Toleransi agama memang bukan hal baru, jauh sejak mengenal pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) pelan-pelan mulai dikenalkan sejak TK Â hingga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Namun memang terasa berbeda jika kita menjadi mayorita, kita selalu berharap orang bertoleransi dengan keyakinan kita. Pusatnya selalu yang mayoritas, kita pun bisa memvalidasi bahwa toleransi boleh tapi tidak bertentangan dengan keyakinan padahal ini hanya tentang mengucapkan hari raya.
Belum lagi saat di Ramadan, dengan gaharnya kita akan melarang orang makan di hadapan kita dengan alasan toleransi. Padahal ibadah itu antara manusia dengan Tuhan, saya rasa tak perlu mengontrol orang lain agar ibadah kita lancar. Semua tergantung diri kita.
Pertanyaan Tentang Toleransi
Malam itu saya dan El kembali membahas toleransi agama dalam balutan keramahan khas orang Timur.
"Luar biasa ya El dari Dili sampai Flores"
"Aku nggak terbayang rasanya menjadi minoritas tapi dihargai", El menerawang.
Ya perjalanan ini kami banyak mendapat pengayaan batin bukan hanya menyambangi tempat-tempat indah. Ada satu pertanyaan yang sampai ini belum terjawab. Sebagai mayoritas, akankah kita terpikir untuk memberikan tempat ibadah yang layak bagi minoritas yang singgah di rumah kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H