[caption caption="pengungsi suriah (mirajnews.com)"][/caption]
Perang di Suriah-Irak tak kunjung selesai jusru makin menjadi, kesulitan mulai mendera para warga negara itu seperti kesulitan makanan, air bersih, udara, dan kebutuhan lain yang mulai krisis.
Ribuan hingga ratusan ribu warga Suriah mulai meninggalkan negaranya demi mencari ketenangan dan perdamaian hidupnya, mulai bergerak menyebar dari negeri terdekat hingga benua lainnya.
Perjuangan yang panjang berbulan-bulan mengapung di atas laut sudah menjadi pemandangan yang biasa di laut tengah dan eropa.
Namun hal yang menyedihkan ketika negara terdekat justru menolak mentah-mentah para pengungsi tersebut,
dari pernyataan PM Israel:"Tapi, Israel adalah negara kecil, tidak memiliki wilayah dan kependudukan yang luas," kata perdana menteri berhaluan sayap-kanan itu.(republika.co.id)
Menurut dia, menampung para pengungsi Arab akan merusak keseimbangan demografi di negara dengan mayoritas penduduk beragama Yahudi itu. Kendati tidak ada imbauan dunia internasional agar Israel membuka perbatasannya bagi para warga Suriah, Herzog mengatakan Netanyahu memiliki kewajiban moral untuk menerima pengungsi.
"Perdana menteri rakyat Yahudi (seharusnya) tidak menutup hatinya dan pintu-pintu gerbang di saat orang-orang lari menyelamatkan diri, dengan menggendong bayi, dari penganiayaan," kata Herzog (pemimpin oposisi Israel).
Dengan menyebut bahaya yang dihadapi para pengungsi Palestina, yang telah lama tinggal di kamp-kamp Suriah, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan mereka perlu diizinkan masuk ke Tepi Barat yang diduduki Israel.
Dalam sidang kabinet, Netanyahu mengaitkan pernyataan soal pengungsi Suriah dengan mengatakan Israel lebih lanjut harus mengamankan perbatasan-perbatasannya dari para migran Afrika dan gerilyawan.
Ia mengumumkan dimulainya pembangunan pagar yang baru sepanjang 30 kilometer di perbatasan dengan Yordania. Israel dan Yordania menandatangani perjanjian perdamaian pada 1994. Israel juga telah menyelesaikan pagar sepanjang 230 kilometer di perbatasan dengan Mesir pada 2013. Kedua negara menandatangani kesepakatan damai pada 1979.
Israel yang mulai menjaga ketat negaranya itu dari para imigran dengan dalih menjaga keamanan negaranya tersebut, hal ini justru bertentangan dengan sikap israel yang ikut menyerang Yaman pada beberapa bulan dengan dalih kemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H