Mohon tunggu...
dandabryan
dandabryan Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

konten yang saya minati adalah terkait kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Dibalik Asap : Bagaimana Rokok Menghancurkan Sistem Pernafasan

10 Januari 2025   23:25 Diperbarui: 10 Januari 2025   23:25 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rokok telah menjadi simbol dari salah satu krisis kesehatan global terbesar sepanjang sejarah manusia. Tidak hanya menjadi penyebab langsung berbagai penyakit pernapasan, kebiasaan merokok juga menunjukkan bagaimana intervensi sosial, politik, dan ekonomi kerap mengabaikan kesehatan masyarakat demi kepentingan industri. Artikel ini mengkaji lebih dalam bagaimana rokok merusak paru-paru dan mengapa langkah-langkah mitigasi yang ada masih jauh dari cukup. Asap rokok mengandung campuran berbahaya dari lebih dari 7.000 bahan kimia, lebih dari 70 di antaranya bersifat toksik dan sekitar 70 diketahui sebagai karsinogen. Akibatnya, kerusakannya terjadi pada tingkat permukaan dan molekuler.  

Paparan asap rokok secara terus-menerus menyebabkan kerusakan jaringan elastin dan kolagen pada alveolus, yang bertanggung jawab atas pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Akibatnya, alveolus kehilangan kemampuan untuk mengembang dan menyusut secara normal, yang menyebabkan sesak napas kronis. Bahkan setelah seseorang berhenti merokok, kerusakan ini seringkali tidak dapat diperbaiki. Rokok menyebabkan sistem kekebalan paru-paru merespons secara berlebihan. Neutrofil dan makrofag, contoh sel darah putih, menanggapi paparan asap dengan melepaskan enzim proteolitik, yang merusak jaringan paru-paru itu sendiri. Akibatnya, peradangan jangka panjang ini menyebabkan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), suatu kondisi yang menjadi lebih parah dan seringkali menyebabkan kegagalan pernapasan. 

Salah satu dampak paling mematikan dari rokok adalah kanker paru-paru. Senyawa seperti benzo[a]pyrene dan nitrosamin berikatan langsung dengan DNA sel epitel paru-paru, menyebabkan mutasi genetik yang tidak terkendali. Kerusakan ini diperburuk oleh hilangnya mekanisme pertahanan tubuh, seperti hilangnya aktivitas silia pada epitel saluran napas, yang biasanya berfungsi membersihkan partikel berbahaya. Jika rokok secara konsisten dikaitkan dengan kerusakan biologis yang begitu luas, mengapa produk ini tetap legal? Jawabannya terletak pada keberadaan industri tembakau, yang memiliki pengaruh politik dan ekonomi yang sangat besar. Dalam skala global, keuntungan dari penjualan rokok terus mengalir ke korporasi besar, sementara beban kesehatan ditanggung oleh individu dan pemerintah.Selama bertahun-tahun, industri tembakau telah menciptakan gambar rokok sebagai representasi gaya hidup modern, kebebasan, dan maskulinitas. Strategi pemasaran ini bertujuan untuk membangun ketergantungan pada produk yang jelas-jelas berbahaya. Karena ketergantungan nikotin yang bersifat fisiologis dan psikologis dalam konteks ini, orang yang merokok sering kali terjebak dalam siklus yang sulit diputus. 

Anak-anak dan remaja adalah target utama industri rokok. Paparan iklan rokok yang terus-menerus, terutama di negara berkembang, berkontribusi pada tingginya angka perokok muda. Ironisnya, kelompok ini nantinya menjadi korban utama dampak kesehatan jangka panjang dari rokok, termasuk risiko tinggi terhadap kanker paru-paru, PPOK, dan penurunan kualitas hidup secara keseluruhan. Meski banyak negara telah memperkenalkan undang-undang pengendalian tembakau, seperti larangan iklan dan peningkatan pajak, efektivitasnya sering kali diragukan. Banyak regulasi gagal mengimbangi inovasi strategi pemasaran industri tembakau, termasuk munculnya produk-produk baru seperti rokok elektronik yang tidak kalah berbahaya. 

Rokok adalah salah satu contoh nyata bagaimana kepentingan ekonomi dapat mendominasi kesehatan publik. Kerusakan yang ditimbulkan pada paru-paru tidak hanya mempengaruhi individu tetapi juga sistem kesehatan secara keseluruhan. Untuk benar-benar mengatasi krisis ini, kita membutuhkan perubahan radikal dalam cara masyarakat memandang dan menangani rokok, baik sebagai produk maupun sebagai masalah kesehatan global. Masa depan tanpa rokok bukanlah utopia, melainkan kebutuhan mendesak yang hanya bisa dicapai melalui kolaborasi, regulasi yang kuat, dan kesadaran kolektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun