Waktu memang terasa begitu cepat berlalu. Tak terasa, tahun 2017 hanya tersisa beberapa hari lagi.
Tentunya ada banyak hal yang terjadi, yang secara langsung maupun tidak langsung meninggalkan banyak kenangan, baik yang menyenangkan (manis) maupun tidak (pahit). Hal-hal ini tentunya bisa kita jadikan bahan perenungan di akhir tahun, agar kita bisa memperbaikinya (jika ada yang harus diperbaiki), supaya tahun depan bisa lebih baik lagi.
Dalam hal teknologi, tentunya juga begitu banyak hal yang bisa kita lihat (misalnya melalui berita di media massa) maupun yang kita rasakan langsung sepanjang tahun 2017. Perkembangan teknologi yang terjadi, umumnya berlangsung secara bertahap dan simultan, sehingga perkembangan yang bisa kita lihat (atau rasakan) di tahun ini tentunya adalah hasil dari rentetan usaha pengembangan yang telah dilakukan di tahun sebelumnya.
Misalnya istilah seperti VR (Virtual Reality), AI (Artificial Intelligence), IoT (Internet of Things) dan lainnya, yang juga telah ada di tahun sebelumnya, bisa dengan mudah kita temukan di tahun ini. Teknologi tersebut tentunya akan terus diperbaharui dan dikembangkan, sehingga sudah pasti di tahun-tahun depan, kita masih akan terus "dihujani" dengan istilah-istilah seperti diatas.
Tren teknologi (beserta bentuk atau hasil akhirnya yang berupa benda/gawai) juga bisa kita amati melalui pameran yang diselenggarakan dengan tema tertentu. Misalnya untuk perkembangan alat elektronik, kita bisa melihat tren nya melalui pameran CES yang diadakan setiap awal tahun di Las Vegas.Â
Untuk perkembangan teknologi otomotif, kita bisa juga melihat tren nya di beberapa pameran otomotif yang diadakan di beberapa negara. Di Tokyo, pameran otomotif yang bernama Tokyo Motor Show baru saja dilangsungkan, dan menarik banyak pengunjung terutama karena selain banyaknya teknologi baru yang dipamerkan, juga karena pameran ini hanya berlangsung 2 tahun sekali.
Tahun depan juga merupakan tahun yang menarik untuk menyimak apa yang akan menjadi tren teknologi, dan sejauh mana teknologi yang sudah kita kenal di tahun ini akan berkembang atau bahkan benar-benar akan diimplementasikan/diwujudkan sebagai alat atau gawai.
Untuk sekedar gambaran, saya akan memilih (hanya) 5 saja mengenai apa yang akan menjadi tren teknologi di tahun 2018 berdasarkan selera saya. Karena menyangkut selera (yang 100% subyektif), jadi ya mohon dipersori kalau mungkin tidak sesuai (berbeda) dengan pendapat pembaca yang budiman.
Tapi bukankah perbedaan (yang tidak menimbulkan gontok-gontokkan dan perpecahan) itu indah?
Bagi pembaca yang suka musik, selain punya fanatisme akan pilihan komponen utama pemutar musik (ampli,tape/cd/ph player, equalizer dll), tentunya juga akan fanatik untuk memilih speaker. Di era digital ini, pilihan speaker akan semakin bervariasi karena selain kualitas suara yang ditawarkan, kita juga bisa memilih teknologi apa yang dipakai di speaker tersebut.
Lalu, apa bedanya speaker biasa dengan smart speaker?
Dengan teknologi yang dipakai, salah satu kemampuan smart speaker adalah, sesuai namanya, speaker (dengan smart-nya) bisa memberikan jawaban atas pertanyaan maupun perintah yang kita berikan. Ditambah, interaksi dengan speaker cukup dilakukan melalui suara.
Kita bisa mengajukan pertanyaan, misalnya "berapa jarak bumi dengan bulan", atau "siapa Toyotomi Hideyoshi sebenarnya." Speaker kemudian akan mencari informasi di internet (cloud) dan memberikan jawabannya. Kita juga bisa meminta dia untuk membacakan berita yang sedang tren di hari itu, ataupun jika kita hendak berpergian, meminta informasi jadwal penerbangan plus ramalan cuaca di kota/negara yang akan kita tuju.
