Mohon tunggu...
Danang Nurdiansah
Danang Nurdiansah Mohon Tunggu... -

saya mahasiswa universitas muhammadiyah malang, dan belajar nulis buat bisa berbagi dan mendapat ilmu dari orang lain

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Hari Pendidikan Nasional 2012

2 Mei 2012   03:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:51 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Dalam rangka memperingati hari pendidikan nasional kami dari Himpunan Mahasiswa Islam komisariat Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang mencoba untuk membahas beberapa permasalahan yang terjadi di dalam dunia pendidikan Indonesia sekaligus menawarkan beberapa pemecahannya.

APBN untuk pendidikan

Pada APBN 2012 anggaran pendidikan dialokasikan Rp. 286,56 triliun atau sekitar 20,20% dari total APBN Rp 1.418,49 triliun. Secara nominal anggaran ini meningkat dari tahun 2011 yang anggaran pendidikannya mencapai Rp 248,98 triliun atau 20,25 persen dari total APBN Rp. 1.229,56 triliun. Dilihat dari postur anggaran, beberapa pos yang mendominasi di antaranya Dana Alokasi Khusus pendidikan yang mencapai Rp 10 triliun, Bantuan Operasional Sekolah yang mencapai Rp 23,6 triliun, dan untuk gaji dan tunjangan guru yang mencapai Rp 136,4 triliun kalau dilihat dari paparan diatas hampir setengah dari APBN yang di kucurkan pemerintah digunakan untuk gaji dan tunjangan untuk guru. Dengan banyaknya pengeluaran untuk gaji dan tunjangan untuk guru diharapkan keprofesionalitasan guru bisa bertambah sesuai dengan bertambahnya gaji. Tapi kalau dibandingkan dengan kualitas sebelum dan sesudah dinaikkan gajinya, tidak ada atau bahkan lebih menurun keprofionalitasannya. Dan akar masalah sebenarnya adalah kualitas guru. Maka dari itu untuk menjadi seorang guru seharusnya ada seleksi yang benar-benar ketat. Ada tahap-tahapan yang jelas dan ada jaminan ketika kita menjadi guru nantinya. Benar-benar menjadi guru yang professional.

Kesadaran tentang pendidikan

Dipungkiri atau tidak kesadaran tentang pendidikan ini masih rendah. Masih banyak orang tua atau anak masih enggan untuk bersekolah atau menyekolahkan anaknya. Pertanyaannya simpel, kanapa saya harus bersekolah. Sekolah ataupun tidak tidak ada pengaruhnya buat saya. Dari pada bersokalah capek-capek lebih baik kerja menghasilkan uang. Itu paradigma yang masih berkembang luas di banyak daerah di Indonesia ini. Padahal tujuan dari bersekolah bukan hanya untuk mendapatkan pekerjaan tetapi bagaimana bisa belajar mengalisa kehidupan dengan berbagai ilmu pengetahuan yang kita dapat. Memang sulit untuk menyadarkan masyarakat bahwa pendidikan itu penting. Kita sebagai kaum akademik yang lebih mengerti tentang bagaimana pentingnya pendidikan. Berkewajiban untuk meyadarkan kepada masyarakat tentang pentingnya pendidikan. Kita mulai dari daerah yang kita bisa jangkau. Intinya mulai dari diri sendiri untuk dapat merubah bangsa kita.

Pesantren sebagai produk original bangsa

Pesantren kata ini sering kita dengar, tetapi ternyata pesantren ini adalah salah satu sistem persekolahan yang memang asli lahir dari budaya kita. Unesco telah melakukan penelitian tidak ada satu sistem persekolahan yang menyamai pesantren. Maka dari itu pesantren bisa menjadi solusi model persokolahan yang ada di Indonesia ini. Karena memang lahir dari keadaan dan budaya Indonesia sendiri. Bukan sistem persolahan yang di adopsi dari luar negeri.

Wahai kawanku para mahasiswa

Persoalan pendidikan memang masih banyak lagi bukan hanya yang dipaparkan di atas. Dan perubahan bangsa ini ada ditangan kita, kita yang akan melahirkan gen-gen unggul yang akan merubah pendidikan atau bahkan akan merubah segala aspek kehidupan di bangsa tercinta kita ini. Maka perubahan di mulai dari kita sendiri dan nantinya kita bersama akan merubah bangsa ini kedepannya.

Tetap semangat untuk melakukan perubahan di Indonesia dan YAKUSA (YAKIN USAHA SAMPAI)

by HMI KIP UMM

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun