Islam: Dalam Islam, meditasi sering diinterpretasikan sebagai tafakkur, yang merupakan refleksi dan kontemplasi mendalam tentang kebesaran Allah dan makna kehidupan. Namun, beberapa ulama menyarankan hati-hati dalam praktik meditasi yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, karena ada kekhawatiran bahwa praktik-praktik tersebut dapat mengarahkan individu ke jalan yang salah atau bidaah (inovasi agama).
E. REAKSI TUBUH KETIKA MEDITASI
Ketika seseorang melakukan meditasi, tubuhnya mengalami berbagai perubahan yang dapat menjadi bagian dari respons fisik terhadap praktik tersebut. Berikut adalah beberapa reaksi tubuh yang umum terjadi selama meditasi:
Penurunan Tingkat Stres. Meditasi telah terbukti mengurangi aktivitas sistem saraf simpatis (respons "fight or flight") dan meningkatkan aktivitas sistem saraf parasimpatik (respons "rest and digest"). Ini menghasilkan penurunan tingkat hormon stres, seperti kortisol, dan menimbulkan perasaan rileks dan tenang.
Penurunan Detak Jantung dan Tekanan Darah. Selama meditasi yang dalam, detak jantung cenderung melambat dan tekanan darah bisa turun. Ini adalah tanda dari aktivasi sistem saraf parasimpatik yang membuat tubuh merasa lebih rileks dan tenang.
Peningkatan Kualitas Pernapasan. Fokus pada pernapasan adalah bagian umum dari banyak teknik meditasi. Dengan memperhatikan pernapasan dan mengaturnya, seseorang dapat meningkatkan kualitas pernapasan mereka, yang dapat membawa lebih banyak oksigen ke tubuh dan meningkatkan fungsi paru-paru.
Relaksasi Otot. Selama meditasi, tubuh sering merespon dengan mengurangi ketegangan otot. Ini dapat mengurangi ketegangan fisik yang mungkin disebabkan oleh stres atau aktivitas sehari-hari.
Perubahan Pola Gelombang Otak. Meditasi sering dikaitkan dengan perubahan dalam pola gelombang otak, seperti peningkatan aktivitas gelombang otak alfa dan theta. Ini menunjukkan peningkatan dalam keadaan kesadaran yang tenang dan fokus.
Penurunan Sensasi Nyeri. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu mengurangi persepsi terhadap nyeri kronis atau akut dengan mengubah cara otak memproses sinyal nyeri.