Kalau smart speaker dihubungkan dengan alat rumahtangga lain seperti pemanas/pendingin ruangan, atau penerangan ruangan maupun sistem sekuriti rumah, maka hanya dengan mengucapkan "selamat malam" atau "selamat tidur" dari tempat tidur (dimana kita menaruh smart speakernya), maka speaker kemudian bisa mengatur suhu ruangan, penerangan plus menyetel musik yang cocok untuk kondisi tidur sekaligus mengaktifkan sekuriti rumah.Â
Tentunya ada banyak lagi kemampuan dari smart speaker ini. Terlebih jika smart speaker dilengkapi/ditambah dengan kamera dan layar display.
Saat ini, sudah ada beberapa "raksasa" teknologi meluncurkan produk smart speaker nya. Misalnya, Google dengan produk Google Home dan Amazon dengan Amazon Echo plus. Bahkan produk Amazon bisa menggunakan teknologi AI (assistance)-nya yang bernama Alexa yang bisa berkolaborasi dengan produk AI assistancebuatan Microsoft yaitu Cortana. Juga tak ketinggalan, Apple sudah meluncurkan produk Homepod dan LINE dengan Clova-nya.
Beberapa vendor elektronik lain (termasuk Jepang) juga sudah atau sedang mempersiapkan produk smart speaker mereka untuk dirilis ke pasaran.
Mulai tahun depan, diperkirakan persaingan (baca:perang) produsen smart speaker akan semakin panas (ramai), baik persaingan teknologi maupun harga. Maraknya produk smart speaker dipasaran diperkirakan akan seperti gelombang besar yang menghantam dunia setelah gelombang besar smartphone yang menghantam dunia beberapa waktu lalu. Kemampuan smart speaker yang hampir sama dengan smart phone, bahkan mempunyai kelebihan yaitu pengoperasiannya yang 100% hands free dan kemampuannya untuk di-integrasikan dengan peralatan lain, akan membuat produk ini menarik minat banyak orang.
Bagaimana kehidupan sehari-hari kita berubah dengan hadirnya smart speaker di sekeliling kita? Atau, siapakan pemenang "perang" produk smart speaker ini? Tentunya jawaban tersebut akan kelihatan sedikit demi sedikit, terutama nanti setelah kita memasuki tahun baru 2018. Yang sabar menanti ya pembaca.
Sekarang, VR sudah bukan lagi milik dunia film maupun animasi fiksi. Pemanfaatannya sudah merambah semua bidang, misalnya pariwisata, kedokteran, olahraga, game, dan lainnya. Hal yang sama berlaku juga untuk AR dan MR.
Selama ini, kacamata (goggles) VR hanya boleh digunakan untuk orang dewasa. Anak usia 12 tahun kebawah dilarang menggunakannya karena bisa mengganggu perkembangan mata. Pada tahun 2018 mendatang, di Jepang akan dikembangkan kacamata VR yang bisa dipakai oleh anak-anak. Kacamata ini tidak akan menyajikan gambar 3 dimensi seperti layaknya kacamata VR, sehingga diharapkan tidak akan mengganggu perkembangan mata anak.
Sekarang sudah ada beberapa fasilitas anak yang bertema VR/AR di Jepang. Salah satunya bernama Little Planet yang berlokasi di Tachikawa,Tokyo.Â
Di taman ini, anak bisa bermain pasir dan misalnya dia membuat gunung-gunungan dari pasir maka kamera dan proyektor yang dipasang di atas bisa memindainya kemudian jika si anak melubangi puncak gunung-gunungan itu maka proyektor kemudian akan menayangkan gambar lava yang mengalir, sehingga kelihatannya seperti gunung yang sedang mengalirkan lava. Jika anak mengeruk pasir, maka proyektor akan menayangkan gambar sungai yang mengalir.Â
Jika dia membentuk gundukan, maka gambar pepohonan akan ditayangkan. Dengan demikian, anak bisa belajar geografi mengenai rupa bumi/daratan sambil bermain. Selain itu, ada beberapa permainan lain yang digemari anak, misalnya mengecat tembok, lalu ada permainan sumo dengan karakter yang terbuat dari kertas, yang tentunya dipadukan dengan teknologi VR/AR.Â
Fasilitas seperti ini akan terus dibangun mulai tahun 2018 yang akan datang. Diperkirakan ada lebih dari 200 fasilitas yang akan dibangun di seantero Jepang.Â
Untuk game, perusahaan seperti wonderleague juga sudah merilis beberapa game dengan teknologi VR/AR. Bahkan di Odaiba, ada wahana Rumah Hantu yang menggunakan teknologi VR.
