Tanjung Unggat, kawasan pesisir yang berada di Kota Tanjungpinang, menyimpan potensi besar sebagai destinasi ekowisata dan kawasan strategis untuk konservasi lingkungan. Namun, sayangnya, citra indah yang seharusnya melekat pada wilayah ini tertutupi oleh tumpukan sampah. Masalah ini telah menjadi perhatian banyak pihak, mulai dari masyarakat lokal hingga pemerintah. Mengapa Tanjung Unggat sulit lepas dari jerat sampah, dan apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya?
Krisis Sampah: Cermin Kesadaran yang Rendah
Salah satu akar permasalahan adalah kurangnya kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah. Kebiasaan membuang sampah sembarangan, baik di lingkungan tempat tinggal maupun ke laut, masih sering terlihat. Tidak sedikit masyarakat yang beranggapan bahwa membuang sampah ke laut adalah solusi praktis, tanpa menyadari dampak ekologis yang sangat merugikan.
Fenomena ini tidak lepas dari minimnya edukasi mengenai pengelolaan sampah dan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Padahal, perilaku ini jelas melanggar UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang mengatur bahwa setiap individu wajib mengelola sampahnya dengan benar.
Dalam wawancara dengan Rahmat Suhendra, seorang ketua RT di Tanjung Unggat, ia mengungkapkan, "Sebagian warga masih menganggap kebersihan lingkungan bukan tanggung jawab mereka. Edukasi memang harus lebih intensif agar masyarakat memahami pentingnya hal ini."
Minimnya Fasilitas: Ketika Infrastruktur Tidak Mendukung
Keterbatasan fasilitas pengelolaan sampah juga menjadi salah satu penyebab utama. Di beberapa titik, sulit ditemukan tempat pembuangan sampah sementara (TPS) yang memadai. Hal ini membuat masyarakat terpaksa membuang sampah di sembarang tempat. Heri Yanto dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Tanjungpinang mengakui bahwa jumlah TPS di Tanjung Unggat masih sangat kurang. "Kami berusaha untuk menambah TPS, tetapi anggaran sering kali menjadi kendala," ujarnya.
Minimnya fasilitas ini diperparah dengan penanganan sampah yang belum optimal. Sampah yang menumpuk sering kali tidak terangkut tepat waktu, sehingga menimbulkan bau tak sedap dan merusak pemandangan.
Sampah Kiriman: Masalah Lintas Wilayah
Sebagai kawasan pesisir, Tanjung Unggat juga menjadi tempat "persinggahan" sampah kiriman yang terbawa arus laut. Andika Pratama, seorang nelayan lokal, menjelaskan bahwa sampah-sampah ini biasanya datang saat musim angin utara. "Kami sering melihat botol plastik, styrofoam, dan sampah lainnya yang bukan dari warga sini," katanya.