Saya bukan pakar lansia tapi ketika beberapa tahun lalu mengembangkan aplikasi permainan untuk mencegah demensia lansia melakukan banyak riset dan pengamatan. Faktor penting agar lansia bahagia adalah ekonomi, sosial dan kesehatan. Sebagai anak kadang kita lupa bahwa orang tua punya kebutuhan sosial untuk berinteraksi dengan teman senasib atau sejawat di masa tua. Meski kebutuhan ekonomi dan kesehatan sudah diberikan maksimal jika kebutuhan sosial tidak diberikan akan mempengaruhi kondisi psikologis dan kesehatan lansia.Â
Di satu kesempatan saya menyambangi sebuah klub lansia di Batam yang anggotanya bukan penghuni tetap graha ini. Mereka datang sesekali untuk melakukan aktivitas bersama, mulai dari olahraga, pengajian, membuat kerajinan hingga piknik bersama. Sebagian besar dari mereka tinggal bersama anak dan dipenuhi segala kebutuhan di dalam rumah tapi tetap kegiatan interaski bersama di graha lansia dibutuhkan.
Konsep Panti Jampo
Dari pengalaman di atas saya banyak mendapatkan referensi perihal panti jompo. Dulu saya membayangkan panti jompo merupakan rumah suram tempat manula dibuang dari keluarganya dan dikumpulkan. Tapi nyatanya saat ini panti jompo mirip  klub orang tua tempat mereka bersosialisasi. Beberapa memiliki fasilitas stay atau hanya fasilitas saja  bahkan sekelas hotel berbintang.
Beberapa tahun lalu orang tua saya pernah berpesan jika kamu benar-benar sibuk dan tak memiliki waktu . Mereka tidak keberatan untuk tinggal di panti jompo dengan alasan efisiensi. Bayangkan dua orang lansia harus tinggal dan mengurus rumah besar. Mengapa tidak tinggal di graha werdha dengan fasilitas lengkap dan tiap akhir pekan anak atau cucu bisa datang serta bermain.Â
Sebagai keluarga kecil yang hanya memiliki dua anak, orang tua sangat paham dengan kerepotan rumah tangga di masa depan. Keluarga tidak akan mudah mencari asisten rumah tangga dan orang yang mampu mengurus lansia. Belum juga masalah keterbatasan lahan tempat tinggal, bayangkan jika orang tua dan anak anak tinggal di perumahan atau apartemen. Tidak semua area tempat tinggal cocok dengan kondisi lansia. Bayangkan jika seoarang lansia waktu hariannya hanya dihabiskan di apartemen dengan ruang sempit terbatas.
Kebutuhan Bersosialisasi
Dengan bertambahnya usia manuisa kondisi fisik dan mental akan terdegradasi, hal ini sangat alamiah. Kita tidak dapat menghindarinya tapi satu-satunya yang bisa dilakukan adalah memperlambat semua kondisi ini salah satunya dengan membuat lansia tetap bahagia dan tidak stres. Nyatanya tidak mudah membuat lansia tidak stres, kebutuhan ekonomi, sosial dan kesehatan terpenuhi berimbang.Â
Bagi beberapa lansia aktif dan tiba-tiba harus berdiam diri di rumah terbatas atau apartemen adalah hal yang tidak menyenangkan meski semua kebutuhan terpenuhi. Lansia butuh teman bicara berinteraksi dengan sesama lansia, sebagai bentuk pelepasan emosi. Anak dan cucu tidak bisa setiap saat menjadi "teman" mengobrol bagi lansia karena kesibukan. Kesempatan  berkumpul dan bersosialisasi sesama lansia sangat dibutuhkan.
Tidak mengherankan beberapa negara maju tetap memberikan kesempatan lansia untuk bekerja sesuai kemampuan. Dalam budaya Indonesia kondisi ini sesuatu yang tabu karena mengekploitasi lansia dan kurang ajar. Padahal bekerja bagi lansia membangun mental mereka agar merasa tetap berharga dan bermanfaat serta berinteraksi sosial. Aktivitas fisik yang tidak berlebihan dipercaya mempertahankan fungsi fisik lansia. Pekerjaan yang berkaitan dengan aktivitas berpikir, membaca dan berhitung juga dipercaya mampu mengurangi demensia. Jadi jangan heran beberapa oranga tua berkumpul dan bermain kartu atau mahyong.
Penghuni Masa Depan