Misalnya ungkapan akakuchiba, yang melambangkan warna orange namun dengan nuansa merah tua yang pekat. Ungkapan ini sudah digunakan sejak jaman Heian (sekitar tahun 700 sampai 1000 masehi).
Lalu ada ungkapan ukon-iro, yang melambangkan warna kuning keemasan. Warna ini sangat disukai di jaman Edo (sekitar tahun 1600 sampai 1800). Warna ini juga melambangkan keberuntungan,sehingga banyak digunakan sebagai warna untuk dompet dan furoshiki (kain panjang untuk membungkus barang).
Siapa saja bisa ikut serta acara ini dengan membayar sekitar 100 sampai 300 yen. Mungkin pembaca juga bisa mencobanya kalau kebetulan sedang berada di Jepang waktu musim gugur.
Musim gugur juga menjadi inspirasi bagi penyair seperti  Yosano Akiko, Masaoka Shiki, Higuchi Ichiyou, Ishikawa Takuboku dan lainnya.  Mereka menulis puisi yang isinya atau inspirasinya datang/berhubungan dengan musim gugur. Salah satu bait puisi yang saya suka dan berhubungan dengan musim gugur adalah puisi karangan Yosano Akiko, yang berbunyi "wakaki mi no koi suru yauni aki no kumo ugokimo tomazu honoka naredomo". Yang intinya melukiskan orang muda yang jatuh cinta, adalah seperti awan di musim gugur.Â
Ada juga ungkapan bahasa Jepang  "onna gokoro to, aki no sora" yang mempunyai arti, hati wanita itu seperti langit musim gugur. Sebagai catatan, pemahaman orang Jepang adalah, langit musim gugur itu tidak bisa diduga karena gampang berubah. Bagaimana pembaca ? Benar apa tidak nih ?
Di Jepang, ada lagu yang populer dengan judul "lagu 4 musim", yang isinya menceritakan bagaimana sifat-sifat orang yang suka masing-masing musim ditambah dengan perasaan atau relasi hubungannya dengan orang lain.Â
Di musim semi dikatakan seperti teman, musim panas seperti ayah, musim dingin seperti ibu.Â