Mohon tunggu...
Deni "dAN" Herliyantono
Deni "dAN" Herliyantono Mohon Tunggu... -

aku hanyalah sebuah cerita...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenangan di Hari Ulang Tahunku (D.K.Y.I)

15 Mei 2013   11:43 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:32 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku diam terduduk di sudut ruangan dengan meja yang berisi satu kursi kosong di hadapannku, berteman segelas orange juice dan beberapa makanan yang sudah tersaji dari tadi. Aku tetap duduk mematung, tak satupun dari makanan yang ada di meja aku pegang dan mataku pun mulai memancarkan tatapan kosong. Entah aku menunggu apa untuk memulai menyantapnya, yang jelas aku belum ada nafsu makan, sedangkan asap yang mengepul dari makananku tadi sudah terlihat menghilang.

Aku terkejut oleh tangan yang tiba-tiba menutup mataku dari belakang, dengan reflek kedua tanganku meraih tangan itu dan mencoba melepaskannya. Aku menoleh kebelakang dengan mata yang masih agak rabun karena eratnya tangan tadi menutupi kedua mataku dan ku dapati wajah yang tersenyum manis kepadaku sambil pelan mengucap “selamat ulang tahun sayang”.

Dia berjalan menuju meja kosong di hadapanku, masih dengan wajah yang tersenyum manis kepadaku, ia berkata minta minta maaf karena sudah telat beberapa menit dari waktu yang sudah kita sepakati. “nggak apa-apa kok sayang. Aku sudah cukup senang kamu sudah mempersiapkan dinner ini disini, romantis banget”. Tempat yang aku rasa memang romantis dengan penerang lilin yang terpasang di setiap meja, gemecik suara air di kolam juga terdengar jelas, pemandangan langit malam yang penuh bintang-bintang bertaburan. Semua itu memang manambah hawa romantis di malam hari.

Tangannya meraih tangannku, ia memintaku untuk menutup mata dan yang aku rasakan saat itu hanya tangannya tak tak lagi menggenggam tanganku. Hingga beberapa menit, aku benar-benar tak apa-apa dalam pejaman mataku. “sudah boleh buka mata belum?”. Dan ku dengar suaranya berkata “belum sayang”. Entah apa yang dia lakukan, sungguh membuatku penasaran dalam hati. Baru saja aku selesai memikirkan itu, tiba-tiba aku rasakan ada sentuhan di rambutku lalu di leherku. Sentuhan yang berasa hangat dan dingin yang sudah aku tahu dari mana asal keduanya. Ya, dari hangatnya tangan dia yang menyentuh leherku dan sebuah benda kecil yang akhirnya terpasang di leherku. Lalu aku membuka mata setelah aku dengar“sekarang boleh buka mata sayang”.

Aku lihat sebuah kalung dengan liontin berinisial S terpasang di leherku. “makasih sayang, aku suka banget liontinnya”. Aku tahu itu pasti dia yang mendesignnya karena aku kenal betul dengan dia, dia suka sekali mendesign barang yang ingin dia beli, walau sebenarnya dia tak penah mendapat pelajaran design secara formal. Tapi yang jelas aku benar-benar suka dengan liontin yang terpasang di leherku. Sekali lagi aku dapati wajah dengan senyum yang manis sebagai jawabannya.

Aku pun mulai menikmati hidangan yang sudah ada di meja bersamanya. Malam yang cerah dengan bertabur bintang-bintng kami habiskan berdua saja. Bisa di bilang inilah hari ulang tahunku yang sangat berkesan yang tak akan terlupakan sampai kapanpun juga. Aku rasakan banyak bunga-bunga di dalam hatiku kini. Hari yang benar-benar special buatku. “terima kasih sayang” ucapku dalam hati.

“kamu tu nggak boleh banyak-banyak sayang pake saosnya, ntar sakitmu kumat lo” saos yang ku genggam ia serobot sebelum ia berkata seperti tadi.

Aku tersentak kaget, botol saos yang aku pegang aku letakkan kembali. Aku terlihat bingung dengan apa yang barusan terjadi. aku mulai tersadar dan aku lihat memang hanya diriku saja yang duduk di meja ini dan akhirnya aku sadar semua ini hanyalah kenangan yang menjelma menjadi ilusi saja. Entah kenapa tiba-tiba kenangan itu hadir kembali disini. Mungkin karena alunan lagu my immortal dari evanescenceyang terdengar dari setiap sudut ruangan ini yang sering aku dengar bersamanya empat tahun lalu dan memaksaku untuk mengingatnya kembali. Dia yang telah pergi jauh bersama sayapnya yang baru, terbang menuju tempat yang paling damai, surga.

Aku kembai tersentak oleh lirihnya suara yang mengatakan “selamat ulang tahun sayang”. Aku sadar, aku benar-benar dalam keadaan 100% sadar, bukan ilusi, tapi aku juga tak menemukan asal suara itu walau aku yakin benar suara itu nyata. “apa itu suara kamu sayang?” tanyaku dalam hati meski aku tak akan pernah mendapatkan jawabannya.

design "s" miliknya (dok. pribadi)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun