Perbedaan yang mencolok adalah :
- Waktu meledak diatas, hanabi bisa berbentuk bulat sempurna
- Hoshi (mesiu berbentuk bulat kecil warna-warni) nya bisa memancarkan warna yang berbeda dan berubah ketika hanabi meledak di udara
- Di dalam hanabi, hoshi bisa berlapis 2, 3 atau lebih
Gambaran lebih lengkap tentang perbedaan hanabi dan kembang api Eropa/Amerika bisa dilihat di gambar berikut.
Hanabi (tama) biasanya berukuran dari nomor 2.5 sampai yang terbesar nomor 40. Data dari hanabi, ketinggian yang bisa dicapai saat ditembakkan ke udara serta diameter saat meledaknya bisa di lihat di tabel berikut.
Untuk mengabadikan hanabi dengan kamera, memang dibutuhkan teknik yang sedikit berbeda dibanding bila kita hanya ingin mengambil foto pemandangan. Tapi jangan khawatir, karena teknik pengambilan foto hanabi sebenarnya tidak begitu sulit. Yang diperlukan hanya sedikit latihan dan keuletan saja kok.Â
Sebelum membicarakan teknik fotografinya, untuk mendapatkan hasil pemotretan yang optimal, maka dibutuhkan persiapan yang meliputi :
- Check lapangan untuk menentukan posisi kamera kita dan informasi di mana spot hanabi akan ditembakkan. Karena jika tidak, maka bisa saja saat hanabi meledak di udara akan terhalang oleh gedung atau pohon (pengalaman pribadi, jika tanpa check ternyata hanabi kadang terhalang gedung atau pohon)Â
- Kalau bisa dan sempat, jangan lupa check juga arah angin pada lokasi serta jam pelaksanaan festival. Karena kalau angin tidak mendukung, maka asap dari ledakan hanabi justru akan menghalangi atau mengganggu saat kita memotret hanabi.
- Jangan lupa bawa senter dan tripod. Senter perlu karena bisa dipastikan keadaan sekeliling akan gelap (atau remang-remang). Jadi misalnya kita mau ganti SD card atau baterai atau apapun bisa lebih membantu jika ada senter untuk membantu penerangan. Tripod diperlukan karena untuk memotret hanabi dibutuhkan exposure time lebih dari 1 detik. Jadi kalau tidak memakai tripod, maka foto bisa blur dan goyang bombay.
- Gunakan ISO100
- Gunakan buka'an apperture kecil (F11 ke atas)
- Gunakan manual mode
- Gunakan manual fokus (pertama bisa di set ke infinity, kemudian di set ulang dengan melihat hasil waktu hanabi berlangsung)
- Mode shutter gunakan Bulb (sekitar 1 sampai 10 detik)
- Gunakan White Balance yang fix (misalnya untuk siang hari), jangan di set ke auto
- Kalau ada fitur noise reduction bisa dimatikan
- Lensa bisa memakai ukuran 35mm atau 70mm (tergantung jarak kamera dan lokasi hanabi)
- Gunakan timer untuk pengambilan foto agar mengurangi goncangan kamera
Pembaca bisa mencobanya jika ada kesempatan melihat hanabi.
Tapi, tidak usah kecewa berlebihan jika setelah berusaha maksimal, namun hasil foto hanabi yang diperoleh dirasa belum bagus atau belum sesuai keinginan. Yang terpenting adalah, kita sudah punya kesempatan untuk melihat hanabi secara langsung dan merekam semuanya itu di memori kepala kita sendiri. Percaya deh, memori yang sudah terpatri di kepala, jaaauuuh lebih baik dan berharga dibanding dengan memori di SD card atau CF card.Â
Apalagi dengan sudah menonton langsung, kita juga sudah bisa menikmati suara keras dentuman yang menggetarkan tubuh khas hanabi. Semuanya itu pasti menjadi kenangan yang tidak akan bisa dilupakan.