[caption id="attachment_204811" align="aligncenter" width="480" caption="Mboto - Film karya anak-anak dusun Jatisari (sumber:koleksi pribadi)"][/caption] Film adalah karya cipta seni dan budaya , salah satu media komunikasi massa audiovisual dibuat berdasarkan asas sinematografi. Pada awalnya karya seni ini hanya dapat direkam dengan menggunakan pita seluloid . Proses produksinya pun cukup rumit dan masih mahal karena bebasis teknolgi analog.  Namun dengan berkembang teknologi digital , membuat film  menjadi mudah dan murah. Siapapun bisa membuat film dengan perekam digital, bahkan kamera ponsel. Tidaklah mengherankan jika di tanah air  bermunculan pembuat film beraliran indie. Bahkan diantara mereka berstatus mahasiswa atau pelajar. Dengan metode learn by doing,  mereka menuangkan ide ke film pendek dengan peralatan sederhana. Terkadang proses editing dilakukan di kamar kos hanya menggunakan personal computer. Ternyata geliat film indie sampai juga di pelosok pedesaan. Sabtu (29/07/2011), anak-anak Dusun Jatisari, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan memproduksi film  berjudul Mboto , artinya membuat bata. Dengan menggunakan kamera pocket pengambilan gambar dilakukan selama satu hari penuh di tiga lokasi : tobong bata, rumah pemeran utama "David" dan areal persawahan. Sehari sebelumnya dilakukan proses pra produksi oleh kru dan pemain yang rata-rata berusia 11-14 tahun secara mandiri. Dimulai  pengembangan skenario dari ide cerita sampai survei lokasi syuting. Kendala terberat adalah minimnya kemampuan teknis seperti teknik pengambilan gambar, tata suara , tata cahaya dan editing. Untung saja bocah-bocah ini mendapatkan pengalaman berharga dari  produksi film sebelumnya berjudul "Banyu". Tantangan  film kali ini, syutingnya dilakukan bulan Ramadhan. Tapi alhamdulilah para kru dan pemain berkomit untuk tetap menjalankan ibadah puasa. Tepat pukul 10:00  berkumpul di tobong milik Mas Agus. Memulai syuting adegan David  - tokoh utama - membuat batu bata. Sang talent kebetulan pernah bekerja di tobong sehingga syuting berjalan lancar tanpa kendala. Meskipun menggunakan kamera saku, sang kameramen - Andri Setiawan - tahu sudut pengambilan terbaik,sehingga komposisi gambar begitu pas. Ezwin Aji Purnomo mengarahkan pemain sesuai naskah skenario yang sudah di buat. Sedangkan Tedi , Lanjar dan Edi bertindak sebagai kru umum mempersiapkan perlengkapan syuting dan menertibkan penonton.  Kerja sama  merupakan poin terpenting dalam proses produksi. Secara tidak langsung mereka belajar  team work mewujudkan satu tujuan untuk karya terbaik. Walaupun  mereka masih bingung dengan definisi kata team work itu sendiri. Orang dewasa juga dilibatkan  dalam film ini. Namun kehadiran orang dewasa sebagai pemeran pendukung saja . Konsep film ini adalah film anak-anak murni. Dari pemain sampai tim produksi semuanya anak-anak. Bahkan ide cerita berasal dari mereka. Terinspirasi kehidupan sehari-hari  munculah ide cerita yang kental suasana pedesaan. Setelah Dzuhur proses pengambilan gambar berlanjut di areal persawahan . Di tengah musim kemarau kru dan pemain harus berpanas ria berpuasa. David tokoh utama diharuskan melakukan beberapa adegan cukup melelahkan. Sebuah scene mengharuska ia berlari di tengah pematang sawah. Untuk stock gambar terkadang pengambilan satu adegan dilakukan berkali-kali dari sudut yang berbeda. Proses syuting ditutup dengan adegan tokoh utama jatuh dari sepeda. Dari sekian adegan ini yang paling berat. Karena tidak mudah mendapatkan adegan jatuh alami. Tapi untung David tetap bersemangat malakoni semua adegan. Rencananya film ini akan diikutsertakan Festival Film Anak-Anak Internasional Asia yang diadakan oleh Pemda Prefektur Hyogo, bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri Jepang pada bulan Agustus 2012. Berharap film yang mengangkat kisah pembuat bata anak-anak dapat mewakili Indonesia di kancah internasional. Ketika ditanya apa harapan bocah-bocah Jatisari dengan film mereka. Dengan polos mereka berharap bisa menang dan hadiahnya untuk membeli kamera yang lebih bagus. Agar bisa membuat film-film selanjutnya. Siapapun berhak bermimpi untuk menjadi besar. Keterbatasan fasilitas serta ibadah puasa bukan halangan untuk berkarya dan mengembangkan kreativitas. Semoga di bulan Ramadhan ini doa anak-anak dusun Jatisari didengar oleh Allah dan menjadi kenyataan. Jika anda penasaran ingin menyaksikan filmnya, tunggu saja kehadirannya di youtube dalam waktu dekat. :D [caption id="attachment_204812" align="aligncenter" width="480" caption="Tobong - Lokasi pengambilan gambar (sumber: koleksi pribadi)"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H