Mohon tunggu...
Amakusa Shiro
Amakusa Shiro Mohon Tunggu... Engineer -

A masterless Samurai

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ishiguro Kazuo, Novelis Inggris Pemenang Nobel Sastra 2017 Kelahiran Jepang

6 Oktober 2017   22:05 Diperbarui: 7 Oktober 2017   05:26 4511
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dua novel tersebut mempunyai hubungan dengan Jepang, terutama masa2 Perang Dunia ke-2 dan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki. Novel pertamanya bercerita tentang perjuangan seorang wanita setelah Perang Dunia ke-2 dengan mengambil setting di kota Nagasaki yang merupakan tanah kelahirannya. Novel kedua adalah cerita tentang seorang pelukis Jepang yang berjuang setelah keadaan masyarakat berubah drastis akibat Perang Dunia ke-2. 

Kemudian tahun 1989 dia merilis novel The Remains of the Dayyang berhasil meraih penghargaan The Booker Prize. Novel ini kemudian juga dijadikan film dengan judul yang sama, dimana film ini berhasil menggaet nominasi untuk 8 kategori di Piala Oscar (Academy Award).

Di tahun 1995 dia merilis The Unconsoled , yang merupakan satu2 nya novel yang dirilis di tahun 90-an. Pada tahun 2000 dia merilis When We Were Orphans, berikutnya di tahun 2005 Never Let Me Go. Novel Never Let Me Go kemudian dibuat filmnya oleh produser film Inggris dan diedarkan di seluruh dunia termasuk Jepang.

Novel yang ke-7 dirilis tahun 2015 dengan judul The Buried Giant. Novel ini mengambil setting di Inggris, bercerita tentang pasangan suami istri tua yang berkelana di Inggris dan menghadapi berbagai rintangan dan cobaan demi untuk mencari anaknya yang hilang. Komite Nobel memuji novel ini dengan mengatakan bahwa Ishiguro berhasil mengeksplorasi cerita dengan tema sejarah, lalu juga berhasil menggambarkan bagaimana ingatan manusia berhubungan dengan sesuatu yang terlupakan, dengan tidak lupa menyisipkan unsur mitos dan fantasi.

Ishiguro juga menulis beberapa naskah drama maupun cerita pendek. Di tahun 1983 dan 1993 dia dipilih menjadi 20 Granta Best Young Novelist. Di tahun 1995 dia mendapat gelar OBE (gelar"Officer" dari Kerajaan Inggris dengan ranking ke-4 diatas gelar "Member") untuk sumbangannya di dunia sastra, dan tahun 1998 dianugerahi the Chevalier de l'Ordre des Arts et des Lettres dari pemerintah Perancis.

Ishiguro dan Jepang

Ishiguro pernah berkata bahwa dia sebenarnya ingin kembali ke Jepang pada usia 20-an. Namun karena pekerjaan ayahnya, akhirnya dia tidak bisa kembali ke Jepang. Tahun 1982 dia memperoleh kewarganegaraan Inggris.

Ishiguro menginjakkan kakinya kembali di Jepang pertama kali pada tahun 1989 melalui program Japan Foundation. Lalu, 6 tahun yang lalu dia juga hadir saat rilis film "Watashi wo Hanasanaide" di Jepang yang dibuat berdasarkan Novelnya Never Let Me Go.

Menurut sekertaris panitia Nobel Sara Danius, dalam wawancara yang dimuat di Koran Asahi, dia menyebutkan beberapa hal mengenai karya sastra Ishiguro yang menarik. Danius menyebutkan bahwa walaupun Ishiguro lahir di Jepang dan mempunyai latar belakang (kebudayaan) Jepang dan besar di Inggris, namun dia tidak bisa melihat hal spesifik dalam tulisannya yang berhubungan langsung dengan latar belakang Ishiguro di dua negara tersebut. Karya2 Ishiguro seakan bisa mengambil jarak diantara dua negara yang menjadi latar belakang kehidupannya.

Cara penulisan Ishiguro juga tidak begitu mencolok, dan tidak ada susunan kalimat yang seperti ingin mempengaruhi pembaca. Tapi di sisi lain, seiring dengan berjalannya alur cerita, maka pembaca bisa menemukan dan menikmati masa lalu dari sosok yang tidak ditulis begitu detail. Hal ini sangat dramatik dan menarik sekali bagi pembaca karena narasi dalam tulisan yang datar dan tenang, namun Ishiguro bisa memberi pengaruh emosi yang dalam bagi pembaca. Secara singkat, Danius mengatakan bahwa cara penulisan novel Ishiguro merupakan campuran dari Jane Austen, komedi dan Franz Kafka.

Walaupun Ishiguro pernah berkata bahwa gaya penulisan novelnya tidak dipengaruhi oleh novelis Jepang, namun dalam interview dengan BBC dia mengatakan bahwa pendekatan yang dia gunakan untuk menulis novel, sebagian besar diturunkan dari kedua orang tuanya yang merupakan warganegara Jepang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun