Mohon tunggu...
Danan Wahyu Sumirat
Danan Wahyu Sumirat Mohon Tunggu... Buruh - Travel Blogger, Content Creator and Youtuber

blogger gemoy

Selanjutnya

Tutup

Trip

Perjalanan Menebar Kebaikan

5 Agustus 2022   22:30 Diperbarui: 5 Agustus 2022   22:39 545
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Herlina yang selalu mengunjungi panti asuhan saat traveling. dokpri

Perjalanan bersama emak-emak backpacker mempertemukan saya dengan Herlina, wanita paruh baya penghobi traveling. Ia selalu mendatangi panti asuhan di setiap kota yang kami singgahi lebih dari dua hari. Pagi-pagi, ia blusukan ke panti asuhan terdekat hotel, lalu keesokan paginya belanja kebutuhan panti.

Herlina yang selalu mengunjungi panti asuhan saat traveling. dokpri
Herlina yang selalu mengunjungi panti asuhan saat traveling. dokpri


Saat di Labuan Bajo, ia menyambangi panti asuhan yang baru terkena musibah kebakaran. Keesokan paginya, ia memesan banyak kasur, bantal dan guling.


"Apakah ibu selalu seperti ini", tanya saya.
"Ya maunya gitu."
"Wah uang ibu banyak selalu bisa berbagi", canda saya.
"Nggak Danan. Ini titipan. Biasanya setelah tahu kebutuhan panti, aku wa di-grup. Bersyukur banyak yang tergerak hatinya."

Dua minggu berkeliling bersama emak-emak backpacker.
Dua minggu berkeliling bersama emak-emak backpacker.


Dari beliau saya tahu bahwa berbuat baik tidak harus memberikan materi. Tapi meluangkan waktu dan perhatian kepada orang yang membutuhkan. Di sela kesibukan sebagai notaris, satu hari dalam seminggu Bu Herlina meluangkan waktu untuk menjadi volunter panti asuhan.

"Saya mau kaya ibu, tapi nggak punya waktu."
"Waktu kan yang atur kita, bukan  kita diatur waktu."
"Egoku  masih  tinggi, pilih jalan-jalan daripada  jadi relawan."
"Kamu kan hobi nulis, itu bisa jadi kebaikan."
"Ya tapi tulisan saya traveling Bu."
"Nah bisa bermanfaat untung orang lain."


Saya membuat blog untuk catatan pribadi  tapi nyatanya beberapa tulisan membawa berkah bagi orang lain.  Mungkin ini yang dimaksud Herlina. Tulisan Pulau Palambak di Aceh Singkil menjadi awal kebangkitan pariwisata di Kepulauan Banyak. Destinasi wisata yang terlupakan karena tsunami Aceh dan gempa Mentawai, kembali dikunjungi wisatawan setelah artikelnya terbit  di surat kabar.

Tulisan Pulau Palambak di Aceh Singkil tayang di surat kabar Republika.
Tulisan Pulau Palambak di Aceh Singkil tayang di surat kabar Republika.
Begitu juga dengan puncak Mandeh. Setelah kisahnya saya tulis dan video amatirnya diunggah di chanel YouTube, seorang jurnalis televisi menghubungi saya. Sejak saat itu Puncak Mandeh yang dikenal sebagai Raja Ampat Sumatra Barat, jadi destinasi favorit di Painan.


Gaya perjalanan beransel lebih banyak menjelajah pedalaman Indonesia memberikan pengalaman baru. Saya banyak menerima kebaikan di jalanan. Teringat ketika asrama biarawati di Timor Leste menerima kami yang tidak satu keyakinan untuk menumpang.  Saat di Aceh merasakan nikmatnya sebungkus nasi pemberian orang setelah berhari-hari makan mie instan. Perjalanan bukan hanya tentang destinasi tapi memahami bahwa kebaikan itu universal tanpa batas.

Pengalaman perjalanan ekstrim meyakinkan bahwa banyak kebaikan di muka bumi.
Pengalaman perjalanan ekstrim meyakinkan bahwa banyak kebaikan di muka bumi.

Takdir Manusia
Delapan bulan setelah menjelajah Flores, saya dan Herlina melakukan perjalanan ke Nepal. Impian kami mengintip  atap dunia Everest. Herlina sadar fisiknya tak seperti saat muda ketika ia menjelajah hampir semua gunung di Indonesia. Kami untuk mengikuti tour pesawat melihat  gunung Everest dan melakukan perjalanan budaya.

Traveling bersama Herlina ke Nepal.
Traveling bersama Herlina ke Nepal.
Saat di Pokhara, saya menemaninya singgah di sebuah panti asuhan. Saat pulang ia berkisah bahwa mungkin ini takdirnya. Setelah bertahun-tahun menikah dan tidak diberikan keturunan, Herlina dan suami berkomitmen untuk memberikan lebih banyak waktu, tenaga dan materi kepada anak-anak yang kurang beruntung.

"Cobaan (hidup)  itu ada hikmahnya. Dan mungkin takdir saya buat mengurus anak-anak ini".
"Kira-kira takdir saya apa?"
"Mungkin untuk jalan-jalan terus." Bu Herlina tersenyum.
"Wah uangku belum cukup kalau jalan-jalan saja, harus kerja."

Sesungguhnya saya tidak pernah menyangka akan memiliki hobi traveling. Sebagai anak bungsu terlahir prematur  membuat orangtua super protektif. Sejak lahir hingga kuliah, saya tidak pernah keluar kota kelahiran Bandar Lampung. Tapi setelah masuk dunia kerja semuanya berubah. 

Sebagai laki-laki dan calon imam keluarga, ibu mengiklaskan saya merantau. Bekerja  di tengah hutan Jambi memberikan kesempatan untuk mengenal dunia. Setelah dua minggu bekerja saya mendapat libur satu minggu penuh. Saat off duty saya memilih untuk berkelana ketimbang pulang ke rumah. Karena kesepian di hutan, lahirlah blog dananwahyu.com yang menjadi tempat curhat dan catatan perjalanan.

Saya tidak  menyangka akan menjalani takdir sebagai pejalan.
Saya tidak  menyangka akan menjalani takdir sebagai pejalan.

Hikmah Peristiwa
Surat mutasi ke Batam mengubah takdir dari backpacker paruh waktu menjadi traveler kantoran. Perubahan posisi dan pola kerja membuat saya harus menggantung ransel. Awalnya agak sedih meninggalkan hobi backpacking. Saya tidak akan sering melihat  kebaikan orang-orang di pedalaman nusantara.

Saya yang merindukan perjalanan di pedalaman  Indonesia.
Saya yang merindukan perjalanan di pedalaman  Indonesia.
Sesekali saya masih menyempatkan traveling dengan menjinjing koper. Herlina beberapa kali mengajak traveling ke destinasi impian Ladakh dan Tibet tapi tapi saya selalu menolak dengan alasan waktu. Kesannya memang sibuk tapi, inilah saya  sekarang, pekerja yang hanya mengandalkan cuti dan libur akhir pekan untuk jalan-jalan.

Saya menjadi relawan, mengajar di sekitar pulau Batam. 
Saya menjadi relawan, mengajar di sekitar pulau Batam. 
Sisi positifnya, saya mendapat kesempatan menjelajah laut di sekitar Batam. Saya jadi lebih mengenal kehidupan orang pulau. Pekerjaan saya di  bidang teknikal tapi sesekali membantu departemen CSR menjalankan program sosial  di pulau. Rasa empati pun tumbuh, hingga akhirnya saya bergabung dengan relawan edukasi di Batam. Secara berkala kami berkelilng di pulau sekitar Batam untuk mengajar di akhir pekan sekaligus traveling tipis.

Bersama rekan kantor mendapat tugas melakukan aktivitas CSR di pulau.
Bersama rekan kantor mendapat tugas melakukan aktivitas CSR di pulau.
Saya mendapat kabar yang mengejutkan dari Herlina. Ia akan menjalani pengobatan di Singapura padahal dua bulan lagi akan melakukan perjalanan keliling Amerika. Mike, suami Herlina berkisah bahwa cairan di lutut Herlina  berkurang sehingga menyebabkan rasa sakit. Solusinya dengan menyuntikan gel di lutut tapi  tidak permanen.  Teknik pengobatan terbaru dengan memasukan sejenis busa yang nantinya kan menjadi bantalan permanen di lutut.

Saya sempat menengok Herlina  yang ditemani Mike. Herlina optimis dalam dua bulan kakinya sembuh dan siap  melakukan perjalanan. Namun manusia hanya bisa berencana ternyata pemulihan butuh 4 bulan lebih. Herlina harus mengiklaskan rencana perjalanan yang impikan.

Herlina yang aktif traveling terancam tak bisa menjalankan hobi karena lutut sering terasa nyeri.
Herlina yang aktif traveling terancam tak bisa menjalankan hobi karena lutut sering terasa nyeri.
Saya jadi ingat kata Mike. "Sepertinya kakinya nggak akan sembuh dua bulan, tapi dia tetap bersemangat." Dari sini saya belajar, kita harus optimis dengan kehidupan walau kadang  kenyataan tidak  sejalan dengan rencana. Yakinlah Tuhan akan memberikan yang terbaik.

Pandemi dan Kebaikan
Meski aktivitas traveling saya tidak sesering dulu tapi kegiatan menulis dan turunannnya semakin banyak. Status travel blogger membuka kesempatan untuk menulis di majalah, surat kabar dan kontributor televisi. Tak hanya tempa wisata yang saya ulik tapi juga hotel dan tempat kuliner yang tersebar di Batam, Malaysia dan Singapura.

Menjadi travel blogger memberikan kesempatan menjadi travel writter.
Menjadi travel blogger memberikan kesempatan menjadi travel writter.
Tahun 2020, tepat sepuluh tahun menjalani hobi menulis. Proses menjadi seorang penulis sangat panjang. Saya disleksia, selama sekolah tidak pernah mendapat nilai Bahasa Indonesia di atas 6. Tiba-tiba ingin bisa menulis baik, caranya dengan berlatih melalui blog dan membaca tulisan orang lain di Kompasiana. Meski bukan pekerjaan utama, travel blogger menjadi bagian identitas tak terpisahkan.

Siapa di saat pandemi yang membutuhkan kisah jalan-jalan?
Siapa di saat pandemi yang membutuhkan kisah jalan-jalan?
Lalu apa yang terjadi saat pandemi datang. Travel blogger tak bisa traveling, tak ada tulisan baru dan satu per satu pengunjung setia blog menghilang. Saat pandemi orang tak butuh kisah perjalanan  apalagi informasi traveling. Orang hanya butuh sehat jiwa, raga dan dompet.

Industri pariwisata yang selalu mendukung hobi dan pekerjaan sampingan mati suri. Pekerjaan utama saya memang tidak di industri ini tapi turut merasakan teman-teman terdampak pandemi. Banyak hotel di Batam tak mampu membiayai ongkos operasional. Tahun pertama beberapa hotel masih bertahan tapi tahun ke dua satu  per satu tumbang, bangkrut.

Apa yang bisa saya lakukan?

Saat pandemi mulai reda saya kembali membuat ulasan hotel dengan biaya sendiri tanpa endorse. Saya membuat video promosi hotel dan  membantu mendesain materi  cetak promo iven wisata tanpa dibayar. Saya ingin industri pariwisata di Batam seperti  dulu. Seperti kata Herlina, setiap manusia punya takdirnya untuk menebar kebaikan.


Materi promosi iven pariwisata yang harus tertunda karena kasus positif naik kembali.
Materi promosi iven pariwisata yang harus tertunda karena kasus positif naik kembali.

Pandemi masih belum berlalu dan sejujurnya saya merindukan momen traveling keliling Indonesia. Tapi kondisi belum pulih, saya yang komorbit memang harus menahan diri karena siapa yang akan menjamin tidak ada gelombang ke empat. 

Herlina kini juga lebih sering di rumah. Laman media sosialnya yang dulu dipenuhi foto perjalanan, kini dipenuhi foto kuliner yang ia masak sendiri. Padahal saya tahu pasti, Herlina tidak pandai memasak. Tapi postingan masakan sederhananya memberikan inspirasi saat orang stay at home dan WFH (working from home).

Herlina kini lebih suka berbagi foto kuliner ketimbang traveling.
Herlina kini lebih suka berbagi foto kuliner ketimbang traveling.

Kita semua bisa berubah dengan berjalannya waktu tapi tidak dengan menebar kebaikan. Karena setiap manusia punya takdirnya sendiri untuk berbuat kebaikan. Mari menjadi agen penebar kebajikan di manapun dan kapanpun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun