Mohon tunggu...
Danang Probotanoyo
Danang Probotanoyo Mohon Tunggu... profesional -

Alumnus UGM, sewaktu Mahasiswa banyak terlibat berbagai "gerakan sosial". Sesekali menulis di media massa mainstream: nasional, lokal dan luar daerah. Anti penindasan dan diskriminasi. Di Kompasiana hanya ingin menulis yang enteng-enteng saja: Singkat, padat, mengena, dan sebisa mungkin menghibur serta bermanfaat(?!). Ingin mempolitisasi humor dan menghumorkan politisi di beberapa segmen. Prinsip: HUMOR CERDAS & MENCERAHKAN. silahkan tertawa sebelum tertawa dikenakan pph! (pajak pemakaian humor)\r\nPeringatan: Copy paste atas karya Saya diijinkan dengan syarat mencantumkan sumber dan nama penulis. Bila tidak berarti terjadi penjiplakan!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hakim, Begini Lho Cara Ngorek: Andi Mallarangeng, Angelina Sondakh danMuhaimin Iskandar

24 Februari 2012   08:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:14 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa segmen persidangan kasus korupsi  telah berjalan. Dimulai dari kesaksian Angelina Sondakh, Andi Alfian Mallarangeng  dengan terdakwa M. Nazaruddin dalam kasus suap Wisma Atlet, kemudian juga kesaksian Muhaimin Iskandar dalam kasus  dugaan suap Percepatan Pembangunan Infrastruktur Daerah (PPID) daerah Transmigrasi untuk dua terdakwa, Dadong Irbarelawan dan I Nyoman Suisnaya.

Ketiga kesaksian dari pejabat tersohor tersebut mengundang kontroversi. Baik pengamat, media, masyarakat, jaksa, penasehat hukum terdakwa hingga hakim yang bersidang dalam kasus tersebut pun sesungguhnya menyangsikan keterangan ketiga saksi tersebut. Bahkan tak sedikit yang langsung straight, menuduh bahwa ketiganya telah memberikan kesaksian palsu dipersidangan. Satu hal yang bisa diamati, bahwa hakimnya menurut banyak kalangan kurang cakap, ini tampak dalam kesaksian Angelina Sondakh, yang mana dalam fakta persidangan sudah mengarah ke pemberian kesaksian palsu, tapi anehnya Bu Hakim (Hakimnya perempuan) kurang tanggap dengan tidak memproses Angie saat itu juga (hal kesaksian palsu). Tak kurang seorang Adnan Buyung Nasution di depan TV sempat protes, "Hakimnya harus diganti, cari hakim yang lebih pintar, paling tidak seperti Albertina Hoe."

Memang benar apa yang dikatakan Bang Buyung tersebut, bahwa hakimnya kurang pintar (SBY bilang TIDAK CERDAS). Untuk itu saya sempatkan sedikit waktu saya untuk memberikan bimbingan/trik2  gratis (ala saya): bagaimana sebaiknya hakim tersebut dalam berhadapan dengan ketiga saksi yang sangat diragukan kesaksiannya. Tidak perlu buka-buka buku KUHP, KUHAP apalagi bikin simulasi peradilan semu, cukup saya ajari trik-trik yang saya dapatkan dari Sule dkk.

Sebaiknya seperti ini Bu Hakim dalam mencecar pengakuan ketiga saksi tersebut agar mau memberikan kesaksian yang benar.

[caption id="attachment_164841" align="alignnone" width="150" caption="gambar google"][/caption] Terhadap Angelina Sondakh, Bu Hakim : "Angie, bapak Kamu penjual buah-buahan ya?" Angie (pasti jawab begini) : " Kok tahu?" Bu Hakim : " Soalnya di gigi  Kamu ada (slilit) Apel Washington dan Apel Malang!" Versi 2, Bu Hakim : "Angie, bapak Kamu jarang mandi ya?" Angie : " Kok tahu?" Bu Hakim : " Soalnya di tubuhmu ada BB!" ---> BB: Bau Badan (Baca: BlackBerry) [caption id="attachment_164839" align="alignnone" width="150" caption="gambar google"]

13300722101489391778
13300722101489391778
[/caption] Terhadap Andi Mallarangeng, Bu Hakim : " Andi, bapak Kamu penjaga jembatan timbang ya?" Andi Mallarangeng : "Kok tahu?" Bu Hakim : " Soalnya dimatamu kulihat ada fee!" [caption id="attachment_164842" align="alignnone" width="150" caption="gambar google"]
1330072387528005935
1330072387528005935
[/caption]
Terhadap Muhaimin Iskandar, Bu Hakim : "Imin, bapak Kamu tukang loak ya?" Muhaimin Iskandar : "Kok tahu?" Bu Hakim : " Soalnya kamu mirip kardus durian!" Bagaimana Bu Hakim, trik-trik yang saya ajarkan diatas ? ditanggung membuat para saksi akan bertekuk lutut dan akan berkata yang sebenarnya. Selamat berakhir pekan semuanya. Jangan diambil serius, just kidding!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun