Selain itu, Perang Dingin memicu sejumlah revolusi dan perubahan politik di berbagai belahan dunia. Di Amerika Latin, Afrika, dan Asia, gerakan-gerakan pro-komunis maupun anti-komunis sering kali didukung oleh salah satu kekuatan adidaya. Revolusi Kuba pada tahun 1959, yang membawa Fidel Castro ke tampuk kekuasaan, mendapat dukungan dari Uni Soviet. Di sisi lain, AS mendukung berbagai rezim anti-komunis di Amerika Latin, Timur Tengah, dan Asia, sering kali dengan cara yang kontroversial.
Perang Dingin berakhir pada awal 1990-an, dengan runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1991. Berbagai faktor menyebabkan kejatuhan Soviet, termasuk masalah ekonomi yang parah, ketidakpuasan sosial di dalam negeri, dan kebijakan reformasi yang dipelopori oleh Mikhail Gorbachev, seperti glasnost (keterbukaan) dan perestroika (restrukturisasi ekonomi). Selain itu, gerakan pro-demokrasi di Eropa Timur mengakhiri dominasi Soviet di wilayah tersebut, dimulai dengan runtuhnya Tembok Berlin pada tahun 1989.
Runtuhnya Uni Soviet menandai akhir dari Perang Dingin dan membawa perubahan besar dalam tatanan geopolitik dunia. Negara-negara bekas anggota Blok Timur beralih ke sistem demokrasi dan ekonomi pasar bebas, sementara AS muncul sebagai satu-satunya kekuatan superpower global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H