Mohon tunggu...
Danang Probotanoyo
Danang Probotanoyo Mohon Tunggu... profesional -

Alumnus UGM, sewaktu Mahasiswa banyak terlibat berbagai "gerakan sosial". Sesekali menulis di media massa mainstream: nasional, lokal dan luar daerah. Anti penindasan dan diskriminasi. Di Kompasiana hanya ingin menulis yang enteng-enteng saja: Singkat, padat, mengena, dan sebisa mungkin menghibur serta bermanfaat(?!). Ingin mempolitisasi humor dan menghumorkan politisi di beberapa segmen. Prinsip: HUMOR CERDAS & MENCERAHKAN. silahkan tertawa sebelum tertawa dikenakan pph! (pajak pemakaian humor)\r\nPeringatan: Copy paste atas karya Saya diijinkan dengan syarat mencantumkan sumber dan nama penulis. Bila tidak berarti terjadi penjiplakan!

Selanjutnya

Tutup

Politik

Gita Wirjawan Nggak Cocok Jadi Menteri, Jadi Dirjen Dikti Saja!

3 Januari 2012   04:48 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:24 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_153517" align="alignnone" width="180" caption="Gita Wirjawan (Sumber Gambar : Google)"][/caption] Ada-ada saja, itu pendapat saya mengenai berita terbaru bahwa Gita Wirjawan selaku Menteri Perdagangan (baru beberapa bulan menjabat) sudah membuat "gebrakan" yang sangat tidak rasional sekaligus tidak fungsional. Bukannya membuat gebrakan-gebrakan yang bisa mendorong produk  kita mampu bersaing dari gempuran barang impor atau menggenjot ekspor barang kita sehingga berjaya di pasar dunia, e malah membuat program yang nggak perlu dan aneh-aneh. Gita membuat program kerja utamanya sebagai menteri "baru" dengan mewajibkan PNS di lingkungan Kementeriannya ke depan harus ber TOEFL (Test of English as a Foreign Language) minimal 600. "Gebrakan" kedua dari Gita adalah mencanangkan bahwa PNS di kementeriannya ke depan minimal harus menyandang ijazah S-2 dan S-3, dia menargetkan 1500 PNS dalam waktu dekat harus sudah mencapainya. Analisis enteng-entengan: - Bisa dibayangkan bila 2 program yang sarat dengan "proyek" ini jadi dilaksanakan, maka bisa-bisa sektor perdagangan kita semakin terpuruk karena para birokrat di Kementerian Gita pada sibuk kursus dan studi lanjut (sibuk mengurusi dirinya sendiri). Para birokrat menjadi tidak fokus ngurusi sektor perdagangan negeri ini yang telah diporak-porandakan para pedagang asing. - Terjadi kesalahan logika berpikir, bahwa dengan berTOEFL tinggi dan bergelar master atau doktor secara otomatis akan membuat sektor perdagangan negeri ini berjaya di dalam atau di luar negeri. Pelaku asli perdagangan bukanlah para birokrat, tapi para pedagang, petani, nelayan dan eksportir. Bila ingin perdagangan kita mampu berjaya di negeri sendiri lebih-lebih di pasar Ekspor, para pelaku perdagangan tadi hanya membutuhkan pelayanan yang prima dari birokrat di kementerian perdagangana, semisal surat-surat perijinan dan regulasi yang mengandung azaz : Cepat, Mudah dan Murah. Itu saja. Saran Saya: - Benahi dulu deh mentalitas, etos kerja dan disiplin kerja para PNS di kementrian anda, jangan sampai para pelaku perdagangan bila mengurus ini itu harus mengeluarkan duit diluar ketentuan. - Juga, jangan sampai bila para pelaku perdagangan ingin mendapat pelayanan dalam hal legalitas dari kementerian anda menjadi berlarut-larut dan berbelit-belit, karena para PNS yang berwenang menangani urusan tersebut hobi mangkir kerja (misalnya). Sederhana kan bila ingin memajukan perdagangan. Bila pak Gita ngotot ingin melaksanakan 2 "gebrakan" versinya sendiri tadi maka sebaiknya Pak Gita  minta mutasi saja ke Pak SBY untuk mengisi jabatan di Kemendiknas sebagai Dirjen Dikti (pendidikan tinggi) atau sebagai rektor perguruan tinggi saja, itu lebih pas & bermanfaat bagi gebrakan anda tersebut. NB : Saya pernah di China, orang China termasuk paling payah (di dunia) dalam hal berbahasa Inggris, tapi lihat perdagangan mereka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun