Mohon tunggu...
Danang Satria Nugraha
Danang Satria Nugraha Mohon Tunggu... Dosen - Pengajar di Universitas Sanata Dharma

Selain mengajarkan ilmu bahasa dan meneliti fenomenanya di ruang publik, penulis gemar mengamati pendidikan dan dinamikanya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Retorika & Orator Politik

31 Desember 2023   19:41 Diperbarui: 31 Desember 2023   19:58 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Contoh konkretnya adalah saat seorang presiden menyampaikan kebijakan atau program pemerintah kepada masyarakat. Sebuah pidato yang merangkum rencana strategis, menggambarkan manfaat kebijakan tersebut bagi berbagai lapisan masyarakat, serta menyajikan data atau fakta yang mendukung kebijakan tersebut, akan memberikan kejelasan kepada masyarakat tentang arah yang diambil pemerintah. Seorang orator politik yang mampu mengartikulasikan dengan baik tujuan dan manfaat kebijakan, serta menjelaskan dampak positifnya bagi masyarakat, cenderung mendapatkan dukungan yang lebih kuat.

Lebih dari itu, presiden sebagai orator politik juga perlu berperan sebagai pemersatu bangsa. Melalui pidato-pidato penting di momen-momen krusial, seorang presiden dapat memainkan peran penting dalam meredakan ketegangan sosial, merangkul keragaman pendapat, dan mendorong dialog antarberbagai kelompok masyarakat untuk membangun keharmonisan serta persatuan di Indonesia.

Namun, penting untuk dicatat bahwa keberhasilan dalam membangun hubungan antara pemerintah dan masyarakat tidak hanya bergantung pada keahlian berbicara orator politik saja, tapi juga pada implementasi nyata dari kebijakan yang diumumkan. Jika janji atau komitmen yang disampaikan dalam pidato tidak diikuti dengan tindakan nyata atau tidak mencerminkan kebijakan yang berpihak kepada kepentingan masyarakat luas, hal tersebut dapat merusak hubungan tersebut. Oleh karena itu, komunikasi orator politik harus didukung oleh tindakan konsisten dan integritas dalam menjalankan pemerintahan.

Pertanyaan Ketiga
Dalam konteks global saat ini, bagaimana peran retorika publik dan keahlian berbicara orator politik berubah dengan kemajuan teknologi dan pengaruh media sosial? Apakah ini memengaruhi cara politisi membangun narasi dan mempengaruhi opini publik?

Dalam konteks global yang dipengaruhi oleh kemajuan teknologi dan pengaruh media sosial, peran retorika publik dan keahlian berbicara orator politik mengalami transformasi signifikan. Perkembangan teknologi dan penetrasi media sosial telah mengubah lanskap komunikasi politik secara fundamental, memperluas jangkauan serta memengaruhi cara politisi membangun narasi dan mempengaruhi opini publik.

Media sosial menjadi platform utama di mana orator politik dapat berkomunikasi langsung dengan masyarakat tanpa perantara. Pemanfaatan platform ini memungkinkan politisi untuk menyampaikan pesan-pesan politik secara cepat, langsung, dan lebih terukur. Namun, hal ini juga menuntut keahlian yang lebih dalam dalam mengelola citra publik, menghindari disinformasi, serta menavigasi ruang diskusi yang kompleks dan beragam.

Retorika publik dalam era media sosial juga memerlukan adaptasi terhadap gaya komunikasi yang lebih singkat, padat, dan responsif terhadap tren atau isu yang sedang viral. Politisi harus dapat mengemas pesan-pesan mereka dalam format yang sesuai dengan media sosial, seperti tweets singkat, video pendek, atau konten visual yang menarik untuk menjangkau generasi yang lebih muda dan pengguna media sosial secara umum.

Namun, penggunaan media sosial dan teknologi dalam retorika publik juga memiliki risiko tersendiri. Informasi yang menyesatkan atau manipulatif dapat dengan cepat menyebar dan memengaruhi opini publik secara negatif. Oleh karena itu, penting bagi orator politik untuk tetap berpegang pada kejujuran, integritas, dan fakta yang akurat dalam menyampaikan pesan mereka.

Dengan demikian, dalam era digital ini, retorika publik dan keahlian berbicara orator politik menjadi lebih kompleks karena harus menghadapi tantangan baru yang muncul dari dinamika media sosial dan teknologi. Kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan-perubahan ini sambil tetap menjaga integritas dan kualitas komunikasi akan menjadi kunci keberhasilan dalam mempengaruhi opini publik di masa depan.

Sebagai contoh spesifik di Indonesia terkait pengaruh media sosial pada retorika publik dan keahlian berbicara orator politik, kita dapat melihat bagaimana para politisi dan pemimpin di Indonesia menggunakan platform media sosial untuk berkomunikasi dan memengaruhi opini publik.

Misalnya, dalam proses kampanye politik, terutama pada pemilihan umum, para calon politisi dan partai politik menggunakan media sosial seperti Twitter, Instagram, Facebook, dan YouTube untuk menyampaikan pesan-pesan politik mereka secara langsung kepada masyarakat luas. Mereka memanfaatkan video pendek, klip berita singkat, atau meme-meme yang viral untuk menarik perhatian serta memengaruhi opini publik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun