Ternyata tikus bisa juga membuat pusing dan resah pemerintah daerah Chuo dan Tokyo yang terkenal bersih.
Tikus di sini bukanlah "tikus" yang dengan tanda petik, melainkan binatang yang besarnya kira-kira 20 cm, menyukai tempat lembab dan basah serta tinggal di bawah tanah taman-taman kota maupun gorong-gorong besar tempat pembuangan air limbah.
Tikus yang berkoloni di Tsukiji, pusat lelang dan perdagangan ikan terbesar di Tokyo-lah yang membuat resah pemerintah Kota Chuo. Hal yang membuat pusing dan menjadi kekhawatiran pemerintah daerah Chuo adalah, masalah kemungkinan terjadinya migrasi besar-besaran dari koloni tikus ini ke daerah sekeliling Tsukiji bila nantinya pusat lelang ini dipindah ke daerah barunya di Toyosu. Tidak diketahui berapa populasi tikus yang ada di sana sekarang. Namun penelitian terakhir yang dilakukan pada tahun 2015, diperkirakan ada kurang lebih 500 tikus yang berdiam di sana.
Kekhawatiran ini berdasarkan pada pengalaman, ketika kantor gedung gubernuran Tokyo yang lama dirubuhkan dan dipindah dari daerah Chiyoda ke tempatnya sekarang di Shinjuku. Pada saat itu, ketika gedung lama dirubuhkan, maka koloni tikus dilaporkan menyebar ke daerah sekitarnya. Akibatnya, terjadi peningkatan populasi tikus daerah dekat gedung lama yang dirubuhkan.
Tikus-tikus di Tsukiji biasanya bermunculan ketika aktivitas lelang dan perdagangan sudah mulai berkurang di sore hari. Banyaknya kardus serta styrofoam bekas packing yang ditumpuk di pinggiran jalan di area ini, ditambah sisa-sisa potongan ikan yang tercecer, membuat banyaknya tikus yang berkeliaran di sini.
Mereka umumnya bisa berlari dengan cepat dan gesit, lalu bak ninja profesional, mereka juga bisa begitu saja menghilang di tumpukan kardus ataupun sudut bangunan ketika ada suara orang maupun kendaraan mendekat.
Sesuai fungsinya sebagai pusat lelang dan perdagangan ikan, bangunan Tsukiji umumnya mempunyai bentuk seperti hangar besar yang terbuka, sehingga memudahkan tikus-tikus untuk keluar masuk dari berbagai arah. Juga banyaknya saluran pembuangan di bawah tanah di area ini, tentunya menjadikan tikus-tikus ini betah untuk tinggal dan berkembang biak di sana.
Sebenarnya pemerintah daerah Chuo sudah berencana untuk untuk membasmi tikus-tikus ini jauh hari sebelum bulan November tahun lalu, yang merupakan bulan rencana perpindahan pusat perdagangan ikan ini ke daerah Toyosu. Perencanaan mengenai cara-cara pembasmiannya adalah dengan menebar racun tikus di gorong-gorong, maupun menaruh perangkat untuk menangkap tikus di semak-semak. Lem perekat jebakan tikus juga sudah direncanakan untuk dibagikan kepada masyarakat dan toko-toko di sekitarnya. Anggaran sebesar 20 juta yen sudah dipersiapkan untuk semua kebutuhan tersebut. Namun, berhubung kala itu rencana perpindahannya diberhentikan untuk direvisi ulang, maka rencana pembasmian ini juga dihentikan.
Bulan Juni tahun ini, rencana perpindahan kembali digulirkan oleh pemerintah pusat. Untuk itu maka pemerintah daerah Chuo kembali mulai memikirkan cara jangka panjang untuk memperkecil jumlah migrasi tikus-tikus ini ke daerah sekitar sebelum pemindahannya benar-benar dilaksanakan.
Pemerintah menyadari bahwa pencegahan migrasi ini bukanlah hal yang gampang. Tikus yang berkoloni disini kebanyakan adalah tikus got, dimana sesuai namanya menyukai tempat yang becek. Jadi untuk menangkapnya bukan merupakan hal yang mudah kalau hanya dengan perekat tikus, karena kaki mereka yang basah membuatnya susah untuk merekat di perangkap. Juga pembasmian dengan racun harus dilakukan dengan hati-hati agar bangkai tikus yang mati akibat makan racunnya, kemudian juga tidak malah menjadi senjata makan tuan.
Meskipun binatang ini kecil, tetapi pemerintah nampaknya serius dan sedang menyiapkan perencanaan yang rinci dan matang. Mereka tidak mau memandang enteng karena kalau salah mengatasinya, kerugian yang disebabkan bisa jadi tidak sedikit. Apalagi nanti kalau kerugiannya bisa merambah ke sektor lain, misalnya sektor pariwisata. Mengingat daerah sekeliling Tsukiji, contohnya Ginza, adalah salah satu daerah favorit tujuan turis untuk berbelanja, yang otomatis merupakan daerah penting yang menunjang pendapatan Jepang di sektor pariwisata.
Referensi: Asahi Digital
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H