Keduanya berumur 19, namun Alex Lanier sudah berhasil memenangkan pertandingan seperti Japan Open, mengalahkan banyak atlet senior seperti Chou Tien Chen, Shi Yu Qi, dan Kodai Naraoka. Hal ini jelas membuktikan bahwa PBSI perlu dengan segera dan sigap mengevaluasi dan bertindak agar dapat menyelamatkan dunia bulutangkis Indonesia.Â
Tindakan yang perlu diambil seperti mengatur ulang struktur kepemimpinan PBSI. Berdasarkan Taufik Hidayat, legenda bulutangkis Indonesia, Ia masuk dalam kabinet susunan kepengurusan PBSI kepemimpinan Agung Firman Sampurna 2020-2024.Â
Seiring berjalannya waktu Taufik memutuskan untuk keluar karena merasa tidak nyaman dan hanya dijadikan sebagai pajangan dalam susunan kepengurusan. Taufik juga mengakui dalam salah satu podcast bahwa dalam PBSI terlalu banyak campur aduk masalah kepentingan dan politik, hal itu yang membuat ia tidak nyaman sehingga keluar dari PBSI.Â
Kondisi bulutangkis Indonesia saat ini bisa dianalogikan sebagai sebuah pohon besar kokoh yang sudah mulai layu. Meskipun akar (sejarah) pohon tersebut kuat dan telah menghasilkan banyak buah (prestasi), jika tidak ada perawatan dan penyiraman (pembinaan), maka pohon tersebut akan kehilangan daunnya (atlet muda) dan akhirnya tidak mampu berbuah lagi (meraih prestasi).Â
Oleh karena itu, penting bagi PBSI untuk melakukan revitalisasi dalam sistem pembinaan mereka agar dapat melahirkan generasi penerus yang mampu bersaing di level dunia.
Kesimpulannya, mulai redupnya dunia perbulutangkisan Indonesia adalah sebuah fenomena yang memerlukan perhatian serius dari semua pihak terkait terutama dari PBSI. Evaluasi mendalam terhadap sistem pembinaan dan struktur pengurus PBSI harus dilakukan agar tradisi emas bulutangkis Indonesia dapat kembali terjaga di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H