Mohon tunggu...
Danan Wahyu Sumirat
Danan Wahyu Sumirat Mohon Tunggu... Buruh - Travel Blogger, Content Creator and Youtuber

blogger gemoy

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Kartini Inisiasi Energi Air dari Kerinci

19 Juni 2024   22:44 Diperbarui: 26 Juni 2024   00:17 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indahnya Kerinci berada di pegunungan bukit barisan Sumatra (sumber dokumentasi pribadi)

Langkah kaki tertahan melewati bilik sederhana usai menikmati matahari terbit di Bukit Khayangan, Sungai Penuh, Kerinci Jambi. Di depannya kincir air berputar penuh semangat, setengah badannya di kanal berkubang dengan air. 

Sudu-sudunya dihantam air silih berganti-ganti tiada henti. Mengingatkan proyek tugas akhir PLTMH (Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro) masa kuliah. 

Meski hanya konsep dan perencanaan semuanya tergambar di ingatan, bagaimana energi potensial menjadi energi kinetik lalu energi listrik. Listrik yang dihasilkan memang tidak sebesar PLTA tapi mampu memenuhi penerangan rumah tangga.

Kincir air dihubungan dengan generator untuk menggerakan alu memecah biji kopi sangria (sumber : dokumentasi pribadi)
Kincir air dihubungan dengan generator untuk menggerakan alu memecah biji kopi sangria (sumber : dokumentasi pribadi)

Poros kincir tak dihubungkan dengan generator tapi dimanfaatkan untuk memecah biji kopi. Teknologi sederhana ramah lingkungan yang memanfaatkan energi terbarukan. Seperti sinar matahari, air merupakan energi yang tidak akan pernah habis. Selama ekosistem sumber air terjaga, air akan terus mengalir menuruni bukit. 

Gugusan Bukit Barisan di Sumatra kaya akan air terjun kecil yang dapat dimanfaatkan sebagai PLTMH, namun tingginya ketergantungan terhadap energi fosil membuat orang enggan memanfaatkan sumber daya alam ini secara maksimal.

Delapan alu bergerak bergantin memecah biji kopi (sumber dokumentasi pribadi)
Delapan alu bergerak bergantin memecah biji kopi (sumber dokumentasi pribadi)

Saya menyapa Haji Irwan Efendi pemilik kincir air. Pria berpenampilan sederhana mengawasi pekerja di bilik sebelah. Sesekali mengangkat karung berisi biji kopi untuk disangrai. Pria paruh baya memperkenalkan diri sebagai generasi ketiga kopi Nur, kopi bubuk terkenal asal Sungai Penuh.

"Nur, Nurcaya itu nama mamah saya. Penggilingan kopi ini warisan nenek moyang mamah, Darijamsani" ujar pria yang beken dengan nama Haji Pen kopi Nur.

Haji Pen, generasi ke tiga Kopi Nur tersohor di Kerinci (dokumentasi pribadi)
Haji Pen, generasi ke tiga Kopi Nur tersohor di Kerinci (dokumentasi pribadi)

Sudah empat puluh tahun lebih Haji Pen menjalani bisnis kopi yang diwariskan secara turun temurun. Dengan kapasitas produksi 500 kg biji kopi robusta sehari,  kopi olahannya mensuplai pasar Jambi, Bengkulu, Sumatra Barat dan Pekanbaru.

"Dulu banyak yang seperti ini tapi banyak yang digantikan mesin dan tak jalan lagi."

Kenaikan harga BBM menyebabkan tingginya ongkos produksi. Berat bagi industri rumah tangga membeli bahan bakar industri yang harganya makin tinggi. Sudah harganya tak menentu begitu juga ketersediannya di pasaran .

Sejarah Kopi Nur

Bijksanalah Nurcaya dan keturunannya tetap mempertahankan kincir air hingga roda-roda usahanya tetap berputar sampai anak cucu.

Sejarah Kopi Nur berasal dari usaha keluarga yang didirikan tahun 1943 oleh Darijamsani, ibunda Nurcaya. Darijamsani berasal dari Bukittinggi, Sumatera Barat, merantau ke Kabupaten Kerinci bersama keluarganya. 

Darijamsani menggunakan cara tradisional dalam memproduksi kopi bubuk, seperti penggunaan kincir air dan kemasan dari koran dan daun pisang. Kopi yang dihasilkan belum memiliki merek dagang dan penjualannya dilakukan secara konvensional di pasar-pasar setempat.

Haji Nurcaya, Kartini Energi Air dari Kerinci (sumber RRI)
Haji Nurcaya, Kartini Energi Air dari Kerinci (sumber RRI)

Perkembangan industri kopi Nur terjadi ketika Nurcaya, anak Darijamsani, mulai membantu ibunya dalam usaha kopi. Setelah Nurcaya menikah dengan Atin St. Rajo Medan pada tahun 1959, mereka mulai merintis usaha pengolahan kopi di Kota Sungai Penuh. 

Pada awalnya, mereka memproduksi kopi bubuk tanpa merek dagang yang khusus. Pada tahun yang sama, mereka memperkenalkan merek "Nur" untuk membedakan produk mereka dengan jenis kopi bubuk lainnya. 

Merek "Nur" diambil dari nama Nurcaya sebagai pemiliknya dan melambangkan harapan agar usaha kopi mereka berkualitas dan diridai oleh Tuhan.

Sejak didirikan pada tahun 1984, Industri Kopi Nur terus mengalami perkembangan yang signifikan di bawah kepemimpinan Nurcaya. 

Awalnya, usaha ini masih menggunakan proses produksi secara manual, namun seiring berjalannya waktu, Nurcaya mulai mengadopsi penggunaan mesin-mesin modern dalam proses produksi kopi. Meski melakukan alih teknologi,  penggilingan biji kopi yang digerakan oleh kincir air tetap dipertahankan.

Peran Perempuan

Darijamsani dan putrinya  Nurcaya sosok inspiratif yang tidak hanya piawai berbisnis tapi juga mampu memanfaatkan energi berkelanjutan. 

Sesungguhnya sejak dulu perempuan sadar pemanfaatan energi baru terbarukan dengan teknologi sederhana. Mereka menggunakan energi surya untuk mengeringkan biji kopi, energi air untuk menggiling kopi dan energi angin untuk menyaring bubuk kopi. 

Namun ketergantungan bahan bakar fosil dan minimnya ilmu pengetahuan serta  teknologi membuat beberapa perempuan tak lagi memanfaatkan energi terbarukan.

Saya banyak mendengar kisah hebat dua wanita ini dari Haji Pen di dapur sederhananya. Sesekali hawa panas menyeruak dari dua tungku besar dengan lidah api berkobar menjilati drum dari bawah. 

Pelan drum diputar manual dan kayu kering disorongkan ke dalam tungku. Panasnya udara di dalam drum tak membuat biji kopi blingsatan seperti berondong jagung. Mereka tenang sampai mengering dan berubah warna.

Menyangrai kopi dengan drum sederhana bahan bakar kayu manis (sumber dokumentasi pribadi)
Menyangrai kopi dengan drum sederhana bahan bakar kayu manis (sumber dokumentasi pribadi)

Asap pembakaran dan aroma kopi berbaur, baunya mirip dapur nenek di kampung. Hampir semua dinding tertutup jelaga hitam. Tak perlu ngopi untuk menikmati hitam dan rasa kopi melalui indra penciuman. 

Hanya rasa pahit yang tak ada. Melihat kayu-kayu yang dibakar rasa getir pahit muncul. Berapa banyak pohon yang ditebang setiap harinya. Jika pohon diambil dari bukit sana, akankah menganggu serapan air hujan. Bisa saja esok atau lusa debit air akan turun.

Haji Pen berkisah bahwa aturan adat yang melindungi sumber air di Kerinci.  Warga tak bebas menebang pohon atau mengubah hutan menjadi lahan pertanian. Secara tidak langsung, perempuan berperan akan keberlangsungan sumber air di pegunungan. Sistem waris masyarakat Kerinci  adalah matrilineal atau garis keturunan ibu. 

Harta warisan; entah berupa, tanah, sawah, ladang, kebun, rumah atau seterusnya adalah milik perempuan. Harta  berupa tanah tidak mudah diperjualbelikan atau dialihfungsikan, ahli waris perempuan hanya  mendapatkan hak guna secara bergantian. 

Itulah yang membuat kebun dan ladang di lereng bukit tetap terjaga hingga sumber tetap terjaga.  Sehingga debit dan arusnya mampu menggerakan sudu sudu kincir air Kopi Nur hingga saat ini.

Kayu bakar untuk menyangrai biji kopi (sumber dokumentasi pribadi)
Kayu bakar untuk menyangrai biji kopi (sumber dokumentasi pribadi)

Perempuan tidak hanya menjaga harta pusaka demi kemakmuran garis keturunan tapi juga menjaga keseimbangan alam dan ekosistemnya. 

Tidak mengherankan Kerinci menjadi salah satu tempat terindah di Sumatra yang alamnya masih terjaga. Meski tak memiliki pendidikan tinggi Darijamsani dan  Nurcaya memiliki visi yang jauh tentang energi berkelanjutan.

Menggali Potensi Energi Terbarukan 

Saya berpikir andai Darijamsani dan  Nurcaya memilik pendidikan tinggi dan paham teknologi terbarukan, tak terbayangkan ide apa yang akan mereka wujudkan. Berharap gerakan yang dilakukan Oxfam membuat perempuan semakin melek energi terbarukan sampai ke pedalaman Sumatra dan melahirkan Darijamsani dan  Nurcaya baru.

Berada di punggung bukit barisan, Kerinci  merupakan areal pegunungan yang memiliki banyak air terjun kecil dan  berpotensi dimanfaatkan sebagai PLTNH (Pembangkit Listrik Tenaga Nano Hidro). 

Jika masing-masing rumah di lereng pegunungan dapat memaksimalkan potensi PLTNH maka akan menjadi solusi eletkrifikasi di daerah terpencil sehingga  terwujud transisi energi adil.

Indahnya Kerinci berada di pegunungan bukit barisan Sumatra (sumber dokumentasi pribadi)
Indahnya Kerinci berada di pegunungan bukit barisan Sumatra (sumber dokumentasi pribadi)

Gerakan transisi energi adil dapat dilakukan dengan menggandeng PPK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), melakukan penyuluhan dan praktik menyusun modul PLTNH sederhana. 

Perempuan belajar konsep mengubah energi potensial air terjun menjadi listrik yang dapat menghidupkan lampu LED. Dengan menggunakan generator DC mini, air terjun setinggi 2,5 meter dengan debit 5 m/s sudah dapat menyalakan lampu LED 10 watt. 

Bagi kita yang tinggal di kota, penerangan lampu 10 watt bukanlah hal yang luar biasa. Tapi bagi mereka yang tinggal jauh di lereng bukit terpencil, penerangan kecil merupakan berkah. Tak perlu lagi mereka menyalakan lampu minyak dan mengurangi ketergantungan energi fosil.

Potensi energi terbarukan lainnya  yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf ekonomi adalah biogas. Sebagain besar sawah di Kerinci masih menggunakan tenaga kerbau untuk membajak. 

Kotoran lembu dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi biogas. Jika teknologi konversi menjadi energi listrik mahal, maka biogas dapat digukanan untuk memasak atau industri rumah tangga seperti pengeringan ikan dan hasil bumi.

Setiap daerah di Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang luar biasa, namun permasalahan utamanya adalah transfer  ilmu dan pengetahuan  teknologi. 

Sesungguhnya nenek moyang kita telah menggunakan potensi energi terbarukan sejak dulu, tapi karena ketergantungan yang tinggi akan energi fosil, kita lupa. Kini saatnya kita kembali mengenal potensi energi terbarukan di bumi pertiwi demi transisi energi adil.

Jika di Kerinci, ada pasangan Kartini Energi Terbarukan, Darijamsani dan  Nurcaya yang inspiratif. Kini saatnya kamu menjadi agen transisi energi adil di daerahmu.


Lagu : Wanita Inisiasi Energi , Musik SUNO AI, Lirik : Danan Wahyu

Referensi

https://dananwahyu.com/2014/07/13/kincir-air-pemecah-biji-kopi/

https://eprints.ums.ac.id/93601/1/fix%20up%20NASKAH%20PUBLIKASI%20EPRINTS.pdf

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun