Kemajuan teknologi yang semakin pesat, khususnya dalam bidang kecerdasan buatan (AI), telah membawa kita ke era yang serba otomatis. Di satu sisi, AI membawa berbagai manfaat, seperti efisiensi dan produktivitas yang meningkat, tetapi di sisi lain, ancaman pengangguran yang disebabkan oleh automasi semakin nyata. Pertanyaan yang perlu kita jawab adalah: "bagaimana kita menghadapi ancaman ini?"
Dampak Automasi pada Lapangan Kerja
Automasi telah menggantikan banyak pekerjaan yang dulunya membutuhkan tenaga manusia. Dari sektor manufaktur hingga pelayanan, mesin dan algoritma AI mulai mengambil alih tugas-tugas yang sifatnya rutin dan berulang. Pekerjaan seperti operator mesin, kasir, hingga beberapa peran administratif semakin rentan terhadap otomatisasi.
Hal ini tentu berdampak pada angka pengangguran yang semakin meningkat, terutama di kalangan pekerja yang tidak memiliki keterampilan yang dibutuhkan di era digital. Jika kita tidak segera mengambil langkah-langkah yang tepat, maka kesenjangan sosial dan ekonomi akan semakin lebar.
Langkah Menghadapi Tantangan
Untuk menghadapi ancaman ini, pendidikan dan pelatihan ulang (reskilling) harus menjadi prioritas. Pemerintah, institusi pendidikan, dan perusahaan perlu bekerja sama untuk menyediakan program-program pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan industri saat ini dan masa depan. Pekerja perlu dibekali dengan keterampilan yang relevan agar mereka dapat beradaptasi dengan perubahan teknologi.
Selain itu, pemerintah perlu menciptakan kebijakan yang mendukung terciptanya lapangan kerja baru di sektor-sektor yang belum terjamah oleh automasi, seperti industri kreatif, kesehatan, dan layanan sosial. Kebijakan perlindungan sosial juga harus diperkuat untuk membantu mereka yang terkena dampak langsung dari automasi.
Selain upaya dari pemerintah dan lembaga, kita sebagai insan individu juga memiliki peran penting dalam menghadapi ancaman pengangguran akibat AI dan automasi. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:
Mengembangkan Keterampilan Baru: kitaharus terus belajar dan mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan pasar kerja yang berkembang, seperti keterampilan teknologi, pemrograman, analisis data, atau keahlian kreatif yang tidak mudah digantikan oleh mesin.
Meningkatkan Kemampuan Adaptasi: Kemampuan beradaptasi dengan perubahan adalah kunci. Ini bisa berarti bersedia untuk berpindah karier, mengambil peran baru, atau belajar menggunakan alat dan teknologi baru di tempat kerja.
Mencari Peluang di Bidang yang Tumbuh: Fokus pada industri yang sedang tumbuh dan yang tidak mudah terdisrupsi oleh AI, seperti kesehatan, pendidikan, dan sektor layanan sosial. Menjadi proaktif dalam mencari peluang di bidang-bidang ini dapat membantu mengurangi risiko pengangguran.
Memanfaatkan Sumber Daya Online: Banyak kursus online dan sumber daya belajar yang tersedia secara gratis atau dengan biaya rendah. Menggunakan platform seperti Coursera, edX, atau YouTube untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bisa menjadi langkah awal yang sangat bermanfaat.
Mengembangkan Jiwa Wirausaha: Bagi yang tertarik, memulai usaha sendiri atau terlibat dalam bisnis berbasis teknologi bisa menjadi cara untuk menciptakan lapangan kerja, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
Dalam menghadapi perubahan ini, kita dapat mengambil hikmah dari Al-Qur'an. Allah SWT berfirman dalam Surat Ar-Ra’d ayat 11:
"... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri..."
Ayat ini mengingatkan kita bahwa perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi, tetapi bagaimana kita merespons perubahan itulah yang menentukan masa depan kita. Kita tidak bisa pasif menghadapi ancaman pengangguran akibat automasi. Sebaliknya, kita harus proaktif dengan memperbaiki diri, meningkatkan keterampilan, dan bersiap menghadapi tantangan yang ada.
Automasi dan AI memang membawa ancaman terhadap stabilitas lapangan kerja, tetapi dengan persiapan yang matang dan kerjasama yang baik antara berbagai pihak, kita dapat meminimalisir dampaknya. Melalui pendidikan, pelatihan ulang, dan kebijakan yang tepat, kita bisa menciptakan masa depan di mana teknologi dan manusia dapat berjalan beriringan, menciptakan kesejahteraan bagi semua.
Semoga dengan kesadaran ini, kita bisa menghadapi era digital dengan optimisme dan kesiapan, serta tidak meninggalkan siapa pun di belakang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H