St. Thomas Aquinas menjelaskan bahwa ada lima alasan mengapa Kristus bangkit.
Pertama, untuk menyatakan keadilan Allah. Kristus yang rela taat pada kehendak Allah, menderita dan wafat sudah selayaknya ditinggikan dengan kebangkitan-Nya yang mulia.
Kedua, untuk memperkuat iman kita. Rasul Paulus menuliskan, "Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sialah juga kepercayaan kamu." (1Korintus 15:14) Dengan kebangkitan-Nya, maka Kristus sendiri membuktikan bahwa Dia adalah Tuhan, dan membuktikan bahwa kematian-Nya bukanlah satu kekalahan, namun merupakan satu kemenangan yang membawa kehidupan.Â
Ketiga, untuk memperkuat pengharapan. Karena Kristus membuktikan bahwa Dia bangkit dan membawa orang-orang kudus bersama dengan-Nya, maka kita dapat mempunyai pengharapan yang kuat, bahwa pada saatnya, kitapun akan dibangkitkan oleh Kristus. Dan inilah yang menjadi pewartaan para rasul, seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus "Jadi, bilamana kami beritakan, bahwa Kristus dibangkitkan dari antara orang mati, bagaimana mungkin ada di antara kamu yang mengatakan, bahwa tidak ada kebangkitan orang mati?" (1Korintus 15:12). Bersama-sama dengan Ayub, kita dapat berkata "Tetapi aku tahu: Penebusku hidup, dan akhirnya Ia akan bangkit di atas debu. yang aku sendiri akan melihat memihak kepadaku; mataku sendiri menyaksikan-Nya dan bukan orang lain. Hati sanubariku merana karena rindu." (Ayub 19:25,27).
Keempat, agar kita dapat hidup dengan baik. St. Thomas mengutip Roma 6:4, "Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." Dengan demikian, kebangkitan Kristus mengajarkan kita untuk senantiasa hidup dalam hidup yang baru, yaitu hidup dalam Roh.
Kelima, untuk menuntaskan karya keselamatan Allah. Karya keselamatan Allah tidak berakhir pada kematian Kristus di kayu salib, namun berakhir pada kemenangan Kristus, yaitu dengan kebangkitan-Nya. Rasul Paulus menuliskan "yaitu Yesus, yang telah diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita." (Roma 4:25)
Â
Seperti Apakah Kebangkitan Yesus?
Â
a). Tubuh kebangkitan Kristus bukanlah seperti hantu, namun tubuh-Nya yang sama, yang disiksa dan disalibkan, hanya tubuh tersebut sudah dimuliakan.
Yesus yang telah bangkit berhubungan langsung dengan muridmurid-Nya: Ia membiarkan diri-Nya diraba (bandingkan Lukas 24:39; Yohanes 20:27). dan Ia makan bersama mereka (bandingkan Lukas 24:30.41-43; Yohanes 21:9.13-15). Ia mengajak mereka untuk memastikan bahwa Ia bukan hantu (bandingkan Lukas 24:39), sebaliknya untuk membenarkan bahwa tubuh yang baru bangkit sebagaimana Ia berdiri di depan mereka, adalah benar-benar tubuh yang sama dengan yang disiksa dan disalibkan, karena Ia masih menunjukkan bekas-bekas kesengsaraan-Nya (bandingkan Lukas 4:40; Yohanes 20:20.27). Tetapi tubuh yang benar dan sungguhsungguh ini serentak pula memiliki sifat-sifat tubuh baru yang sudah dimuliakan: Yesus tidak lagi terikat pada tempat dan waktu, tetapi dapat ada sesuai dengan kehendak-Nya, di mana dan bilamana Ia kehendaki (bandingkan Matius 28:9.16-17; Lukas 24:15.36; Yohanes 20:14.19.26; 21:4). Tubuh kebangkitan adalah tubuh illahi. Itulah sebabnya Yesus yang bangkit juga bebas untuk menampakkan Diri, sesuai dengan kehendak-Nya: dalam sosok tubuh seorang tukang kebun (bandingkan Yohanes 20:14-15) atau "dalam satu bentuk lain" (Markus 16:12) dari bentuk yang sudah terbiasa untuk para murid.