Masyarakat yang seperti inilah yang sebenarnya sehat dan penting demi karakter bangsa Indonesia secara lebih luas. Kita, Indonesia adalah plural. Kita tak bisa dikotak-kotakkan hanyak untuk kepentingan tertentu.Â
Suatu saat ayah saya menyambung ide ke benak saya, "Le, tekan mati tetep butuh wong liyo. Bisa kowe nguburke awakmu dewe?" (Indonesia: Nak, sampai mati kita tetap butuh orang lain. Bisakah kamu menguburkan dirimu sendiri?)
Quote bapak saya itulah yang melecut semangat toleransi saya samapai saat ini. Masyarakat membentuk karakter saya, dan keluarga saya menjadi 'gong' nya. Memantapkan, meluruskan, dan menguatkan motivasi kami anak-anaknya dalam menghadapi tantangan hidup bermasyarakat.
Tantangan Hidup Sekarang?
Sekarang menjadi sebuah tantangan dalam keluarga dan masyarakat masa kini.Â
Menyerap dan menanamkan nilai baik dalam masyarakat menjadi hal yang sudah jarang dilakukan. Orang semakin asosial, menarik diri dari masyarakat, dan menyamankan diri dalam kesendirian.
Kita terperangkap dalam sikap hedonis dan merasa nyaman hidup sendiri. Bahkan orang beranggapan, segalanya sudah dapat dipenuhi sendiri. Kita tak perlu lagi ujung dan bertetangga. Bahkan, anak-anak kita pun tak tahu bagiamana caranya bertetangga.
Ini menjadi dilema tersendiri dalam hidup bermasyarakat saat ini. Teknologi menyuplai fasilitas dimana memampukan kita kerja mandiri. Tetapi di lain pihak, secara tak sadar teknologi memisahkan kita dari sesama. Â
Kembali ke Ujung. Pembaca yang budiman, kita renungkan quote bapak saya ya.Â
"Bisa kowe nguburke awakmu dewe?"
Selamat menyongsong Lebaran, saudaraku. Tetaplah menjadi berkat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H