"Karikatur adalah mendistorsi gambar manusia terutama di bagian wajah atau objek lain yang memungkinkan untuk diidentifikasi dengan kesamaan penggambaran, dimana pesan apapun tak boleh dititipkan pada karikatur."
-- Jiwenk  --
Jiwenk sering membuat karikatur tokoh-tokoh terkenal, mulai dari artis, negarawan hingga politikus. Ia menjelaskan bahwa karikatur didefinisikan sebagai ilustrasi humor yang melebih-lebihkan atau menyimpang dari bentuk dasar.
"Ini yang perlu diluruskan di masyarakat kita, bahwa banyak perbedaan antara kartun dan karikatur," jelasnya. Menurut Jiwenk, karikatur adalah mendistorsi gambar manusia terutama di bagian wajah atau objek lain yang memungkinkan untuk diidentifikasi dengan kesamaan penggambaran, dimana pesan apapun tak boleh dititipkan pada karikatur.
Sir Thomas Browne pada majalah Christian Morals, di tahun 1716 memperkenalkan istilah karikatur atau caricature dalam bahasa Inggris yang merujuk pada carattere dalam bahasa Italia yang berarti karakter dan kata cara dalam Bahasa Spanyol yang berarti wajah.Â
Encyclopedie Internasional, mendefinisikan karikatur sebagai sebuah satire dalam bentuk visual seperti gambar atau patung. Sementara itu Encyclopedie Britaninica mendefinisikan karikatur sebagai sebuah penggambaran seseorang, sebuah tipikal, atau suatu kegiatan dalam keadaan terdistorsi.
"Distorsi disini adalah penyimpangan atau pergeseran, misalnya mulut dihilangkan dalam gambar. Atau juga dilebih-lebihkan yang secara teknis disebut exagras, kedua hal itu bagian disformasi, atau perubahan bentuk" terang perupa Sukabumi ini.
Jiwenk terlahir di Sukabumi 3 Juni dengan nama Nurwenda Juniarta, anak dari seorang Anies Sanukri, anggota Polri ini telah menampakan dirinya tertarik dalam seni rupa sejak duduk di bangku taman kanak-kanak.Â
Jiwenk yang telah memiliki dua putra ini pernah saya wawancarai untuk sukabumiupdatedotcom sekitar tiga tahun yang lalu. Masa kecil yang sering ditinggalkan ayah bertugas ke luar daerah menjadikannya akrab dengan buku gambar dan pensil. Saya menyimpulkan menggambar adalah cara ia membunuh rindu kepada ayahnya.
"Seingat saya, sejak TK atau sebelum TK ya?(ia mengingat-ingat). Kan orang tua sering dinas keluar tuh, jadi saya sendiri dan penyendiri, nah kalau saatnya ayah pulang ditungguin, selalu dibawakan buku gambar, mungkin maksudnya untuk mengisi waktu agar saya ada kegiatan daripada kangen terus sama bapaknya ketika dinas luar." Jelasnya.
Nama Jiwenk sebetulnya telah mendunia sejak lama, Jiwenk adalah salah satu dari melimpahnya perupa Indonesia yang namanya sudah dikenal di mancanegara, karyanya pun sering mondar-mandir di pameran lukis internasional, salahsatunya pada International Caricature Exhibition 2017 silam, di Balai Seni Lukis Klantan, Malaysia bersanding dengan karya para perupa mancanegara lainnya.
Sejak memiliki hobi melukis, talentanya terlahir dan secara otomatis ia belajar otodidak mengeksplorasi kemampuannya sendiri,
 "saya sering baca komik wayang RA.Kosasih, super heroes dan serial Marvell. Dari situ saya sering menggambar figur orang atau tokoh komik," kata dia.
Jiwenk yang lebih  tertarik  menggambar figur beralasan bahwa dirinya  lebih suka figur orang dibandingkan melukis gambar dengan objek yang lain, karena ada karakter yang diselami. "Ingin membedakan kartun dengan karikatur. Ternyata, memang beda!".
***
Siapa yang memberikan influence terhadap karya Anda?
"Begini, awalnya di facebook saya melihat karya karikatur orang singapur yang menurut saya menarik, karyanya cukup aneh dan sangat berkarakter, dari situ saya ikut gabung dengan komunitas pelukis eropa, kemudian saya cari-cari video di youtube mempelajari karya orang. Bisa dibilang youtube guru saya (tertawa). Tahun 2011 saya ikut kontes yang digagas Jaya Suprana dan Pakarti (Persatuan Kartunis Indonesia) organisasi kartun nasional dan alhamdulillah, saat itu saya masuk 15 besar".
Karya lukis Anda termasuk jenis aliran seni lukis apa?
"Karikatur itu surealis, tapi sekali lagi tolong dibedakan antara karikatur dan kartun, simple sih! Jangan melihat karikatur sebagai sebuah ejekan atau hinaan, ini karya seni yang jenaka, kan waktu itu awalnya karikatur ada karena para pelukis berkumpul dan saling menggambar satu sama lain menurut imajinasi mereka masing-masing, bukan sebuah ejekan, hanya keisengan saling menggambar.
Kasus Charlie Hebdo misalnya, dia gambar gitu, itu kan menurut mereka! harusnya kita (muslim) tidak tersinggung karena menurut saya, justru dengan tersinggung seolah-olah membenarkan begitulah rupanya.
Tapi, karikatur ya karikatur! Jangan diberi beban apapun, tidak boleh dikasih muatan apa-apa, baik itu pesan sosial, muatan politis terlebih persoalan agama. Karikatur itu dilarang tendensius, agar orang mulai faham dan mengerti bahwa sebuah karikatur bukan penghinaan atau mennyindir dan mencela. Lelucon itu belum tentu penghinaan. Tapi sekali lagi karikatur nggak boleh dibebani pesan apa-apa."
Apa bedanya antara kartun dengan karikatur?
"Karikatur itu lebih fokus kepada deformasi (Perubahan bentuk wajah) kalau kartun lebih kepada cerita, coba lihat GM Sudarta, bisa ketemu apa itu kartun editorial. Dan saya ini generasi perupa baru yang mencoba memperbaharui atau meluruskan dari sisi pemahaman mengenai karikatur, kartun dan karikatur itu dua hal yang berbeda, sayangnya masyarakat memahaminya sebagai satu hal yang sama."
Lalu, seperti apa karakter karikatur itu?
"Pertama, karikatur itu punya karakter yang dikenali, artinya tokoh itu nyata, bukan khayalan, ada kemiripan dengan aslinya. Kedua, Deformasi atau perubahan bentuk wajah. Inipun bisa dibedakan lagi berdasarkan teknis melukisnya, ada exagrasi (exagrate) yang artinya melebih-lebihkan gambar, contohnya, bagian hidung dibesarkan, ini sudah ciri khasnya. Dan ada yang namanya Distorsi, artinya pergeseran atau penyimpangan. mislanya dengan menghilangkan bagian mulut pada gambar.
Karakter dalam karikatur bisa diidentifikasi, misalnya orang eropa ada pada hidung sama seperti orang Timur Tengah atau India, Afrika pada bibir dan Asia pada mata, Kalau Akang bisa ditonjolksn bagian rahangnnya. Indonesia termasuk Asia, saya sangat suka memainkan yang berkarakter, sedang tertawa mislanya."
Karya Anda sudah dikenal oleh pecinta seni rupa dan penikmat karikatur dunia, sudah dipamerkan dimana saja?
"Karya saya pernah dipamerkan di Rumania, Spanyol, Malaysia dan Brazil"
Apa yang Anda dapatkan dari sebuah pameran?
"Karena karya-karyanya tidak dijual di tempat, otomatis bukan hasil penjualan yang kita dapat, tapi cukup ngefek untuk eksistensi saya sebagai karikaturis, dari situ berdatangan klien dan kita juga dapat sertifikat dari penyelenggara, selain katalog selalu ada di tiap pameran. Selanjutnya datang order."
(Pada bagian ini Jiwenk agak ragu untuk menyebutkan dan berbalik bertanya sembari tertawa).
"Harus ya? jadi jika dalam satu photo ada 10 figur yang harus digambar, yang dihitung figurnya atau wajah per-individu.Ya, kalau orang yang sama dengan berbeda enggel dikalikan oleh diferensiasi gambar. Kegiatan saya yang lain nggak terlalu jauh dari seni rupa, yaitu percetakan, jasa air brush di rumah saya Jalan Lembur Situ, Kota Sukabumi. Kalau fokus ke karikatur itu mulai tahun 2010."
Siapa saja tokoh dan pesohor yang pernah Anda gambar?
"Almarhum Gus Dur, Jokowi, Jusuf Kalla, Setia Novanto, Fahri Hamzah, Bu Menteri Susi, Sri Mulayani, Pangab Gatot, Gunawan Mohamad.
Kalau Jurnalis, Rosihan Anwar, Gunawan Mohamad, Pramoedya Ananta toer
Musisi mah, Dewa Budjana, Andi Riff, Rano Karno terus siapa lagi ya? Walikota Sukabumi juga pernah, saya juga pernah dapat order untuk menggambar karikatur Gus Mus (Musthapa Bisri)"
Punya idola sesama pelukis?
"Lokal paling sesama teman pelukis saja, kagum dengan karakter dan teknis menggambar, tapi kalau disuruh menunjuk yang ada di mancanegara, saya suka Sebastian Kroeger, pelukis Jerman, dia spesialis lukisan raksasa yang jadi acuan para pelukis seluruh dunia."
Berapa lama Anda mengerjakan sebuah karikatur?
"Relatif, bisa satu sampai enam jam, bisa seharian, bisa berhari-hari (tertawa), rata-rata tiga hingga empat jam saja. Dan saya bukan photo editing, saya ini photo painting, meskipun menggunakan photoshop hanya beda media beralih dari kuas dan kanvas ke digital. Saya menggambar bukan meng-edit."
Pemahaman umum yang menganggap kartun dan karikatur adalah hal yang sama, sangat ia sayangkan dimana karikatur masih dipandang sebagai sebuah penghinaan terhadap seseorang, padahal hanya sesuatu yang jenaka pada perkembangan seni rupa. Sementara Kartun, menurutnya adalah gambar yang lebih mengedepankan unsur cerita dalam bahasa visual.
"Lelucon itu belum tentu penghinaan, tapi sekali lagi karikatur nggak boleh dibebani pesan apa-apa" pungkasnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H