Maaf tulisan ini bukan untuk menyindir siapapun. Jika ada pihak yang merasa tersindir atau merasa tersakiti, lebih baik tidak membaca.
Akhir-akhir pekerjaan konten kreator menjadi ngehits di kalangan generasi muda. Mereka yang bekerja di industri ini terlihat glamor, bisa review sana sini dengan ngomong di depan hape saja.
"Hai gaes makanan ini enak banget...", mungkin itu kata-kata yang sering kita dengar. Konon ada yang sekali sapa seperti ini tarifnya puluhan juta rupiah.
Mungkin akan banyak yang bertanya, kenapa tarifnya bisa semahal itu. Wah kalau membahas mengapa seorang influencer tarifnya bisa fantastis akan panjang. Kita kembali ke fokus ke konten kreator, orang kreatif pembuat konten dengan kemampuan riset dan komunikasi yang baik. Ilmu kanuragan SEO harus mumpuni agar konten berjaya di dunia maya.
Sesungguhnya konten kreator bukan hanya vlogger atau pembuat video, blogger dan penulis berada dalam lini industri ini. Terkadang tugas seorang blogger lebih dasyat dari jurnalis cetak. Maaf ini bukan curhat, coba lihat trend  lomba blog  saat ini , yang tak hanya memuat tulisan tapi juga foto, infografis dan video. Pemilihan judul, kata-kata pembuka, dan isi konten berdasarkan analisa SEO.
Berlahan namun pasti blogger berubah menjadi konten kreator multitalenta. Apalagi bagi mereka yang sering menghadiri undangan brand atau famtrip. Secara tertulis memang tidak ada yang  menuntut tampil sempurna tapi kebutuhan konten , kadang membuat blogger tampil layaknya selebritis. Selama acara berlangsung semua indra dimaksimalkan untuk konten dan publikasi. Jadi jangan kaget jika selama acara berlangsung blogger aktif mengabarkan melalui media sosial.
"Ribet jadi blogger jaman now...", celoteh rekan saya yang tak paham dunia konten mengkonten. Jujurly,  saya tak keberatan dan sangat menikmati sebagai kuli digital. Semakin dipecut semakin semangat.
Setelah Hiatus Pandemi
Pandemi mengubah segalanya. Nyaris dua tahun tak ada acara kumpul-kumpul konten kreator, adapun dengan prokes ketat. Tak banyak penyelenggara yang mau mengambil risiko. Gelaran webiner dirasa lebih aman, menjangkau lebih banyak orang dan hemat bujet.
Namun dengan menurunya kasus penularan COVID-19 dan program vaksin pemerintah berjalan suskes, beberapa famtrip mulai digelar. Konsepnya lebih mencari konten kreator yang mampu membuat video. Pamor konten tulisan tergerus dengan selera pasar yang tik tok sekali. Video pendek, menghibur dengan informasi singkat yang bisa dinikmati sekali swap. Tak mengherankan peserta famtrip lebih random dan berwarna, pemilik akun media sosial (tik tok atau instagram), selebgram, influencer, vlogger, blogger dan lainnya.
Famtrip Ceria
Kebanyakan panitia famtrip memang tak memberikan informasi detail untuk tugas saat famtrip. Kewajiban harian hanya memposting konten  di feed dan history instagram, bisa foto atau video. Tapi ada juga yang mensyaratkan video jadi sudah diedit dengan musik dan voice over.