Nampaknya di tahun 2018, dunia VR/AR/MR akan semakin marak dan kita akan bisa melihat munculnya beberapa fasilitas/permainan lainnya yang menggunakan teknologi ini.Â
Siapa tahu juga, mulai tahun depan, teknologi AR/VR/MR ini bisa dinikmati bersama oleh keluarga dirumah. Sehingga misalnya, kalau waktu weekend hujan turun, maka keluarga tidak perlu bete karena tidak bisa keluar rumah. Mereka bisa melakukan "tamasya" virtual misalnya ke kebun binatang, arena permainan, bahkan ke luar negeri !
Flip phone (clamshell phone) adalah telepon lipat yang sempat populer di era GSM. NEC adalah produsen yang pertama kali menciptakan telepon lipat pada tahun 1991. Sayangnya mereka tidak/belum sempat mematenkannya.
Tahun-tahun berikutnya, Jepang pulalah yang pertama kali di dunia menanam kamera di telepon genggam, bahkan menghubungkannya juga ke internet. Hal seperti ini, sekarang merupakan sesuatu yang umum dan tidak aneh lagi.
Perkembangan (teknologi) smartphone sangat pesat. Mulai dari komponen dalam (chip) yang mampu memproses pekerjaan dengan cepat, sekaligus multitasking. Lalu, kita bisa melihat peningkatan kemampuan komponen lain seperti sensor, baik untuk sensor yang berfungsi menunjang kinerja smartphone (seperti gps, gyroscope, magnetometer, accelerometer, dll), maupun sensor untuk fungsi kamera. Juga tidak lupa, perkembangan tampilan (display) dari mulai TFT, AMOLED, IPS dan lainnya.
Khusus mengenai tampilan smartphone, yaitu layar (display) nya, ternyata para vendor juga bersaing untuk makin memperbesar (melebarkan) display pada produknya masing-masing. Tentunya bagi user, di satu sisi, makin lebar display maka makin mudah dan nyaman untuk kita, misalnya untuk melihat berita, film atau main game. Namun dilain sisi, semakin lebar layar tentunya akan menyulitkan untuk membawa (karena semakin lebar layar juga berarti makin makan tempat), atau bahkan menggunakan smartphone tersebut (semakin lebar layar maka jari2 akan semakin merenggang tidak nyaman dan bahkan tidak bisa dipegang dengan satu tangan).
Nah, untuk menghindari hal tersebut, kelihatannya beberapa produsen ingin mengadopsi kembali desain telepon yang sempat populer pada dekade lalu, yaitu membuat smartphone dengan layar lipat. Terlebih, dengan perkembangan teknologi saat ini, OS (Operating System) dari smartphone sudah bisa diaplikasikan untuk multi window, sehingga produsen smartphone tidak lagi terhadang oleh kemampuan OS bila ingin mengembangkan produk layar ganda (atau multi window).
NTT DoCoMo akan merilis produk smartphone lipat yang bernama "M" tahun depan. Begitu juga kabarnya Samsung tertarik untuk membuat smartphone lipat yang menggunakan satu layar lebar (tanpa sambungan) yang bisa ditekuk di tengahnya . Tentunya beberapa produsen elektronik lain juga tidak akan ketinggalan untuk membuat produk smartphone lipat mereka masing-masing.
Seperti apa bentuk smartphone lipat dari masing-masing vendor itu? Tentunya pembaca yang sudah pernah mempunyai, atau bahkan fans dari telepon lipat di jaman teknologi GSM, sudah tidak sabar menunggu (betul nggak?). Itung-itung nostalgia kan? Mari kita nantikan bersama bagaimana wujud smartphone lipat yang muncul tahun depan.
Perkembangan IoT yang sudah dimulai beberapa tahun di belakang, nampaknya akan semakin melaju cepat tahun depan dan seterusnya.
Sebabnya adalah, pertama, dengan semakin banyaknya produsen yang masuk ke industri IoT, maka bahan dasar (dalam hal ini komponen hardware) untuk pengembangan IoT akan melimpah di pasaran, yang menyebabkan harganya pun turun. Kedua, teknologi penunjang IoT seperti teknologi sensor, sudah lebih dahulu dimanfaatkan dalam bidang otomotif maupun di kamera/smartphone. Sehingga kesiapan teknologi sensor tentunya bisa langsung dimanfaatkan dan diaplikasikan untuk IoT. Ketiga, teknologi baru 5G juga akan memasuki tahap akhir dari percobaan di lapangan tahun depan. Untuk catatan, teknologi 5G rencananya dirilis untuk umum di tahun 2020 (di Jepang).
Dengan ketersiapan beberapa teknologi penunjang tersebut, juga kemudahan untuk mendapatkan komponen (hardware) untuk merakit IoT, maka diharapkan akan terjadi peningkatan dalam banyaknya perusahaan (termasuk perusahaan startup) yang bermain di ladang IoT ini.
Perkembangan teknologi lain, seperti smart speaker yang sudah saya tulis di awal, juga menjadi stimulan bagi para produsen IoT untuk segera memasarkan produknya. Karena mereka akan mendapat keuntungan, yaitu bisa mengintegrasikan sistemnya di smart speaker. Di sisi lain, user tentunya juga akan tertarik membeli produk IoT, karena mereka bisa mengoperasikannya dengan smart speaker yang sudah mereka miliki.
Produk IoT yang sudah ada dipasaran misalnya beberapa produk untuk rumah seperti smart lamp, smart lock, robot pembersih rumah, smart thermometer, Barista Ai (coffee maker), dan lainnya. Tentunya di tahun 2018 akan muncul beberapa lagi produk IoT yang baru dan makin membuat hidup kita menjadi lebih praktis (efisien) dan tentunya lebih menarik.
Dimasa datang, mungkin kendaraan (untuk digunakan oleh) pribadi sudah tidak laku lagi?
Seperti juga sharing sepeda (bike sharing) yang sudah berkembang di Eropa, Tiongkok dan sudah merambah Jepang, maka di masa datang sharing kendaraan roda empat (mobil) pun akan menjadi penopang utama untuk perpindahan (mobilitas) orang. Kata kuncinya adalah MaaS, dimana mobil (yang di sharing) dengan angkutan umum yang lain seperti bus dan kereta api akan terintegrasi untuk memberikan pelayanan transportasi kepada masyarakat.
Di masa depan (yang tidak terlalu lama lagi), mobil2 yang menggunakan teknologi auto drive, connected car, diharapkan akan menjadi penopang utama transportasi. Orang sudah tidak perlu lagi membeli mobil pribadi karena mobil2 dengan teknologi tersebut bisa dimiliki bersama dan dipakai bersama. Sehingga biaya perawatan (maintenance) maupun operasional nya bisa lebih murah karena ditanggung bersama.
Salah satu startup Finlandia telah memulai usaha ini dengan merilis aplikasi Whim. Di Jepang ada juga layanan serupa yang bernama NOREL. Kita berharap akan munculnya layanan berbasis MaaS yang lain di tahun 2018.
Bagaimana dengan Indonesia terutama Jakarta sebagai ibukota negara, dimana kemacetan sudah merupakan stigma yang tidak bisa lepas selain banjir ? Akankah muncul layanan berbasis MaaS? Atau, orang2 akan lebih gengsi/bangga untuk membeli (memiliki) mobil walaupun kapasitas jalan sudah tidak mampu lagi menampung jumlah kendaraan, sehingga kadang2 sampai harus parkir kendaraan di lahan tetangga?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H