Mohon tunggu...
Danang Dwiyantoro
Danang Dwiyantoro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa FT UNY

Fakultas Teknik UNY

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Fenomena Kelangkaan Minyak Goreng

30 Maret 2022   09:30 Diperbarui: 30 Maret 2022   09:35 1200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Minyak goreng merupakan kebutuhan yang pokok yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia, karena minyak goreng tersendiri merupakan salah satu dari sembilan bahan pokok, di Indonesia minyak goreng digunakan atau dikonsumsi hampir setiap hari oleh masyarakat dimanapun mereka tinggal. Minyak goreng banyak sekali fungsinya, yaitu untuk menggoreng, menumis dalam jumlah sedikit maupun banyak. Dikarenakan minyak goreng bisa menghasilkan aroma yang sedap, rasa masakan yang lebih lezat, gurih, dan renyah. Serta masakan yang digoreng terlihat lebih menarik memberikan warna khas keemasan, dibandingkan masak dengan cara seperti dikukus dan dipanggang.

Secara umum minyak goreng dibagi 2 macam, yaitu hewani dan nabati, nabati sendiri adalah yang paling sering dipakai, terlebih untuk menggoreng, karena nanati lebih mudah didapatkan, nabati ini terbuat dari kelapa sawit, kelapa, dan kedelai, Dan nabati yang paling sering dan paling banyak digunakan di Indonesia adalah kelapa sawit karena Indonesia adalah negara penghasil kelapa sawit, dan juga harganya cukup terjangkau.

Minyak goreng sawit juga dibagi menjadi 2 jenis, yaitu curah dan kemasan bermerk, kedua ini memilikin proses industri yang jelas sama, namun hanya berbeda di kualitas prosesnya, jika minyak goreng bermerk melakukan penyaringan hingga 3-4 kali, dan mintak curah hanya dilakukan 1 kali penyaringan, oleh karena itu memiliki warna yang berbeda, minyak yang bermerk lebih jernih daripada minyak curah yang cenderung keruh.

Penyebab kelangkaan minyak sendiri yaitu dikarenakan naiknya harga nabati, minyak yang paling diminati oleh masyarakat di dunia yaitu CPO (crude palm oil), saat ini CPO sedang melonjakan harga hingga 200 USD di pasaran dunia, para produsen lebih memilih menjualnya ke luar negeri daripada ke dalam negeri dikarena mendapatkan keuntungan lebih besar.

Penyebab kedua datangnya dari pemerintah yang terkait dengan program B30, dimana program ini adalah mewajibkan campuran 30% diesel dengan 70% solar, Menurut penjelasan Rossamto, pada saat ini konsumsi yang seharusnya digunakan untuk minyak goreng justru digunakan untuk biodiesel, Hal tersebut karena ada tuntutan kewajiban pengusaha CPO agar mencapat market produksi biodiesel 30%

source : republika
source : republika
Dan pandemi tetap menjadi penyebab utama karena belum usai, Terlebih beberapa negara lain yang sedang mengalami covid 19 gelombang ke 3, konsumen dari luar negeri yang biasanya menggunakan minyak nabati, beralih keoleh karena itu permintaan meningkat terkait eskpor CPO.

Dan penyebab yang menjadi kemungkinan terakhir adalah proses distribusi dan logistik, Dalam hal ini juga tak lepas dari produsen minyak yang hanya ada beberapa di asia, sedangkan proses distribusi minyak dilakukan ke hampir semua daerah Indonesia, sementara masalah logistik, harga kontainer meningkat dari sebelumnya, perkapalan juga melonjak drastis harganya, faktor ini menjadikan kebutuhan minyak goreng menjadi naik. Dan kenaikan ini akan menjadi masalah inflasi secara umum. Dampak akibat itu akan terjadi dibeberapa sektor, diantaranya industri makanan dan rumah tangga, yang sangat bergantung pada minyak goreng.

source : lontar.ui
source : lontar.ui

Dari penyebab diatas keterkaitan dengan nilai pancasila, terutama pada sila kemanusiaan dan keadilan, dimana semua masyarakat Indonesia mulai dari yang mampu hingga yang kurang mampu layak mendapatkan kebutuhan pokok yang sama, sebagaimana arti dari sila kedua yang utama adalah terkait hak asasi manusia, serta arti penting sila kelima adalah keadilan sosial untuk semua rakyat, tidak diperlakukan beda, dan tidak ada diskriminasi antar siapapun.

Oleh karena itu, fenomena kelangkaan minyak goreng ini tidak semata-mata karena program pemerintah B30 saja tetapi ada 3 penyebab lain yang mengikuti, dan bukan menjadi alasan kesenjangan diantara kaum mampu dan kurang mampu, semua merasakan imbas yang sama, dan kita sebagai masyarakat harus tetap kooperatif dan tidak mengambil kesimpulan atau prasangka buruk kepada siapapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun