Saya rasa zaman sekarang tepatnya di era digital di mana semua serba cepat sehingga media sosial bisa dijadikan landscape berkomunikasi politik secara luas dan juga mendalam. Para politisi juga partai politik tidak pernah lagi bergantung pada media konvensional Contohnya seperti koran, majalah, radio maupun televisi untuk menyampaikan kampanye dan juga pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan.
Karena sekarang sudah Tersedianya platform platform media sosial yang marak digunakan oleh semua orang, platform ini diantaranya yaitu seperti Tik Tok,Twitter, Instagram,Facebook maupun media sosial lainnya. Yang di mana media sosial ini di gunakan untuk mencari ruang dalam membangun citra para politisi dan orang politik dalam menyampaikan gagasan bahkan juga memobilisasi dukungan.
Namun dibalik semua kelebihan dari media sosial ini muncul pertanyaan-pertanyaan besar di kalangan masyarakat, diantaranya yaitu Apakah pencitraan ini yang di mana menggunakan media sosial benar-benar mendekatkan politik kepada rakyat atau justru ini akan menjadi sebuah alat yang memperburuk polarisasi di kalangan masyarakat dalam berpolitik khususnya di Indonesia.
Nah Adapun beberapa teknik yang digunakan para politisi untuk melakukan pencitraan politik di era media sosial ini sungguh sangat beragam politisi yang seringkali terlihat membangun Pesona yang ideal kepada para masyarakat, memberikan sebuah penampakan diri menjadi sosok yang seakan-akan dekat dan rapat dengan para masyarakat, dan para politisi berandai atau berpura-pura menjadi peduli dengan media sosial, serta para politisi ingin dilihat atau dipandang sebagai orang yang memiliki integritas yang tinggi.Â
Memangnya Apa yang dilakukan oleh para politisi untuk membangun citra mereka di era digital dengan media sosial ini? Banyak dari sebagian para politisi itu menggunakan metode mengunggah foto dan video yang terakurasi dengan cermat yang di mana mereka berusaha untuk menyuguhkan diri kepada para masyarakat dengan menciptakan kesan bahwa kehidupan mereka itu adalah suatu nilai-nilai yang sama dianut oleh mayoritas masyarakat, sehingga masyarakat menganggap bahwa politisi tersebut berpihak pada rakyat. Dibantu dengan teknik-teknik pengambilan sudut yang tepat yang di mana itu juga menjadi sebuah bagian integral dan strategi pada pencitraan mereka lakukan.
Dan Selain itu para politisi ini juga memanfaatkan fitur interaktif pada media sosial dalam membangun sebuah hubungan yang dirasa lebih personal dengan para pengikut-pengikutnya, bisa melalui tanggapan komentar teknik repost atau bahkan mengadakan sesi tanya jawab langsung kepada para pengikutnya untuk membangun sebuah hubungan pendekatan. Dan mereka juga sering membagikan atau men-share kegiatan-kegiatan kehidupan atau momen-momen yang mereka lakukan sehari-hari, dengan tujuan mereka dapat memberikan ilusi bahwa mereka mereka itu adalah teman ataupun anggota keluarga dari para pengikut di media sosial. Dengan mereka yang membagikan momen-momen sehari-hari itu memberi Citra bahwasanya mereka ini bukan hanya sekedar tokoh publik ataupun politisi yang jauh dari jangkauan masyarakat.
Namun dibalik dari pesona pencitraan para manusia politik di media sosial pastinya menimbulkan beberapa permasalahan yang sangat perlu diperhatikan dari mereka, di antaranya yaitu banyaknya konten-konten yang bersifat manipulatif yang berpotensi memanipulasi informasi. dan juga pastinya akan banyak sekali informasi-informasi bohong serta ujaran-ujaran yang bersifat kebencian dan kampanye hitam yang di mana akan sangat mudah menyebar melalui platform media sosial tersebut sehingga pabrik akan dibuat bingung dan sulit ketika mereka ingin mendapatkan sebuah informasi yang fakta juga akurat, dan Selain itu para politisi yang menciptakan pencitraan politik yang berlebihan justru dapat memberikan jarak antara politisi dengan masyarakat, karena seringkali Citra per politik ini disajikan tidak sesuai dengan apa yang sebenarnya.
Pencitraan politik di era sekarang di era digital yang menggunakan media sosial juga dapat berpotensi untuk memperburuk popularitas dari politisi. Dengan filter algoritma pada media sosial sekarang yang cenderung dapat menyajikan konten atau pun tampilan-tampilan dengan persepsi yang sesuai pengguna media sosial tersebut sehingga ini menciptakan gelembung filter yang dapat memperkuat pandangan-pandangan yang sudah mereka dapatkan sebelumnya. Yang mengakibatkan para masyarakat ini menjadi semakin terpolarisasi dan sangat sulit untuk mereka dapat menemukan sebuah titik temu.Â
Nah pertanyaannya kemudian Apakah pencitraan di era media sosial yang dilakukan oleh para politisi ini menciptakan sebuah pandangan politik yang lebih dekat dengan rakyat? Jawabannya tentu tidak sesederhana itu titik karena di sisi lain media sosial ini mungkin bisa menjadi tempat untuk para politisi berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat dan juga sebagai sarana untuk mendapatkan umpan balik dari masyarakat yang lebih cepat. Namun di sisi satunya pencitraan yang mungkin dirasa berlebihan atau bahkan memanipulasi informasi itu justru dapat menjadikan politisi ini dijauhi oleh masyarakat.
TEKNIK TEKNIK PENCITRAAN DI MEDIA SOSIAL
Selanjutnya di sini saya akan membahas terkait dengan teknik-teknik pencitraan di beberapa platform media sosial diantaranya yaitu di Instagram, di Twitter dan juga di platform Tik Tok.