Teman saya tadi pagi menghubungi lewat seluler, dia mengatakan ingin ke Klaten katanya kangen makan nasi tumpang lethok.
"Pokoknya aku mau ke Klaten harus makan bubur  lethok, aku sudah ngiler ketagihan makanan yang satu itu" katanya sebelum menutup telepon
Benar juga hari sabtu sore, dia benar-benar mengunjungiku, sudah sepuluh tahun dia tidak berkunjung ke Klaten. Dulu sewaktu masih di Klaten menurut ceritanya setiap pagi sarapannya nasi tumpang lethok.
Malam minggu di sepanjang jalan utama kota Klaten sudah penuh dengan pedagang kaki lima, namun aku lebih suka mengajak sahabatku itu ke warung favoritku bubur lethok tepatnya di depan taman lampion.
Suasana tampak ramai, tapi masih ada tempat duduk,  menikmati bubur lethok  sambil melihat orang lalu lalang. Warung ini hanya di sepanjang trotoar pintu masuk  taman lampion, nampak beberapa keluarga mendatangi taman lampion sekedar memanjakan anak-anak mereka bermain aneka mainan yang disediakan di taman tersebut.
Sahabat saya sudah tidak sabar ingin segera menikmati bubur lethok yang sudah lama tidak di nikmati, dia langsung memesan dua porsi bubur lethok, yang satu bubur lethok dan nasi tumpang lethok.
Benar saja aroma lethok dengan daun jeruknya, sudah tercium saat pelayan baru menyajikan bubur lethok dan nasi tumpang lethoknya.
Dengan lahapnya bubur lethok di santap sahabat saya, terlihat dia ketagihan sepuluh tahun tidak menjumpai bubur lethok setelah meninggalkan kota Klaten.
Bubur lethok memang menu khas Kota Klaten, dari bahan dasar tahu pong dan tahu putih diolah sedemikian rupa sehingga menjadi masakan yang nikmat dan ngangeni.
Saya juga sering masak lethok selain suami suka, masakan lethok bisa digunakan makan berkali-kali, tidak seperti sop dan sayur bening bayam sekali makan sudah tidak di makan lagi. Lethok bisa di panaskan kembali dan konon semakin lama di ulang-ulang masaknya bumbu akan semakin meresap.
Mendiang mbah wongso dulu satu-satunya orang yang berjualan lethok dekat rumah, sempat memberi resep masak lethok, masakan mbah wongso ramah dan masakannya lethoknya lezat. Tapi sayang, sepeninggal mbah wongso tidak ada anak cucunya yang melanjutkan pekerjaan mbah wongso.