Mohon tunggu...
Amakusa Shiro
Amakusa Shiro Mohon Tunggu... Engineer -

A masterless Samurai

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Hanabi Menyulap Langit Menjadi Penuh Bunga di Musim Panas

25 Agustus 2017   20:53 Diperbarui: 26 Agustus 2017   06:35 2580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain dengan Focal Length waktu memfoto hanabi (dokumentasi pribadi)

Secara total, jika 10 ribu hanabi akan digunakan di festival, maka dibutuhkan biaya kira-kira  50 s/d 100 juta yen. Dalam satu festival ini, biasanya berbagai macam ukuran hanabi (tama) akan digunakan. Jadi kita bisa bayangkan, berapa kocek yang harus dikuras misalnya untuk Festival Hanabi yang terkenal di Tokyo yaitu Sumidagawa Hanabi, di mana menggunakan sekitar 22 ribu hanabi. 

Lalu tahun ini , Festival Hanabi di Danau Suwa Nagano menggunakan jumlah hanabi yang terbanyak di Jepang, yaitu 40 ribu. Kebayang nggak berapa biayanya ? Atau mungkin pembaca punya pikiran "Wah, coba kalau uangnya dipakai untuk beli bakso udah dapet berapa piring tuh ?" :)

Bila ada pembaca yang punya kesempatan datang ke Jepang di bulan Agustus dan ingin melihat hanabi, maka laman berikut bisa dijadikan referensi untuk mengetahui jadwal festival hanabi di seluruh Jepang.

Festival Hanabi di Arakawa (dokumentasi pribadi)
Festival Hanabi di Arakawa (dokumentasi pribadi)
Sejarah Hanabi

Kalau dirunut sejarahnya, hanabi pertamakali dipergunakan oleh Kaisar Qin (259-210 BC) di Tiongkok sebagai cara berkomunikasi untuk memberitahukan jika ada pergerakan musuh yang menyerang Tembok Besar Tiongkok. Cara ini kemudian dikenal dengan nama noroshi atau komunikasi melalui asap. Noroshi ini sering juga dipergunakan untuk aba2 menyerang musuh di dalam peperangan.

Saat itu, noroshi yang merupakan cikal bakal dari hanabi, belum mempunyai wujud dan komposisi dengan warna-warni seperti sekarang. Bentuknya hanya merupakan asap dengan warna hitam atau abu2 karena bahan baku yang dipergunakan adalah mesiu hitam.

Dalam perkembangannya, kemudian teknik noroshi ini dibawa keluar dari Tiongkok oleh pedagang Eropa pada abad 14 dan mereka kemudian menyempurnakannya. Lalu pada abad 16, pedagang Eropa juga lah yang membawa teknik noroshi yang sudah disempurnakan ini ke Jepang, bersamaan dengan masuknya senapan dengan amunisi berupa bubuk mesiu yang disebut Matchlock gun (nama Jepangnya hinawajuu). 

Pada tahun 1732, di Jepang banyak orang yang meninggal karena wabah penyakit menular. Untuk memperingati arwah orang-orang yang meninggal dan untuk menghentikan wabah tersebut, maka Tokugawa Yoshimune, Shogun yang berkuasa waktu itu memerintahan untuk mengadakan Suijin Matsuri (Water god Festival) pada waktu kawabiraki , yaitu saat penanda awal musim panas di Sungai Sumida (Sumidagawa). 

Kemudian pada tahun berikutnya, toko2 teh di sekitar Sumidagawa mulai patungan untuk mengadakan festival hanabi pada tanggal yang sama dengan Suijin Matsuri  yang diadakan di tahun sebelumnya. Dan festival hanabi ini kemudian dari tahun ke tahun ditiru dan mulai berkembang di berbagai daerah. Akibatnya, sampai saat ini di setiap musim panas, festival hanabi banyak diadakan di seluruh Jepang.

Festival Hanabi di Enoshima (dokumentasi pribadi)
Festival Hanabi di Enoshima (dokumentasi pribadi)
Bahan-bahan hanabi

Sebelum masa Meiji, bahan baku hanabi hanya berasal dari bubuk mesiu yang berwarna hitam. Sehingga variasi warna yang bisa dihasilkan belum begitu banyak ragamnya. Setelah masa Meiji, dengan masuknya bahan-bahan kimia yang beraneka ragam ke Jepang seperti potassium chlorate, strontium dan alumunium, maka warna hanabi yang dibuat berdasarkan bahan-bahan baru ini bisa bervariasi. Bahan-bahan kimia yang masuk itu sangat menunjang untuk menghasilkan berbagai macam warna dengan kualitas pancaran warna yang lebih cerah dan memukau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun