Mohon tunggu...
Danang Wiryawan
Danang Wiryawan Mohon Tunggu... Lainnya - Content Writer

Cita-cita ingin menjadi Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Mengenal Mental Illness Melalui Film "Joker"

7 September 2020   01:11 Diperbarui: 7 September 2020   01:16 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"The worst part of having a mental illness is people expect you to behave as if you don't"

 berikut adalah kalimat yang ditulis oleh Arthur Fleck di dalam buku hariannya, terdengar menyedihkan bukan ?

Film Joker besutan sutradara Todd Phillips dan dibintangi oleh Joaquin Phoenix yang berperan sebagai Joker ini berhasil mencuri perhatian dan menjadi perbincangan hangat di masyarakat bahkan menuai perdebatan bagi yang sudah menontonnya karena menyinggung soal gangguan mental/mental illness dan dampak dari gangguan tersebut. Bahkan film ini menjadi topik pembicaraan panas lantaran disebut-sebut memiliki dampak cukup besar bagi psikologis penontonnya.

Film ini menceritakan tentang Arthur Fleck (Joaquin Phoenix) sang tokoh utama di dalam film Joker yang memiliki profesi sebagai badut dan bercita-cita menjadi seorang stand up comedian dan digambarkan memiliki penyakit gangguan mental atau yang biasa disebut mental illness. Dalam kehidupan kesehariannya Arthur selalu diliputi oleh perasaan depresi, kesepian, dan bahkan penolakan dari lingkungan sosialnya, hingga pada akhirnya ia bertransformasi menjadi sesosok penjahat kriminal kejam nan bengis yang menamai dirinya sebagai "Joker".

Masih banyak dari masyarakat yang menganggap mental illness adalah penyakit yang sepele, namun apa sih sebenarnya penyakit gangguan mental atau mental illness itu ?

Kebanyakan orang yang mengidap gangguan kesehatan mental tidak berani untuk menunjukkan bahwa dirinya itu sakit dan terbuka terhadap lingkungannya. Stigma-stigma masyarakat tentang kesehatan mental menimbulkan keengganan bagi penderita mental illness untuk menceritakan tentang masalah psikologisnya kepada orang-orang terdekatnya. Menurut World Health Organization (WHO) hampir dua per tiga dari orang-orang dengan gangguan mental tiddak pernah menjalani perawatan medis.

Kesehatan mental meliputi kondisi emosional, psikologis, dan kesejahteraan sosial. Penyakit gangguan mental merupakan penyakit yang memengaruhi kinerja otak. Penyakit mental dapat menyebabkan gangguan ringan sampai gangguan berat dan dapat memengaruhi cara berpikir, merasa, bertindak, dan bagaimana kita memandang lingkungan sekitar dan peristiwa dalam kehidupan.

Ada banyak sekali jenis-jenis penyakit gangguan mental yang dapat terjadi pada penderitanya seperti, gangguan bipolar, kecemasan berlebih, depresi, skizofrenia, gangguan tidur. Adapun hal-hal yang dapat menjadi penyebab dari gangguan tersebut antara lain stress yang berkepanjangan, kekerasan/trauma yang pernah dialami, isolasi sosial/kesepian, diskrimasi yang terjadi, kerugian sosial,dll.

Para peneliti dari Harvard Medical School menemukan separuh dari kasus gangguan mental dimulai dari usia yang sangat muda, yaitu 14 tahun dan tiga per empatnya terjadi sejak usia 24 tahun. Karena kemunculannya yang sangat dini itu, maka terapi dan penanganannya harus dilakukan sejak awal pula.

Tidak hanya menyerang keseimbangan mental, penyakit gangguan mental juga dapat memengaruhi kondisi fisik. Ada beberapa tanda dan gejala gangguan penyakit mental yaitu, perubahan mood yang drastis, delusi, rasa khawatir berlebih, menarik diri dari lingkungan sosial, dan bahkan ada yang berpikir untuk mengakhiri hidupnya.

Penyakit gangguan mental dapat dicegah dan diantisipasi dengan beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko penyakit tersebut dengan cara tetap berhubungan dengan lingkungan sosial, kelola stress dengan baik, selalu menjaga kesehatan mental, konsumsi obat-obatan yang diresepkan oleh dokter dengan dosis dan aturan pakain yang jelas, dan segera konsultasi ke dokter bila dirasa muncul gejala penyakit gangguan mental.

Walaupun ada teman, kerabat, atau orang lain sebagai penderita dari penyakit gangguan mental,kita jangan sampai malah menjauhkannya dan mengucilkan di dalam kelompok sosial. Ada beberapa cara untuk memperlakukannya seperti, menghargai mereka/menganggap bahwa mereka ada di lingkungan sosial, pahami keadaan mereka, perhatikan ucapan kita ketika sedang berbicara terhadap mereka jangan sampai ada kata-kata yang dapat menyinggung perasaannya, jangan berbohong karena akan membuat mereka tidak percaya lagi, dan jangan ikuti halusinasinya.

Penderita penyakit gangguan mental terkadang selalu merasa putus asa dan tidak berguna, langkah kita adalah untuk selalu memberi dukungan moral dan memberi bantuan medis atau konseling terhadap pengidapnya. Bila keluarga, teman, dan mungkin anda sendiri memiliki penyakit gangguan mental. Anda tidak boleh menyerah, pengalaman ini bisa menjadikan mu pribadi yang lebih kuat. Langkah awal untuk memperbaiki kondisi seperti itu adalah dengan menerima penyakit gangguan mental dan segera mencari bantuan medis untuk membantu mengobatinya. Mungkin tidak merasakan secara langsung adanya perbaikan suasana hati, namun seiring berjalannya waktu akan terlihat adanya harapan bahwa kondisi kesehatan mental akan membaik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun