Kebahagiaan itu seperti energi, ia dapat diciptakan oleh siapapun dan bisa ditebarkan dengan cara apapun. Namun saat pandemi seperti sekarang apakah kita bisa menebarkan energi kebahagiaan?
Awal pandemi saya kehilangan kebahagiaan.  Idul Fitri tahun ini saya lewatkan di kosan sendiri dengan  kamera ponsel menyala. Saya membayangkan kami sekeluarga duduk di meja makan yang sama. Kisah selanjutnya sudah bisa ditebak ada haru jarak jauh hingga air mata tumpah.
Bukannya paranoid tapi kedua orang tua memiliki penyakit bawan dan  tergolong lansia yang rentan terpapar virus covid-19. Bisa saja penerbangan  Batam-Lampung menjadi media virus sampai di rumah.
Kantor tempat saya bekerja memiliki standar protokol kesehatan tinggi , hingga saat ini masih menjalankan WFH dan split work. Saya  tidak diperkenankan melakukan perjalanan dinas luar kota apalagi jalan-jalan ke luar negeri.  Jika memaksa setelah melakukan perjalanan wajib karantina mandiri 14 hari. Ribet kan? Kehidupan sebagai travel blogger berubah 180 derajat.  Dulu sebelum pandemi hampir setiap akhir pekan ke luar kota bahkan ke luar negeri.
Bahagia Dengan Membuat Konten
Meski kata orang sekarang yang paling berharga adalah kesehatan dan kebahagiaan. Tapi siapa yang mampu bahagia jika semua rencana tahun ini ambyar. Sudahlah tidak bisa kemana-mana, kesempataan berusaha dan bekerja dibatasi karena tidak boleh keluar rumah dan berimbas ke pendapatan.
![Saat awal pandemi terkurung di dalam rumah /dokpri](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/31/new-image-5fed3393d541df7c79031c25.jpeg?t=o&v=770)
Bagaimana ya cara saya bahagia saat pandemi?
Saya menguhubungi beberapa teman traveling untuk curhat tapi pada akhirnya silaturhami online ini menjadi konten. Dengan menggunakan aplikasi anchor, obrolan traveling menjadi podcast yang bisa dibagi ke banyak orang melalui Spotify, Apple podcast, Google podcast dan platform podcast lainnya. Â Saya yang ekstrovert jelas merasa bahagia ketika bisa mengobrol dengan banyak orang.
Hikmah lain pandemi adalah saya  kembali kembali ke dapur. Tapi kali ini ke dapur tidak hanya untuk memasak tapi membuat konten kuliner.  Tutorial memasak sederhana gaya emak-emak nyerocos bertajuk Mak unyeng mendapat respon baik. Teman-teman menyarankan jika Mak Unyeng tidak hanya di Instagram tapi juga di chanel Youtube. Â
Berlahan namun pasti energi kebahagiaan di dalam diri mulai tumbuh dan siap untuk disebarkan.
Berkah Belanja Online
Sejak pandemi nyaris semua kebutuhan hidup dibeli online melalui media social dan marketplace. Tujuannya memang untuk meminimalisir kontak fisik dan mendukung usaha teman di saat pandemi.  Setiap hari selalu membeli  makanan dan minuman dari teman-teman yang terdampak pandemi. Inilah cara kecil saya untuk berbagi selain menyantuni mereka yang benar-benar membutuhkan.
Tidak  jarang beberapa barang berasal dari luar kota seperti sambal atau jajanan kering. Beruntung ada JNE Express yang mengantarkan sampai ke depan pintu rumah. Maaf ya Mas kalau sekarang saya tidak bisa menerima dan mengucapkan terimakasih langsung.
Walau saya sudah tahu isi di dalam paket tapi sensasi membukanya membuat bahagia. Ada tambahan rasa bahagia  ketika membaca kertas ucapan di dalamnya.  Jadi jangan salahkan jika aktivitas belanja online dan saling mengirimkan bingkisan menjadi aktivitas rutin saat pandemi karena ini salah satu cara  menularkan energi kebahagiaan dengan memberi.
Membuat Aplikasi Bagi Lansia
Bagi saya hikmah pandemi  tahun ini adalah memiliki banyak waktu untuk mengembangkan diri. Ini bukan mengembangkan diri dengan banyak tidur dan ngemil.  Tahun ini kebetulan saya diterima di Apple Developer Academy Batam , program pendidikan nirlaba dari Apple. Seharusnya setiap hari belajar di kampus yang berada di kawasan Nongsa, Batam. Namun karena pandemi semua kegiatan belajar mengajar dilakukan secara online.
Awalnya kami mengalami kendala yang cukup berat, karena kami tidak hanya mengikuti kelas online saja tapi juga mengerjakan tugas kelompok jarak jauh. Bayangkan bekerjasama dengan teman yang baru kenal di dunia nyata dua minggu dengan latarbelakang yang berbeda. Tidak mudah menyatukan ide enam orang tanpa tatap muka. Hal yang paling sering terjadi adalah kesalapahaman dalam berkomunikasi. Tapi di sinilah kemampuan kolaborasi kami dilatih untuk menghadapi dunia kerja yang bisa saja berubah setelah pandemi. Munngkin saja di masa depan tidak ada kantor fisik karena seluruh orang di dunia bekerja dari rumah dengan internet.
Sepuluh bulan memang bukan waktu yang lama tapi juga bukan waktu singkat. Proses belajar yang kami lalui mengubah cara berpikir dan bekerja sebagai seorang developer kelas dunia. Tepat bulan ke sembilan kami ditantang untuk menyelesaikan tugas akhir dengan membuat aplikasi sesuai keinginan. Setelah berdiskusi akhirnya kelompok kami memutuskan untuk membuat aplikasi bagi lansia. Karena tidak banyak aplikasi di dunia yang membantu lansia dalam menjalani hidup padahal pada kenyataannya kita semua akan tua.
![Listory, aplikasi membantu lansia mencegah demensia melalui terapi reminiscence./foto: listrory](https://assets.kompasiana.com/items/album/2020/12/31/1-5fed2e0dd541df0add3702e3.jpg?t=o&v=770)
Terapi Reminiscence Mencegah KepikunanÂ
Salah satu hal yang menarik dari investigasi lansia adalah masalah demensia atau kepikunan. Berdasarkan data Alzhermer's Diesase International bahwa setiap tiga detik akan ada satu kasus demensia.  Jumlah penderita demensia dunia  meningkat dua kali lipat dalam 20 tahun. Berdasarkan catatan dari WHO, satu dari lansia meninggal akiba demensia. Sedangkan biaya pengobatan demensia tergolong mahal.  Padahal sindrom penurunan fungsi kognitif yang menyebabkan gangguan perilaku dan kepribadian dapat dicegah.
Salah satu cara murah  yang sering digunakan untuk mencegahnya  adalah dengan terapi reminiscence. Konsep terapi ini memanggil ingatan masa lalu lansia dengan objek  memorable seperti foto lama, lagu lama, film lama dan  benda-benda antik. Melalui objek ini lansia diajak bercerita sehingga kemampuan  kognitifnya tetap bertahan. Idealnya proses ini dilakukan secara berkelompok tapi bisa juga dilakukan berdua dengan mengobrol.
Untuk memudahkan terapi reminiscence dengan menggunakan foto lama kami membuat aplikasi bernama Listory , Your Life History. Aplikasi ini juga memiliki fitur untuk merekam aktivitias proses terapi sehingga lansia dapat mendengarkan kembali cerita dalam bentuk rekaman suara dan membagikan kepada orang terdekat.
Seperti halnya anak kecil, lansia suka bercerita tentang hal-hal yang membuatnya bangga dan bahagia. Kondisi ini merupakan bentuk alamiah otak untuk melatih daya ingat dan membangkitkan mood positif. Jadi jangan bosan untuk mendengarkan lansia bercerita walau diulang-ulang karena ini yang akan membuat mereka tetap sehat. Salah satu fungsi aplikasi Listory ini menjadi media orang tua bercerita kepada anak atau cucu yang tinggal jauh dan tidak memiliki banyak waktu.
Kami banyak mendapatkan respon positif ketika Listory memasuki tahap usability test. Meski sederhana, aplikasi ini memberikan pengalaman bertutur lansia yang berbeda. Ada banyak kisah dan kenangan yang bisa dibagikan ketika menggunakan aplikasi yang saat ini hanya ada di app store. Berharap dari karya kecil ini saya dan teman-teman dapat  membagikan kebahagiaan kepada seluruh lansia.
Pandemi tahun ini memang berat untuk dijalani tapi bagi saya  untuk berpikir dan melakukan hal-hal positif. Mungkin banyak hal negatif di sekitar kita tapi bukan tidak mungkin mengubahnya menjadi sesuatu yang positif lalu membagikan kepada orang lain. Jangan pernah ragu untuk berbagi kebahagiaan karena bisa saja sesuatu yang kita anggap kecil , bisa saja sangat berarti bagi orang lain.
Selamat tahun baru 2021. Semoga tahun depan lebih banyak kebahagiaan yang dapat kita bagikan.