Mohon tunggu...
Danan Wahyu Sumirat
Danan Wahyu Sumirat Mohon Tunggu... Buruh - Travel Blogger, Content Creator and Youtuber

blogger gemoy

Selanjutnya

Tutup

Trip

Jika Ingin Dipanggil ke Tanah Suci, Bukalah Hatimu

30 Desember 2018   21:15 Diperbarui: 30 Desember 2018   21:18 1071
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Zaman dahulu  untuk dapat  melaksanakan rukun Islam ke lima, selain memiliki materi seorang muslim wajib memiliki ilmu yang mumpuni serta ketahanan fisik dan mental.  

Bayangkan untuk sampai ke tanah suci harus melalui perjalanan darat dan laut selama berbulan-bulan bahkan setahun penuh. Hanya orang-orang terpilih dan hatinya terpanggil yang bisa ke tanah suci  menjadi tamu-Nya.

"Tapi bagaimana  kamu mau mendengar, jika telinga dan hatimu tidak dibuka lebar-lebar untuk mendengar panggilan-Nya",  ujar Bapak  ketika saya  menolak umroh bersama keluarga  dua tahun lalu dengan alasan belum dapat panggilan.

"Apakah benar saya belum dipanggil Ya Allah?" Doa saya di sepertiga malam jelang pergantian tahun 2018 melahirkan sebuah jawaban. Jika  tidak bisa berhaji mengapa tidak berangkat umroh terlebih dahulu. Ketika  niat itu begitu kuat maka Allah akan  menjabah doa umatnya  tanpa syarat. Bulan  April 2018 saya berangkat ke tanah suci melalui umroh mandiri atau biasa disebut dengan  umroh backpacker, sesuai dengan kemampuan finansial.

Umroh & Keinginan Naik Haji

Jangan membayangkan umroh mandiri sama dengan umroh reguler dengan fasilitas penuh. Ibadah gaya ini  memerlukan kesiapan  fisik dan mental yang lebih untuk menghadapi hal-hal tidak terduga di perjalanan, seperti berdesakan di kendaraan umum  hingga  menangani semua barang bawaan sendiri tanpa porter.

Umroh backpacker itu tidak senyaman umroh reguler.
Umroh backpacker itu tidak senyaman umroh reguler.
Jelang hari terakhir umroh  fisik saya jatuh sakit karena kelelahan dan perubahan cuaca yang ekstrim. Kota Mekah sempat diguyur hujan beberapa jam setelah panas hampir setahun. Saya sempat terkena radang tenggorokan, flu dan demam selama beberapa hari. Ini baru umroh dan usia juga belum terlalu tua, bagaimana jika 25 tahun lagi saya berhaji apakah akan mampu?

Perjalanan minimalis ini membuka pikiran  bahwa ibadah ke tanah suci harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Saya jadi membayangkan bagaimana jika di usia lanjut  baru melaksanakan ibadah haji tentu banyak kendala dan resiko yang akan dihadapi.  Memang usia  dan kesehatan manusia milik Allah tapi manusia tetap harus menjaganya sebagai sebuah ikhtiar.

Umroh 9  hari di tanah suci  terasa begitu singkat seperti rindu yang belum tuntas namun harus kembali terpisah oleh jarak dan waktu. Itulah yang saya rasakan ketika melakukan tawaf wada sembari  melambaikan tangan ke Ka'bah.

"Ya Allah kapan saya bisa kembali ke sini untuk menyempurnakan menunaikan rukun islam ke lima?" Tidak terasa air mata menetes, merasakan penyelesan teramat dalam. Mengapa hati ini tidak pernah terpanggil dari dulu. Haruskah ketika tubuh ini renta lalu berjalan tertatih tatih ke sini. Sejak saat itu  saya bertekad untuk mempersiapkan diri berangkat haji ke tanah suci dengan sebaik-baiknya. Inilah saatnya berhaji, jika tidak mempersiapkan dari sekarang sekarang kapan lagi?

Ibadah haji berbeda dengan umroh, salah satu rukun terberat adalah wukuf di Arafah. Dalam cuaca panas  hingga 60 derajat Celcius jemaah harus berjalan sejauh lima kilometer dari tenda menuju Jamarat. Jarak  ini bisa lebih  jauh jika lokasi tenda berada di tempat yang jauh. Rangkaian ibadah  itu belum termasuk menuntaskan rukun haji di Masjidil Haram, yaitu tawaf ifadah dan sa'i.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Tabungan Rencana Haji

Melihat antrean haji yang semakin panjang, konon bisa mencapai 20 tahun lebih, rasanya menyesal tidak memulai menabung untuk naik haji sejak remaja. Seharusnya  sejak menerima gaji pertama sudah membuka tabungan rencana haji. Dengan setoran minimum 300 ribu rupiah dalam 72 bulan atau lima tahun sudah bisa mendaftar Rekening Tabungan Jamaah Haji (RTJH)  dan mendapat nomor antrean.

Setelah 2018, resolusi tahun 2019  membuka tabungan rencana haji dengan menyisihkan uang nongkrong dan piknik akhir pekan. Kalau dihitung-hitung tiga ratus ribu itu sama dengan biaya sebulan nongkrong di coffee shop atau ongkos feri pulang pergi Batam-Singapura. Dengan  tidak  jalan-jalan sekali ke Singapura atau kongkow sebulan sudah bisa menabung untuk naik haji.

Tabungan  Rencana Haji iB dari Bank Danamon Syariah bukan hanya tabungan haji  biasa, karena memiliki perlindungan asuransi jiwa syariah senilai sampai dengan 200 juta. Asuransi ini berlaku sejak mulai menabung hingga nanti berangkat dan di tanah suci kelak.

Kalau dihitung-hitung fasilitas asuransi jiwa syariah yang diberikan gratis karena tanpa mengurangi nilai tabungan setiap bulan yang disetor. Dengan rencana tabungan haji juga mendapat manfaat asuransi. Menarik bukan?  Tapi tetap niat utama diluruskan  untuk ke tanah suci bukan untuk untuk perlindungan asuransi jiwa.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Sebagai generasi yang selalu dimanjakan aplikasi  dan  sistem perbankan online, pendaftaran dan setoran bisa dilakukan tanpa harus datang ke bank itu sangat memudahkan. Agak ribet kalau tiap bulan harus datang ke bank menyetor tabungan haji.

Bagi  yang memiliki kemampuan finansial lebih,  rencana tabungan ini bisa dinaikan hingga lima juta per bulan. Jadi jika memiliki rejeki lebih dan sudah tidak sabar ingin cepat-cepat ke tanah suci, bisa merubah skema Tabungan  Rencana Haji iB dari Bank Danamon Syariah .

Bagi saya yang terpenting  dari  kemudahan dan fasilitas tambahan adalah sistem akadnya bagi hasil atau mudharabah, tanpa riba. Bukankah niat  baik harus dilakukan dengan cara yang baik dan halal agar berkah.

Sebagai paman  yang  baik, jadi kepikiran untuk mengikutsertakan kedua ponakan saya Faiz dan Fina ke  Tabungan  Rencana Haji iB dari Bank Danamon Syariah. Daripada tiap bulan memberikan uang jajan bukankah akan jauh lebih berfaedah dengan memberikan tabungan haji.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Rekening Tabungan Jemaah Haji

Setelah jangka waktu Tabungan Rencana Haji iB jatuh tempo dan setoran minimum awal terpenuh ( sekarang 25 juta) maka dapat mendaftar ibadah Haji melalui pembayaran setoran awal Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang terkoneksi langsung dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) Kementrian Agama RI. Nah kalau begini jemaah sudah mendapat nomor porsi alias antrean haji.

Doakan ya niat saya berhaji dapat terealisasi dengan cepat. Maunya sih bersama dengan kedua ponakan. Memang anak-anak bisa mendaftar haji? Alhamdulilah syarat usia pendaftaran haji minimum 12 tahun.

danamon.co.id
danamon.co.id
danamon.co.id
danamon.co.id
danamon.co.id
danamon.co.id
Bagi nasabah Rekening Tabungan Jemaah Haji (RTJH) Danamon ada fasilitas kartu ATM dengan layanan ATM 24 jam di lebih dari 10.000 ATM (jaringan ATM Danamon, Prima, Bersama, Alto, Maestro dan Matercard electronic). Dan hebatnya kartu ATM ini nantinya bisa digunakan untuk menarik uang tunai ATM di Arab Saudi tanpa dikenakan biaya. Jadi besok jika ke tanah suci tidak usah repot membawa uang cash riyal.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Persiapan Apa Lagi

Berkaca dari persiapan umroh kemarin, meski sudah mendaftar dan siap berangkat, saya pribadi selalu merasa ada kurang, dari persiapan barang bawaan sampai hapalan doa  ibadah di tanah suci. Tidak cukup dengan mengunduh aplikasi panduan umroh dan haji di gawai, buku panduan saya scan dan filenya saya simpan di surel. Harapannya jika ada yang lupa bisa langsung dibuka.

Kesiapan hati beribadah jangan ditunggu tapi diusahakan dan menjadi tujuan hidup.
Kesiapan hati beribadah jangan ditunggu tapi diusahakan dan menjadi tujuan hidup.
"Kalau kamu sudah melakukan seluruh persiapan sebaiknya kamu berdoa agar semua dimudahkan oleh Allah SWT." Kata Bapak usai melihat kegelisahan mempersiapkan keberangkatan.

"Rasanya ada yang tertinggal dan terlupa", ujar saya sembari memeriksa koper.

"Nah disinilah kamu harus belajar. Jika yang manusia rencanakan tidak sesuai dengan kehendak Allah kamu harus ikhlas dan tawakal." Bapak berkata seraya tersenyum.

"Saya harus ikhlas?"

"Iya setelah semua ikhtiar..." Lalu Bapak bercerita kondisi penyakit jantung Ibu, secara perhitungan medis tidak mungkin berhaji  ke tanah suci. Dengan waktu antrean yang semakin panjang dan kuota haji yang semakin menurun akibat renovasi Masjidil Haram, rasanya mustahil mewujudkan keinginaannya. Namun dengan usahanya berobat dan melakukan diet, alhamdulilah kesehatan jantungnya membaik dan insya Allah tahun depan beliau akan berangkat haji .

"Jadi jika berniat  naik haji, jaga kesehatan dengan rajin berolahraga", ujar Bapak.

"Aku kan masih muda Pak..."

"Tapi 15 tahun lagi sudah tidak muda lho. Penyakit jantung itu dipengaruhi oleh faktor  keturunan dan gaya hidup."

"Iya deh Pak percaya yang Yayangnya punya penyakit jantung." Saya berusaha menggoda bapak dan yang digoda hanya tersenyum simpul.

Cuaca yang ekstrim membuat tubuh membutuhkan adaptasi.
Cuaca yang ekstrim membuat tubuh membutuhkan adaptasi.
Pada awalnya ibu memang tidak pernah merasa yakin usianya akan mampu menunggu antrean haji hingga tahun depan. Sehingga dua tahun lalu beliau memutuskan untuk umroh dulu bersama bapak demi mewujudkan impian sampai ke tanah suci.

"Andai tidak bisa naik haji paling tidak sudah umroh ke Mekah." Permintaan ibu dua tahun lalu yang membuat kami sekeluarga sedih. Tapi siapa yang menyangka ketika menyentuh tanah suci kesehatan semakin membaik hingga sekarang. Mungkin ini yang dinamakan kekuatan doa yang dibarengi ikhtiar ibu untuk selalu hidup sehat.

Ketika mencari informasi haji dan  penyakit jantung di internet saya mendapat fakta menarik  bahwa 60 persen jemaah haji Indonesia meninggal di tanah suci karena serangan jantung. Pemicunya kelelahan luar biasa akibat aktivitas fisik yang berlebihan di tengah cuaca ekstrim. Jadi tidak berlebihan, jika ada ada yang mengatakan naik haji adalah  ibadah fisik. Jadi bukan haya mental dan materi yang harus dipersiapkan tapi juga fisik.

Wejangan dari bapak semakin memantapkan niat saya untuk berhaji  dan  membuka hati  agar mendengar panggilanNya melalui doa dan ikhtiar. Ikhtiarnya  dengan melakukan persiapan  sedini mungkin baik materi, fisik dan ilmu agar kelak kembali dari  tanah suci menjadi haji yang mabrur.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun