Terlepas dari pemicu konflik yang biasanya kompleks, prinsipil dan sulit dicari titik temunya, kiranya perlu kita ingat kembali bahwa sejak pertama Islam datang, hal yang paling ditekankan Rasulullah selain tauhid adalah persaudaraan.
Bagaimana para sahabat mencintai Rasulullah lebih dari cintanya kepada dirinya sendiri. Lihat pula bagaimana persaudaraan kaum Muhajirin dan Anshar yang saling mengutamakan kebutuhan saudaranya seiman dibanding kepentingan pribadinya. Mereka membuat sebuah model persahabatan paling indah dalam sejarah. Lebih erat bahkan jika dibanding dengan ikatan sedarah sekalipun. Inilah yang seharusnya terjadi di antara ummat Islam saat ini. Rasulullah bersabda, “Tidak beriman salah seorang diantara kamu hingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”
Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu dia berkata : Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “...Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Seorang muslim adalah saudara bagi muslim yang lainnya, (dia) tidak menzaliminya dan mengabaikannya, tidak mendustakannya dan tidak menghinanya. Taqwa itu di sini (seraya beliau menunjuk dada sebanyak tiga kali). Cukuplah seorang muslim dikatakan buruk jika dia menghina saudaranya sesama muslim. Setiap muslim atas muslim yang lain; haram darahnya, harta, dan kehormatannya.
Maka saudaraku, jika melihat kekurangan sesama muslim, saling nasehat-menasehati- lah dengan jalan yang ma’ruf. Saling ingat-mengingatkanlah dengan perkataan mulia, yang menjaga martabat dan kemuliaan orang lain. Sehingga ketika ada beda pendapat tidak berujung pada perpecahan. Agar meski pandangan berseberangan tetapi tetap saling memuliakan. “Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, tidak menzaliminya dan tidak mengecewakannya dan tidak merusak kehormatan dan nama baiknya.” (HR. Muslim)
Toh hidayah itu sebenarnya bukan wilayah kita. Tugas kita hanya menyampaikan dengan sebaik-baik pesan. Apakah orang lain akan mengikuti pemahaman kita atau tidak, Allah jualah yang maha menggerakkan hatinya. Semoga dengan akhlak yang baik dalam mengomunikasikan perbedaan, akan menjadi jalan bagi terbingkainya kerukunan, ukhuwah dan ketenangan yang hidup.
Dan mari kita doakan untuk saudara-saudara kita di Yaman semoga menemukan solusi terbaik dalam menghadapi cobaan.
Wallahu a’lam bisshawab.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H