Mohon tunggu...
Danang Hamid
Danang Hamid Mohon Tunggu... Wiraswasta - Freelance, father of three and coffee

Voice Over Indonesia Talent, Radio, Father of three and Black coffee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Adzan Kok Diimpersonated?

10 Mei 2023   07:22 Diperbarui: 10 Mei 2023   10:08 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Bener, sih! Nggak perlu lah ngomen-ngomenin orang kayak ngomong Mang Otah selamat jalan, selamat bersihin tai ayam cuma lantaran dia ada tendinsi ke orang lain," kata warga lainnya.

Durasi toa spending time Mang Kaji juga sangat panjang bicara inu-itu dengan berbagai tendensi yang menjengkelkan, warga lain di bagian timur kampung  bertanya satir, "Di kulon aya ajengan anyar lain? Arek kudeta, sugan?" tanya Wiji.

***

Created by Canva
Created by Canva
Sebuah kaidah dalam Bahasa Arab menyebut Li kulli maqam maqal wali kulli maqal maqam, dikatakan bahwa  setiap perkataan itu ada tempat terbaik dan setiap tempat memiliki perkataan yang terbaik pula. Bahwa tidak setiap kata sesuai di setiap tempat, pun sebaliknya tidak setiap tempat sesuai dengan perkataan yang diucapkan.

Bagi sebagian orang, ternyata sulit berhati-hati sebelum bicara, bahkan hal ini menjadikan kaum bijak pandai mewanti-wanti agar kita bisa menakar  kemampuan seseorang menangkap perkataan, hal ini baru secara personal. Lalu bagaimana dengan bicara di ruang publik yang bernama pengeras suara? Pendengarnya bisa siapa saja.

Berbicara dengan anak-anak  akan jauh beda dibandingkan dengan ketika kita bicara dengan orang dewasa.

"Orang yang tidak terampil membaca situasi, walau niatnya baik dan benar, hasilnya bisa jadi kurang baik, bahkan buruk! Dan orang lain akan cenderung resisten, balik antipati, terlebih isi pembicaraan ada kecenderungan punya motif pribadi, kalau kata gue sih gitu," ucap seorang kawan mengkaji masalah sosial suatu malam di kedai kopi. Menurutnya, kondisi mental seseorang setiap harinya berbeda-beda maka dari itu tak bisa menyamaratakan dengan mengucapkan sesuatu seolah-olah setiap orang akan punya reaksi seragam, "Itu namanya bodoh!," celetuk yang lainnya.

Mengutip kata-kata  Binhad Nurohmat, sastrawan yang sajak-sajaknya diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Marshall Clark, pengajar dan peneliti sastra Indonesia dari Universitas Deakin Australia , tertulis pada sebuah narasi yang diberi judul Rentan:

 "Kadang ada yang berniat baik, tapi ternyata berdampak memperburuk keadaan karena melupakan keadaan bangsa ini yang belum dewasa" demikian bunyi penggalannya.

***

Disclaimer: Tulisan ini mengandung unsur ghibah dan tidak mewakili kondisi secara umum di berbagai tempat atau anti pengeras suara. Sekedar catatan keresahan pada sebuah kondisi sosial di sebuah kampung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun