Mohon tunggu...
Amakusa Shiro
Amakusa Shiro Mohon Tunggu... Engineer -

A masterless Samurai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Akankah Bom Korea Utara Memicu Perang Dunia III?

6 September 2017   23:47 Diperbarui: 7 September 2017   10:06 5192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tertarik tulisan di website sebelah yang berjudul "IHSG Jatuh 50 Poin Gara-gara Rudal Korut".

Sekalipun judulnya IHSG, namun dalam beritanya ternyata bukan hanya Indonesia saja yang terkena "efek" rudal ini. Harga saham di negara-negara lain di Asia juga ternyata melemah karena kekhawatiran investor atas langkah uji coba bom hidrogen yang dilakukan Korut.

Bahkan di laman yang lain di website yang sama, menyatakan bahwa eskalasi dari tindakan di Korut yang mempengaruhi resiko keamanan (dunia) merupakan salah satu faktor yang bisa mengganggu perekonomian nasional.

Sebegitu dahsyatnya efek "kenakalan" Korut ini.

Sebenarnya, ada lima negara yang berhubungan atau berkepentingan langsung dengan tindakan Korut selama ini.

Negara-negara itu adalah Amerika, yang sudah berkali-kali diancam Korut akan di "rudal". Kemudian Jepang yang notabene sudah "apes kejatuhan" rudal beneran di perairan lautnya (walaupun dikabarkan tidak ada korban). Lalu Tiongkok dan Rusia yang kita tahu bahwa mereka punya kepentingan ekonomi dengan Korut. Dan tentunya jangan dilupakan tetangga serumpunnya Korsel, yang secara de jure masih dalam status perang dengan Korut sejak penandatangan persetujuan gencatan senjata di tahun 1953.

Dalam sidang darurat Dewan Keamanan PBB, Amerika (juga Jepang) menginginkan sanksi yang lebih berat dijatuhkan kepada Korut untuk menekan mereka agar tidak melakukan hal-hal yang bisa mengancam perdamaian dunia, terlebih agar tidak ada eskalasi dari tindakannya. Di sisi lain, Tiongkok dan Rusia berpendapat, berdasarkan pengalaman, sanksi lebih berat tidak akan bisa efektif dan sia-sia belaka untuk menghambat Korut agar tidak bertindak lebih jauh. 

Putin dengan tegas menyatakan bahwa membawa Korut ke meja perundingan masih merupakan opsi yang paling baik untuk sekarang. Karena menurut istilah Putin, biarpun Korut dijatuhi sanksi yang lebih berat hingga membuatnya sengsara, namun "mereka tidak akan menghentikan program (senjata nuklir) nya dan lebih suka makan rumput, kecuali sudah ada jaminan sehingga mereka bisa merasa aman".

Tiongkok dan Rusia memang mempunyai alasan dengan mengambil sikap yang lain dari Amerika(dan sekutunya) dalam hal pemberian sanksi kepada Korut.

Dari data yang ada, terlihat bahwa perdagangan Korut, baik impor maupun ekspor 90 persen didominasi oleh Tiongkok. Dengan data yang sama terlihat bahwa volume eskpor dan impor Korut terhadap Tiongkok naik secara drastis mulai tahun 2009, tahun dimana sanksi terhadap Korut mulai diberlakukan karena perundingan 6 negara (AS, Jepang, Korsel, Korut, Tiongkok, Rusia) mengenai pelucutan senjata nuklir di Korut menemui jalan buntu.

Sementara Rusia, walaupun dengan skala yang lebih kecil dibandingkan Tiongkok, merupakan tumpuan harapan Korut untuk impor energi seperti minyak. Dan sebagai gantinya, Korut mengekspor batubara dan sumber daya manusia (pekerja). Pembangunan di Rusia banyak bergantung kepada tenaga kerja dari Korut yang murah ini. 

Bahkan, Rusia juga membuka pelabuhannya untuk pelayaran rutin ke Korut. Tentunya, dunia juga tidak banyak tahu tentang barang/komoditi apa yang dibawa keluar atau masuk kedua negara selain membawa penumpang dalam pelayaran rutin itu.

Namun, karena adanya perselisihan antara perusahaan yang mengoperasikan pelayaran di Rusia dengan otoritas pelabuhan di Vladivostok dalam hal biaya berlabuh kapal, kemungkinan pelayaran reguler mingguan ini akan dihentikan.

Kekuatan Rudal Korut

Seperti apakah kekuatan rudal dari Korut ?

Dibandingkan dengan masa Kim Jong-il memimpin Korut, sejak tahun 2011 dimana pucuk pimpinan berganti ke anaknya yaitu Kim Jong-un, jumlah peluncuran dan jenis rudal yang diluncurkan bertambah secara signifikan (lebih dari 2 kalinya).

Bahkan setelah tahun 2016, percobaan rudal ini juga meliputi rudal yang bisa diluncurkan dari kapal selam (Submarine Launched Ballistic Missile), rudal jarak menengah Musudan dan Mars-12 yang ditembakkan ke Laut timur Hokkaido baru2 ini, juga ada rudal jarak jauh jenis baru yang merupakan turunan Tepodong-2.

Korut mempunyai rudal dengan berbagai macam jangkauan, mulai dari Nodong yang bisa menempuh 1300 Km, Musudan dengan jarak tempuh sekitar 2500-4000 Km. Keduanya yang termasuk rudal dengan jarak tempuh menengah. Lalu ada Taepodon-2 dengan jarak tempuh 6000-10000 Km, yang merupakah rudal yang mempunyai jarak tempuh yang terpanjang. 

Namun pengamat menilai, Taepodon-2 kecil kemungkinannya untuk diperlengkapi dengan hulu ledak nuklir.

Pengamat justru menaruh perhatian kepada rudal jenis ICBM (Intercontinental Ballistic Missile) yang bernama KN-08 dan KN-14, yang selalu "dipamerkan" oleh Korut dalam berbagai kesempatan acara parade militer akhir akhir ini. Kedua jenis rudal ini nampaknya belum pernah di test oleh Korut. 

Namun dengan kemampuannya untuk diluncurkan hanya dengan menggunakan (modifikasi) truk, maka dua rudal itu susah untuk terdeteksi. Truk dengan mobilitasnya, bisa saja berangkat menuju berbagai lokasi, kemudian rudal dapat diluncurkan dengan tiba-tiba dari sana. KN-08 mempunyai jarak tempuh sekitar 11.500 Km, sehingga Australia (tentunya termasuk Indonesia), Hawaii dan sebagian daratan Amerika masuk dalam daerah jangkauannya. Tak terbayang jika nantinya hulu ledak nuklir bisa dipasang di moncongnya.

Yang terbaru 3 September yang lalu, Korut "mengguncang" dunia dengan pengumuman bahwa mereka telah berhasil dalam percobaan uji coba bom hidrogen, di mana bom ini rencananya akan dipakai sebagai hulu ledak untuk rudal ICBM mereka. 

Ledakan dari uji coba ini dapat dideteksi dari goncangan gempa yang diakibatkan, yang terdeteksi sebesar 6.1 SR. Percobaan nuklir ini merupakan percobaan ke-6, setelah percobaan terakhir yang mereka lakukan di bulan yang sama tahun lalu.

Bom Hidrogen

Lalu bagaimana sih bedanya bom jenis hidrogen dan bom nuklir yang lain? Perbedaan jenis hulu ledak nuklirnya bisa dilihat di gambar dibawah.

Jenis hulu ledak plutonium mekanismenya adalah ledakan bahan peledak di dalam lapisan pertama "bola" memberikan tekanan pada plutonium di tengahnya sehingga menimbulkan reaksi fisi nuklir.

Jenis boosted fission mekanismenya adalah kombinasi dari reaksi fusi dan fisi plutonium/uranium. Jenis bom hidrogen mekanismenya adalah meledakkan trigger bom (atom) yang energinya bisa memicu reaksi fusi nuklir.

Dari ketiga jenis hulu ledak nuklir ini, bom hidrogen mempunyai daya ledak yang paling besar. Bom Hidrogen yang diledakkan Korut pada tanggal 3 September lalu diduga berkekuatan 70 kiloton, 6 kali lebih besar dari kekuatan bom yang di uji coba Korut di tahun sebelumnya.

Perbedaan tiga jenis hulu ledak nuklir (www.nikkei.com)
Perbedaan tiga jenis hulu ledak nuklir (www.nikkei.com)
Mungkinkah ada Perang Dunia III?

Di tahun 2016,terbit sebuah buku novel fiksi yang berjudul "2017 War With Russia", yang ditulis oleh mantan orang nomor 2 di NATO, Jendral Richard Shirreff.

Ceritanya adalah tentang presiden rusia khayalan yang menggunakan muslihat dengan suatu peristiwa agar bisa menjadi alasan untuk berperang melawan NATO. Dengan dipicu peristiwa itu, Rusia menginvansi negara-negara Baltik yang merupakan anggota NATO yang kemudian memicu Perang Dunia.

Walaupun merupakan cerita fiksi, namun sikap presiden rusia dalam novel itu yang mengambil tindakan militer mungkin karena ambisi politik atau mungkin saja karena dia sendiri adalah orang yang irrasional, mempunyai kemiripan dengan tindakan yang diambil oleh petinggi Korut saat ini.

Tentu kita tidak menginginkan terjadinya Perang Dunia ke-3. Tidak terbayang bagaimana jadinya bumi kita bila perang terjadi nanti.

Jika dunia dapat diibaratkan sebagai sekolah dan di sekolah itu ada kelas (negara) yang mempunyai ketua kelas yang "nakal", maka diperlukan seorang "guru" atau "kepala sekolah" yang bijaksana, agar bisa men"setrap" si ketua kelas yang nakal itu dengan tidak mengorbankan murid lain di dalam kelas. 

Terlebih, jangan sampai hukuman "menyetrap anak nakal" itu bisa menyebabkan efek yang buruk ke kelas lain, bahkan menyebabkan "hilang" nya sekolah itu sendiri.

Semoga semua masalah dapat diselesaikan dengan baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun