Harga beberapa bahan makanan melambung tinggi, permintaan pasar melonjak naik, tapi stok menipis.
Jadi teringat percakapan tiga orang ibu hari minggu kemarin, saat belanja mas sayur di komplek gang sebelah.
"Mas harga bawang bombay berapa mas satu kilonya" Tanya seorang ibu setengah tua yang menimang bawang bombay yang bulat.
"Mahal bu....satu kilo bisa sampai seratus dua puluh ribu" Jawab mas sayur sambil membetulkan beberapa barang dagangannya.
"Wah mahal banget ya mas...satu butir jadi berapa ini" Tanyanya kembali
"Yang agak kecil lima ribuan, yang agak besar enam ribuan bu" Jelas mas sayur
"Iya sekarang harga pada naik semua" Â Sela seorang ibu yang sejak tadi memilih milih sayur yang mau dibeli.
"Wah bisa kaya ni...para penjual bawang bombay" Timpal ibu nancy yang baru saja datang.
"Kemarin saat saya belanja di supermarket dekat pasar itu, banyak orang yang borong dagangan, katanya sih buat persiapan kalau situasi semakin memburuk saat wabah" Cerita bu nancy
"Iya bu nancy kemarin saat belanja di kasir antrinya sangat banyak, troli troli pada dipenuhi semua, kaya orang kulakan" imbuh bu ida yang sejak tadi mengumpulkan barang yang mau di beli.
"Takut nggak kebagian kali ya bu, takut kehabisan stok" Jawab bu nancy
"Wah enak ya..yang banyak uang bisa beli sebanyak-banyaknya buat persediaan" Sela bu hesti
"Takutnya kalau barangnya ditimbun, terus dijual dengan harga yang mahal bu, nanti yang terkena imbas kita-kita ini" Kata bu nancy
"Wah kalau begitu kasihan yang saat ini kesulitan keuangan ya bu.., contohnya aku, sejak seminggu yang lalu suamiku diberhentikan kerja karena pabriknya tidak memproduksi barang" Curhat bu hesti
Fenomena yang terjadi waktu waktu ini memang miris terdengar, betapa tidak setelah mendengar adanya virus korona yang masuk di negara ini, membuat panik warga.
Kepanikan wargapun semakin menjadi saat banyak warga  yang melakukan pembelian berlebihan (panic buying). Mulai dari bahan pokok dan bahan pangan diserbu pembeli.
Tidak hanya di supermarket saja yang diserbu pembeli,  di mas mas sayur banyak ibu ibu yang memborong barang dagangan untuk persiapan, kalau terjadi apa apa di negara ini. Ketakutan para ibu kalau tidak punya persediaan yang banyak, nanti kalau pemerintah melakukan lockdown, ditakutkan  tidak ada lagi mas sayur yang lewat.
Kepanikan ibu ibu komplek pun semakin menjadi saat seorang ibu bercerita kalau keadaan seperti ini berlangsung terus kita akan bisa nggak punya bahan untuk kehidupan sehari hari. Beberapa ibu belanja sayuran lebih banyak dibanding hari sebelumnya, biasanya para ibu komplek situ belanja untuk dimasak dalam satu hari atau duahari saja, tapi akhir-akhir ini banyak yang belanja berlebih bahkan ada yang belanja untuk persediaan satu bulan, belanja sayur-sayuran yang tidak mudah busuk, misalnya kentang, bawang merah, bawang putih dan sayuran yang tahan lama.
Memang betul cerita dari mas sayur, barang dagangannya laku semua, yang biasanya saat siang pulang kerja masih banyak sisa sayur, tapi akhir-akhir ini habis ludes bahkan banyak para ibu yang dikecewakan karena tidak kebagian sayur, bahkan saat menjelang malam, banyak ibu ibu yang pesan belanjaan melalui via whatshap, sehingga saat pagi harinya ibu-ibu yang pesan tinggal mengambil saja.
Mas sayur yang mangkal di gang komplek memang sejak dini hari mulai berangkat kulakan barang dagangan, setelah subuh biasanya sudah mulai mangkal dan baru beberapa menit saja barang dagangan ludes. Banyak ibu yang kecewa tidak mendapatkan barang belanjaan. Bagi penjual sayur keliling ini adalah waktu keberuntungan. Hikmah yang dapat diambi dari peristiwa bersejarah di dunia, dengan adanya pandemi COVID 19. Penjual sayurpun juga mempunyai resiko yang tinggi karena hampir tiap hari harus berinteraksi dengan banyak orang dan banyak barang dagangan. Penjual sayurpun Kalau di suruh milih berjualan saat pandemi dengan keuntungan yang banyak dan jualan saat hari biasa, tetap saja memilih untuk bisa berjulan seperti hari biasa selain tidak banyak mengecewakan para pelanggannya, juga lebih aman tanpa dihantui virus mematikan ini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H