Dalam manzai, ada yang peran utamanya sebagai orang yang bercerita jenaka yang disebut boke, dan ada yang berperan untuk mengomentari cerita itu (atau biasanya berceloteh usil)  yang disebut tsukkomi. Boke  dan tsukkomi  ini adalah dua unsur yang tidak bisa dihilangkan di dalam manzai.
Saat ini ada berbagai macam grup manzai dan masing-masing memiliki ciri khas dalam hal bokedan tsukkomi ini. Kelihaian suatu grup dalam hal boke  dan tsukkomi  biasanya juga berbanding lurus dengan popularitasnya. Grup manzai dengan ritme boke  dan tsukkomi yang bagus dan menarik biasanya akan lebih populer di kalangan pemirsa.
Menurut pengamatan saya, lebih mudah memahami humor yang terselip di dalam manzai  dibanding dengan rakugo. Karena manzai  biasanya menggunakan bahasa yang biasa dipakai sehari-hari dan terkadang juga menggunakan bahasa yang sedang "populer" di kalangan anak muda.Â
Sedangkan rakugo biasanya menggunakan bahasa Jepang yang agak "sulit" dalam artian ada beberapa kosa kata yang jarang dipergunakan di dalam percakapan sehari-hari. Dan lagi dibutuhkan pemahaman yang mendalam di alur cerita yang dituturkan dalam rakugo  supaya bisa memahami "ochi", yaitu tujuan utama cerita yang sedang dituturkan yang tak jarang mengandung petuah tentang filosofi hidup dan dituturkan diakhir penyajian rakugo.
Dengan alasan ini, maka biasanya manzai  lebih populer di kalangan anak muda, sedangkan rakugo  lebih populer di kalangan masyarakat yang berusia diatas 30/40 tahun.
Humor dan Orang Jepang
Meskipun sebagian besar kita mempunyai imajinasi bahwa orang Jepang itu selalu serius (contohnya dengan stigma workaholic), namun sebenarnya orang Jepang juga termasuk ras yang menyukai humor.Â
Di Jepang banyak acara televisi yang menyajikan humor. Sebutlah acara televisi yang dimotori oleh Beat Takeshi, atau pertandingan melawak yang kerap diadakan seperti M-1 Grand Prix dan sejenisnya. Â
Beberapa grup manzaiatau pelawak  bahkan banyak juga yang mempunyai/memegang acara yang tetap baik di radio maupun televisi. Karena konsep acara yang menarik, ditambah pemandu yang juga lucu, biasanya acara-acara ini mampu menggaet rating  yang tinggi.
Sebenarnya, ada beberapa sifat yang "negatif" dari orang Jepang yang menjadi bahan untuk anekdot. Salah satunya adalah, sifat bahwa terkadang orang Jepang itu memang suka solider aja walaupun dia sebenarnya nggak begitu ngerti atau faham. Misalnya waktu kita cerita ke orang Jepang, dianya pasti ikutan manggut2 bilang "soudesune", atau "naruhodo"  padahal belum tentu dia itu ngeh (ngerti) dan simpati secara serius dengan apa yang kita sedang kita ceritakan (kelakuan solider semacam ini disebut aizuchi  di bahasa Jepangnya).