Mohon tunggu...
Danang A. Ichwan
Danang A. Ichwan Mohon Tunggu... Lainnya - Abdi Dalem - Sinau Komunikasi

Baca - Tulis - Latih - Praktik - Baca Lagi - Tulis Lagi - Latih Lagi - Praktik Lagi. Terusss... Semoga konsisten sampai akhir nanti.

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Belajar dari Mas Didi

5 Mei 2020   17:29 Diperbarui: 5 Mei 2020   17:21 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Innalillahi wa innailaihi rajiunTelah berpulang ke rahmatullah Mas Didi Kempot, hari ini Selasa (05/05) sekitar pukul 7 pagi. Mengagetkan tapi benar, itulah yang terjadi. Mari sejenak tundukkan kepala, seraya berdoa, semoga arwahnya diterima & mendapat tempat terbaik di sisi Allah SWT, serta keluarga yang ditinggalkan senantiasa sabar, ikhlas & tawakal. Aamiin.

Diakhir hayatnya, siapa yang sangsi bahwa Mas Didi telah mewarnai negeri? Lagu tradisional dengan genre campursari/koplo tiba-tiba menjadi hiburan & diterima segala kalangan. Tak peduli status sosial rendahan maupun kalangan atasan, tukang becak hingga pegawai kantoran, bodo amat dengan ras apalagi golongan. Semuanya menjadi satu, mereka dan kita adalah penikmat hiburan.

Untuk ini, mari sekali lagi ucapkan terima kasih pada Mas Didi yang telah menyatukan seluruh negeri dengan budaya & seni dalam negeri.

Banyak yang bisa dipelajari dari Mas Didi, jangan hanya dilihat kondisi terkini, tapi ikuti jejaknya sejak dini.

1. Kerja keras

Betapa tidak, layaknya orang umum, ia merantau pergi demi sesuap nasi. Jakarta tujuannya, sehari-hari ngamen & kleleran di jalan raya. Tapi barangkali disitu ia belajar peduli kehidupan. Kalau tak salah, julukan Kempot juga berasal dari emperan trotoar. Inilah ringkasan kerja keras yang telah dilalui puluhan tahun sebelum saat ini.

2. Konsisten

Jelas! Pilihannya musik tradisional. Terus diciptakan dan dinyanyikan, tak peduli akan disukai atau dicaci. Barangkali yang ia pikir hanya : yang penting saya sendiri menikmati. Ia tak peduli dengan anggapan musiknya tak laku di pasaran. Baginya yang penting berkarya dan menghibur warga. Tapi puluhan tahun kemudian, apa yang terjadi? Kini campursari 'makanan' sehari-hari penduduk negeri ini. Terima kasih lagi Mas Didi.

3. Sederhana

Saya tak mengenal dekat, hanya mencermati lewat berbagai informasi. Tapi sekilas, kesederhanaan dapat saya tangkap dari seorang Didi. Dalam sebuah siaran TV, Mas Didi dipertemukan dengan perempuan sepuh yang dulu Ibu kostnya, walau kini sukses sudah menghinggapi, namun sopan & rendah hati tetap terjaga. Belum lagi berita yang mengabarkan jika Mas Didi selalu mangajak studio rekaman lokal untuk kepentingan albumnya. Semua dilakukan demi murakabi (bermanfaat-red) bagi lingkungannya.

4. Rendah Hati

Lihat saja gayanya, padahal terkenal se-antero Indonesia bahkan manca negara. Apalagi jika anda mencermati album-albumnya. Sepintas kita bisa merasakan kesederhanaan & rendah hatinya. Kesimpulannya, biasa-biasa saja. Konon dengan tetangga sekitarnya, ia juga tak berjarak. Apalagi teman-teman seperjuangan masa lampaunya. Termasuk juga para seniman tradisional & pengamen jalanan, semua bisa ikut merasakan kesahajaannya. Dan yang selalu diingatkan adalah : tetaplah menjadi orang biasa & berguna bagi sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun