وحكي عن أحمد بن حنبل : أنه قال : يلحق الميت ثواب ما يفعل عنه من الصلاة والقراءة والذكر
Diriwayatkan dari Imam Ahmad bin Hambal, bahwa beliau berkata : Mayit bisa mendpat pahala yang dikerjakan untuk dia dari sholat, bacaan Al Qur'an dan Dzikir-dzikir.
fatwa ulama IBNU TAIMIYAH
وأما قراءة القرآن والصدقة وغيرها من أعمال البر فلا نزاع بين علماء السنة والجماعة في وصول ثواب العبادات المالية كالصدقة والعتق كما يصل إليه الدعاء والاستغفار والصلاة عليه صلاة الجنازة والدعاء عند قبره، وتنازعوا في وصول الأعمال البدنية كالصوم والصلاة والقراءة، والصواب أن الجميع يصل إلى الميت وهذا مذهب أحمد وأبي حنيفة وطائفة من أصحاب مالك والشافعي، وهو ينتفع بكل ما يصل إليه من كل مسلم سواء كان من أقاربه أو غيرهم انتهى ( مجموع الفتوى ج24 ص366 ).
Adapun membaca al-Qur’an, sedekah dan kebaikan-kebaikan lainnya, maka tidak ada pertentangan di kalangan ulama Sunnah Wal-Jama’ah tentang sampainya pahala ibadah yang bersifat harta seperti sedekah dan memerdekakan budak.
Sebagaimana sampai pula pahala doa, istighfar, shalat jenazah dan berdoa di makamnya. Para ulama bertentangan tentang sampainya pahala amalan-amalan yang bersifat fisik seperti puasa, shalat dan membaca al-Qur’an. Pendapat yang benar, semua itu sampai kepada mayit. Ini adalah madzhab Ahmad, Abu Hanifah dan sekelompok dari pengikut Malik dan al-Syafi’i. Mayit dapat mengambil manfaat dengan setiap kebaikan yang sampai kepadanya dari setiap Muslim, baik dari kerabatnya maupun orang lain. (Majmu’ Fatawa Ibnu Taimiyah, juz 24 halaman 366).
Ulama MUHAMMAD BIN SHALIH AL UTSAIMIN
Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin berkata dalam fatwanya sebagai berikut:
الراجح أن الميِّت ينتفع بذلك وأنَّه يجوز للإنسان أن يقرأ بنيَّة أنَّه لفلان أو فلانة من المسلمين سواء كان قريباً أم غير قريب لأنَّه ورد في جنس العبادات جواز صرفها للميِّت انتهى . (المجموع الثمين من فتاوى ابن عثيمين ج2ص115 ).
Pendapat yang unggul, sesungguhnya orang yang mati dapat mengambil manfaat dengan kiriman pahala tersebut. Seseorang boleh membaca al-Qur’an atau Surat al-Fatihah dengan niat untuk si Fulan atau Fulanah dari kaum Muslimin, baik dia kerabatnya atau pun bukan kerabatnya. Karena telah datang dalil bolehnya menghadiahkan pahala dalam jenis ibadah tersebut kepada orang yang meninggal dunia. (Ibnu ‘Utsaimin, al-Majmu’ al-Tsamin min Fatawa Ibn ‘Utsaimin, juz 2 halaman 115).
Lalu bagaimana pendapat ulama soal "Mengirimkan Al-Fatihah untuk orang yang sudah tiada". seperti dilansir merdeka.com Menurut Imam Besar Masjid Istiqlal, KH. Ali Mustafa Yaqub mengatakan hal ini hanyalah soal perbedaan pendapat. Beragamnya paham dalam ajaran agama Islam menimbulkan banyaknya makna akan suatu perbuatan.
"Masalah ini hanya perbedaan pendapat saja. Memang ada yang berbeda pendapat , tapi juga ada yang keliru memahami jadi dianggap salah," kata Yaqub ketika dihubungi merdeka.com, Kamis (3/9).