guru. Hal ini menambah beban guru untuk memenuhi target kurikulum di kelas yang heterogen di mana mereka dihadapkan pada tantangan bagaimana memenuhi kebutuhan peserta didik yang sangat berbeda. Belum lagi masih ditemukan guru yang sudah terbiasa dan sejak lama melakukan suatu proses pembelajaran satu arah dan hanya berpusat pada guru (teacher centered) serta masih menerapkan sistem pembelajaran yang menganggap semua peserta didik adalah sama tanpa melihat keberagaman peserta didik (Yani, 2023:15).

Data dari PISA 2018 juga menunjukkan bahwa Indonesia berada di bawah rata-rata dalam literasi membaca, matematika, dan sains. Hal ini mencerminkan kebutuhan untuk perbaikan metode pengajaran agar dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik di tengah keragaman peserta didik. Pendidikan terkini yang dirancang dalam Kurikulum Merdeka juga mulai menekankan pentingnya pengajaran yang fleksibel dan tanggap budaya untuk meningkatkan relevansi kurikulum dengan kebutuhan individu peserta didik. Dengan demikian, adaptasi pengajaran di kelas yang heterogen menjadi hal yang makin penting.

Pandangan tentang Keragaman Peserta Didik dan Pemenuhan Target Kurikulum

Meskipun sering dianggap sebagai tantangan, keragaman peserta didik sebenarnya adalah aset yang dapat memperkaya proses pembelajaran di dalam kelas. Ketika guru melihat perbedaan individu sebagai aset yang berharga, mereka dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih dinamis dan inklusif. Pemikiran Ki Hadjar Dewantara menyebutkan bahwa pendidikan sebaiknya "memerdekakan," yaitu membebaskan peserta didik untuk mengembangkan potensi mereka masing-masing sesuai dengan kodratnya. Teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Piaget dan Vygotsky menyarankan bahwa peserta didik akan belajar lebih efektif ketika mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri berdasarkan pengalaman dan lingkungan mereka. Pendekatan ini memperkuat pandangan bahwa keberagaman bukanlah penghalang, melainkan elemen yang mendukung pembelajaran.

Untuk menjawab kebutuhan peserta didik yang beragam, pembelajaran berdiferensiasi menjadi solusi yang tepat. Dengan pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat menyusun strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan, minat, dan gaya belajar setiap peserta didik. Pembelajaran diferensiasi merupakan kerangka pembelajaran yang  memperhitungkan perbedaan  di antara  setiap  peserta  didik  dalam menciptakan   kesempatan   belajar   yang   sama (Tomlinson & Imbeau, 2010). Melalui pembelajaran  diferensiasi,  guru  berupaya untuk mengakomodasi semua perbedaan di antara peserta didik dalam hal latar    belakang pengetahuan, kemampuan belajar, budaya, gaya belajar, dan minat. Pendekatan berdiferensiasi dapat membantu meningkatkan motivasi belajar peserta didik karena mereka merasa kebutuhan mereka dihargai. Dalam hal ini, peran guru sebagai fasilitator menjadi sangat penting karena guru perlu mengenal peserta didik secara mendalam agar mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman bagi semua peserta didik.

Fleksibilitas dalam menerapkan kurikulum juga menjadi kunci utama untuk mengakomodasi keberagaman. Fleksibilitas ini dapat berupa penggunaan metode pengajaran yang bervariasi, pemberian tugas yang sesuai dengan kemampuan peserta didik, hingga penggunaan penilaian yang bersifat formatif dan diagnostik untuk memahami kebutuhan spesifik peserta didik. Dengan cara ini, kurikulum dapat menjadi alat yang memberdayakan setiap peserta didik alih-alih hanya menjadi sekadar target yang harus dicapai.

Strategi untuk Memenuhi Target Kurikulum di Kelas Heterogen

Untuk mencapai target kurikulum di kelas yang heterogen, penting bagi guru untuk mengenal karakteristik dan kebutuhan masing-masing peserta didik. Langkah ini dapat dilakukan melalui asesmen awal atau diagnostik pada permulaan pembelajaran yang tidak hanya mengevaluasi kemampuan kognitif peserta didik, tetapi juga kebutuhan dan preferensi belajar mereka. Dengan memahami preferensi belajar dan latar belakang peserta didik, guru dapat merancang metode pengajaran yang lebih efektif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun