Sore itu, ketika sang hujan mengaduh kepada langit akan karunia-Nya
Tatkala bidadari malam mulai berkumpul di rerumputan
Saat semilir bayu menelusuri tiap jengkal tubuh ini
Dan jemari-jemari itu menari memainkan chopin di atas organ tuanya
Suasana bathin terasa sangat khidmat
Aku mencoba berbicara kepada-Mu wahai dzat tak berwujud
Akan hakikat kehidupan yang fana ini
Yang mencoba merayuku dengan keindahan duniawi
Lengkingan monyet-monyet itu ramaikan gelapnya rimba
Mengusik setiap jiwa-jiwa yang terlelap
Yang terbuai dengan sentuhan mereka yang merajuk
Merangkulmu lalu menghempaskanmu begitu saja
Aku malu wahai Sang Pencipta
Aku sempat terjatuh dan meninggalkan-Mu
Tak percaya akan segala kuasa-Mu
Aku malu…
Sudikah kau menerima terhina ini
Membuainya kembali dan menuntunnya
Kepada titik kebahagiaan itu
Di mana semua ummat-Mu mengharapnya
Tak patut ku meninggalkan-Mu
Terdiam dan membisu seribu bahasa
Melebihi batu sekalipun yang pada hakikatnya berbicara
Mengucap dan mengingat asma-Mu
Kapanpun Kau mau
Aku siap untuk-Mu
Membawa segala yang aku punya
Meski beberapa lembar kafan terbalut itu saja
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H