Mohon tunggu...
Danang Kusuma
Danang Kusuma Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa ISI Surakarta

Saya adalah Mahasiswa ISI Surakarta, Progam Studi Film dan Televisi. Hobi saya bermain bola.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kesenian Budaya Jawa Tengah: Tari Tradisional Reog Buto Gedruk

17 Januari 2023   19:17 Diperbarui: 17 Januari 2023   23:06 3313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 01: Pemain Tari Reog Buto Gedruk (Sumber: Danang Kusuma Atmaja)

Indonesia merupakan negara kepulauan yang dimana setiap daerahnya memiliki beragam kebudayaan dan kesenian. Salah satunya yaitu Jawa Tengah, Jawa Tengah memiliki beragam kesenian tradisional, kesenian yang paling populer di Jawa Tengah adalah Tari Tradisional Reog Buto Gedruk. 

Tarian ini banyak di gandrungi seluruh masyarakat dari segala kalangan tanpa terkecuali, dari mulai orang tua sampai anak-anak. Tari Reog Buto Gedruk ini terinspirasi dari cerita perang Prabu Baka dan Babat Tanah Jawa. 

Arti dari tarian ini yaitu menceritakan tentang Raksasa yang sedang murka. Tarian ini merupakan tarian yang dilakukan secara berkelompok, umumnya dimainkan 6 sampai 10 orang bahkan lebih. Kesenian ini berasal dari daerah Magelang Jawa Tengah yang seiring berkembangnya waktu kesenian ini sudah menyebar luas di daerah Jawa Tengah.

Seni pertunjukan Tari Reog Buto Gedruk ini memiliki berbagai fungsi dari segi hiburan dan ritual. Dalam pelaksanaan Reog ini biasanya diawali dengan ritual menyalakan menyan di setiap sudut tempat pertunjukan dan membacakan doa atau mantra, agar tidak terjadi hal – hal yang tidak diinginkan selama berlangsungnya pertunjukan, karena pada dasarnya kesenian Tari Reog ini adalah hal yang sakral. Penyebab masyarakat tertarik pada kesenian ini karena gerakannya berbeda dengan tarian Reog pada umumnya, serta hentakan kaki yang memiliki ritme, irama dan kekuatan yang selaras dengan gambaran raksasa di dalam tarian ini. 

Tarian Reog Buto Gedruk ini memiliki berbagai filosofi dalam gerakannya, diantaranya ialah:

 1. Sabetan Sabetan, merupakan salah satu gerakan yang ada dalam Reog Buto Gedruk. Sabetan ini dilakukan sebanyak 12 hitungan yang diawali dari kempul kosong, kempul ini salah satu bagian dari alat musik gamelan. Sabetan terdiri dari sabetan hadap depan, sabetan muter, dan sabetan srimpet. 

2. Gedruk Bumi, Gedruk Bumi dalam artian injak bumi merupakan gerakan yang dilakukan menggunakan kaki berpusat pada hentakan tumit kaki yang menghentak bumi. Gedruk Bumi dalam filosofinya menggambarkan bahwa bumi sebagai bentuk sumber kehidupan yang harus kita anggap keberadaannya. Gedruk Bumi ini terdiri dari dua gerakan yaitu Gedruk Muter dan Gedruk Mleset. 

3. Lampahan, Lampahan berasal dari Bahasa Sansekekerta yang memiliki arti lakon atau cerita. Seperti yang sudah dijelaskan diatas tarian ini terinspirasi dari cerita perang Prabu Baka dan Babat Tanah Jawa, maka dari itu dari setiap gerakan yang dilakukan oleh setiap lakon atau penari memiliki makna atau gambaran dari cerita perang tersebut. 

4. Ogek Lambung, Ogek Lambung ini gerakan badan, bagian pada dada dan perut bergerak kekanan dan kekiri yang berpusat dibagian perut. Gerakan tersebut menjadi ciri khas dalam seni pertunjukan Reog. 

5. Jengkeng, Jengkeng menurut KBBI memiliki arti berjalan menggunakan ujung jari kaki. Gerakan ini dilakukan dengan lutut kaki kanan ditaruh dilantai, lutut kaki kiri diangkat, tubuh bertumpu pada kaki kanan, kaki kiri menapak satu baris dengan lutut kaki kanan, jari kaki kiri ditekuk ke atas (nylekenting). 

6. Sembahan, Sembahan ini dilakukan oleh lakon atau pemain untuk memberi penghormatan bagi arwah dalam cerita tarian tersebut. Gaya tari sembahan dilakukan dengan mempertemukan kedua telapak tangan di depan muka. 

7. Ogel – ogel Maju Mundur. Berasal dari kata uga-ogel yaitu gerakan anggota badan yang lucu agar penonton merasa terhibur, menjadi ceria, dan penuh canda tawa. 

Selain gerakan yang mendukung dari Tari Reog Buto Gedruk tersebut busana yang di kenakan pun menjadi daya tarik dan keunikan tersendiri diantaranya yaitu topeng buta yang mewujudkan ekspresi raksasa dalam cerita. Topeng ini bukan menunjukan sosok hantu melainkan untuk memvisualisasikan karakter mengerikan dari raksasa tersebut. Tujuan dari bentuk topeng yang mengerikan tersebut yaitu di harapkan untuk mengusir atau menakuti roh jahat. Topeng ini biasanya terbuat dari bahan baku kayu kueni atau kemiri, yang kemudian pada bagian dalam diberi kulit untuk digigit. 

Properti selanjutnya Klinting, klinting ini berbentuk bola-bola kecil yang terbuat dari besi yang didalamnya berisi bola besi yang lebih kecil. Klinting yang dipakai pada satu kaki biasanya terdiri dari 80 sampai 100 klinting dengan berat kurang lebih 2 Kg. Klinting ini merupakan salah satu properti yang membuat hentakan kaki terdengar lebih meriah karena menimbulkan suara lebih kemerincing.

Agar terlihat tidak terlalu monoton, para lakon dalam tarian ini juga menggunakan tata rias yang menarik. Fungsi dari tata rias ini untuk menonjolkan karakter yang keras dengan adanya garis alis dan kumis. Tata rias ini juga digunakan untuk menggambarkan identitas tarian sebagai kesatuan yang indah dan mempesona. 

Busana yang digunakan juga beragam terdiri dari beberapa ornamen atau corak. Baju berlengan pendek dengan dimodifikasi kece dengan sabuk yang menyatu dengan resleting di depan. Umumnya baju ini terbuat dari bahan satin dengan plisir kuning keemasan, serta dilengkapi dengan krembah-krembah yang berbentuk menyerupai dedaunan yang ditumpuk pada bagian bahu. 

Celana selutut dengan model panjen dengan dominan warna hijau, serta plisir kuning keemasan. Celana yang digunakan antar lakon tidak selalu sama, terkadang ada yang menggunakan warna hijau, merah, dan hitam. Selanjutnya yaitu Rampek, kain yang memiliki ujung segitiga terletak ada daun yang ditumpuk berselang seling. Terdapat beberapa warna dari rampek, diantaranya yaitu merah, hijau, dan hitam yang disusun berselang seling. 

Busana yang digunakan terdapat juga Sampur Gendalagiri, sampur ini merupakan selendang yang berbahan kain santung yang memiliki panjang 3 m dan lebar 75 cm. Sampur ini biasanya berwarna merah sebagai simbol pemberani, sombong, pemarah, dan tinggi hati. Setelah itu Sabuk berwarna putih yang terbuat dari spon ati dengan ukuran 5 –7 cm. 

Busana tari selanjutnya yaitu Deker yang memiliki fungsi sebagai gelang tangan untuk memberi kesan kuat dan berwibawa. Deker umumnya terbuat dari bahan satin dengan dominan warna orange serta plisir kuning keemasan. 

Dari apa yang sudah dijelaskan diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa kesenian Reog Buto Gedruk adalah salah satu kesenian dari Jawa Tengah dengan berbagai keunikan serta filosofi cerita yang memiliki makna mendalam. Mulai dari karakter, gerakan, properti, tata rias, dan busana. 

Referensi

https://m.merdeka.com/jateng/tari-rampak-gedruk-buto-kesenian-ikon-kemarahan-raksasa-leren g-merapi.html.

https://www.mikirbae.com/2016/08/gerak-tari-rantaya-putra-alus.html?m=1. 

https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/370-istilah--istilah-gerakan-tari-gaya-yogyakarta#:~:t ext=Nylekenthing.,menapak%20pada%20tari%20gaya%20Yogyakarta. 

http://wisatadanbudaya.blogspot.com/2009/11/kesenian-reog.html?m=1. 

http://digilib.isi.ac.id/5971/4/JURNAL.pdf.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun