Mereka berkumpul sejenak untuk mengistirahatkan badan setelah sedari pagi membersihkan rumput liar disekitar lahan tanam, suasana hangat semakin terasa ketika mereka bertukar bekal dan menyantapnya bersama.Â
Terlihat raut wajah para buruh tani yang seolah tanpa beban, doa dan harapan selalu mengiringi setiap langkah. Mereka sudah ikhlas atas pekerjaannya, namun dibalik itu semua banyak cerita pahit yang harus dilalui.
      Buruh tani adalah sebutan untuk orang yang bekerja menggarap lahan di kebun atau sawah milik orang lain guna memperoleh upah atau bayaran, biasanya pekerjaan ini dilakukan oleh para ibu-ibu untuk membantu memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya, tak sedikit pula pekerjaan ini dilakukan oleh kaum pria atau siapapun yang memiliki keahlian dalam mengelola lahan namun tidak memiliki lahan pertanian sendiri.Â
Pada saat musim tanam para buruh tani bekerja membantu pemilik lahan untuk menanam, dalam proses perawatan tanaman para buruh tani juga dilibatkan untuk membersihkan rumput liar yang mengganggu proses pertumbuhan tanaman, dan pada saat musim panen para buruh tani bekerja membantu pemilik lahan memanen hasil dari lahannya. Upah yang diberikan oleh pemilik lahan kepada buruh tani juga berbeda-beda, tergantung dari apa yang dikerjakan dan berapa lama proses pengerjaannya.
     Â
 Saat ditemui, beberapa buruh tani menceritakan suka duka pekerjaannya kepada kami. Menurut penuturan mereka, buruh tani akan diberi upah sebesar Rp 30.000 untuk bekerja mencabuti rumput liar dengan jam bekerja pukul 07.00 sampai pukul 12.00 siang. Sedangkan untuk menanam diberi upah sebesar Rp 50.000 dengan jam kerja dari pukul 05.00 subuh sampai pukul 09.00 pagi.Â
Upah tersebut tidaklah sama setiap daerahnya, namun rata-rata besaran upah buruh tani di Kecamatan Kalibening, Banjarnegara adalah Rp 30.000 -- Rp 50.000 setiap harinya. Untuk menggarap satu lahan biasanya dikerjakan dalam 3 hari dan dikerjakaan oleh 5 sampai 8 buruh tani sesuai dengan luas lahan. Biasanya para pemilik lahan juga menyediakan makanan dan camilan untuk para buruh tani, dengan kata lain para buruh tani mendapat satu kali jatah makan saat menggarap lahan.
      Beberapa buruh tani memiliki lahan pertanian sendiri, namun mereka masih menerima tawaran sebagai buruh tani jika dibutuhkan, hal tersebut dilakukan untuk membantu perekonomian keluarga. Menurut mereka penghasilan sebagai petani tidaklah menentu, semua tergantung masa tanam, harga pasar, dan kondisi alam.Â
Pada saat harga beras sedang tinggi namun bertepatan dengan musim kemarau maka hasil panen tidak akan maksimal, para petani tidak dapat memaksimalkan lahan mereka karena kurangnya pasokan air, biasanya hanya menanam padi separuh dari luas lahan saja sehingga hasilnya pun tidak banyak.Â
Kondisi alam juga sangat berpengaruh, para petani yang memiliki lahan di area blok Sindu Kalibening, Banjarnegara sering kali mengalami gagal panen saat musim penghujan tiba.Â
Derasnya aliran sungai dan intensitas hujan yang tinggi dapat mengakibatkan banjir berhari-hari, bahkan genangan banjir menyerupai danau sehingga tanaman padi akan terendam serta terkena lumpur yang berimbas terjadinya gagal panen, sebaliknya jika musim kemarau tiba akan sangat kesulitan mendapatkan pasokan air.
      Gagal panen atau hasil panen yang tidak maksimal bukan hanya berpengaruh terhadap para pemilik lahan saja, para buruh tani yang bergantung kepada para pemilik lahan juga sangat terpengaruh.Â
Dalam satu bulan biasanya para buruh tani bekerja membantu para pemilik lahan sekitar 10 kali pada lahan yang berbeda-beda, namun hal tersebut tidaklah menentu.Â
Para buruh tani mengatakan bahwa dirinya ikhlas menjalankan pekerjaan tersebut karena untuk menambah penghasilan, walaupun beberapa kali berfikir ingin berganti profesi seperti membuka usaha sendiri. Para buruh tani juga berharap agar kelak anak-anaknya mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari mereka, kalaupun anaknya ingin menjadi petani harus bisa menjadi petani yang sukses, namun menurut mereka untuk menjadi petani sukses harus memiliki modal yang besar.
      Masih banyak kondisi para buruh tani yang lebih memprihatinkan, namun mereka ikhlas untuk melakukan pekerjaannya. Taraf cukup setiap orang berbeda-beda, saat mendapatkan upah yang kecil namun mereka dapat ikhlas dan bersyukur atas pendapatannya upah tersebut dapat untuk menyambung hidup mereka dan keluarganya.Â
Pelajaran yang dapat diambil dari para pekerja buruh tani ini adalah rasa ikhlas dalam melakukan pekerjaan dan bersyukur atas gaji yang diterima. Nikmati juga liputan kami di reels Instagram @selama.bicara untuk mengetahui kisah perjuangan dan harapan dari buruh tani.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H