Krisis iklim merupakan perubahan suhu global menjadi semakin hangat dan menghasilkan perubahan iklim yang menyebabkan cuaca menjadi tidak tentu dan menghasilkan berbagai bencana alam klimatologis yang berdampak dengan kehidupan manusia. Hal yang memicu terjadinya krisis iklim adalah pengundulan hutan secara liar, produksi berlebih yang meningkatkan emisi karbon, serta pengunaan energi berbahan bakar fosil (batu bara, minyak bumi, dan gas alam). Â Krisis iklim menjadi isu paling hangat dibicarakan tidak hanyaa dalam bidang sains, ilmu sosial dan hubungan internasional tetapi juga pada bidang ekonomi. Krisis iklim mengubah bagaimana cara manusia dalam bertindak, seperti bagaimana berpergian, bagaimana memilah makanan, maupun bagaimana cara untuk memulai bisnis.
Apabila membicarakan bagaimana cara manusia dalam bertindak, hal itu pasti ada ekonomi di dalamnya. Ilmu ekonomi sendiri ialah cabang ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam usahanya mengalokasikan berbagai sumber daya terbatas untuk mencapai tujuan (Adam Smith, 1776).
Umumnya ilmu ekonomi berpacu kepada bagaimana cara untuk mendapatkan keuntungan paling banyak dalam menentukan suatu tindakan, yang mana keuntungan tersebut merupakan keuntungan finansial/uang.
Sedangkan, ekonomi lingkungan sendiri berbicara mengenai cabang ilmu ekonomi yang mempelajari untung-rugi yang diakibatkan oleh tindakan dalam memproses sumber daya, yang mana untung-ruginya ini tidak hanya dalam bentuk finansial namun sosial serta lingkungan. Ekonomi lingkungan mengajari bagaimana cara kita memasukkan perhitungan dampak yang akan terjadi pada masyarakat setempat dan lingkungan secara global untuk menentukan tindakan apa yang akan dipilih. Lingkungan kita sudah menjadi tergoyahkan akibat kegiatan ekonomi yang kita lakukan tidak memperhitungkan dampak yang akan terjadi kepada lingkungan, maka dari itu tercipta pemanasan global yang memicu terjadinya krisis iklim.
Ekonomi lingkungan mengajarkan kita untuk tidak berfokus terhadap keuntungan finansial, melainkan menjadi agnostik terhadap hal itu. Mengapa demikian? Karena sistem ekonomi yang ada sekarang telah menciptakan produksi yang berlebih karena ingin mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya yang mana berdampak buruk terhadap kehidupan kita sekarang. Kita sekarang harus menanggung bencana iklim seperti banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan yang menciptakan kerugian fisik seperti properti dan lahan pertanian/perkebunan maupun yang kerugian non-fisik seperti kerugian kesehatan, kerugian emosional akibat kehilangan, dan merasa pesimis terhadap masa depan dunia.
Krisis iklim bukanlah suatu hal yang tidak dapat diubah, manusia masih bisa meminimalisir dampaknya dengan cara mengubah model ekonomi kita menjadi ekonomi lingkungan. Hal ini bisa dimulai dengan mengganti bagaimana cara kita memproduksi energi, beralih dari energi berbahan bakar fosil menjadi energi baru dan terbarukan. Walaupun biaya produksi yang akan dikeluarkan akan lebih besar dari bahan bakar fosil, namun akan memastikan bahwa kita akan menyelesaikan masalah krisis iklim ini dan mengurangi polusi udara yang membahayakan kesehatan. Selain itu, pengunaan energi bersih juga akan menciptakan potensi lapangan pekerjaan yang baru, sebanyak hampir 42 juta lebih sektor pekerjaan yang akan buka pada tahun 2050 apabila energi bersih digunakan secara keseluruhan.
Maka dari itu, mulai menerapkan ekonomi lingkungan secara sistematis sehingga tidak ada lagi kerugian pada bidang sosial maupun lingkungan yang akan menyengsarakan banyak orang akibat penerapan ekonomi yang eksploitatif. Dengan hal ini, kita akan mewariskan bumi yang lebih baik lagi untuk diri kita dan anak serta cucu kita.
Referensi:
https://www.bbc.com/news/science-environment-24021772
https://tirto.id/apa-itu-bahan-bakar-fosil-bentuk-dan-dampaknya-gaXE
https://www.britannica.com/topic/environmental-economics
https://madaniberkelanjutan.id/2021/03/18/konsep-ekonomi-lingkungan-dalam-pembangunan-berkelanjutan
https://waste4change.com/blog/how-does-renewable-energy-create-job-opportunity/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H