<!-- @page { margin: 2cm } P { margin-bottom: 0.21cm } -->
KEMARIN AKU MELUPAKANMU, KEMARIN AKU TAK INGAT KAMU
kemarin aku melupakanmu, kemarin aku tak ingat kamu
namun engkau tersenyum, sucinya cintamu
dan kini sampai akhir hidupku, kumohon jangan tinggalkan aku
selalu dekat denganmu, engkaulah segalanya
>>>(petikan reff Cahaya Hidupku -Ebith beat A.-)<<<
Sepenggal lagu diatas mengandung makna yang luar biasa jika direnungi. Kenapa tidak? Bait diatas menggambarkan kekuatan kesetiaan terhadap yang dicintainya sekaligus sebuah ekspresi rasa sayang yang begitu mendalam serta kesabaran yang tak berujung hingga mampu memaafkan kekasihnya yang sudah melupakannya dan yang melakukan kesalahan dibuat takluk oleh kekasihnya hingga ia tak mau melepaskannya.
Alangkah indahnya jikalah setiap orang bisa saling mencintai yang lain, alangkah bijaknya jikalah setiap orang bisa saling memaafkan, alangkah manisnya jikalah setiap orang mampu bersabar dan mempertahankan kesetiaannya. Manusia mana yang bisa berbuat seperti itu? hanya segelintir saja yang mampu melakukannya.
Bait diatas sangat dirasakan sekali bagi mereka yang dengan sebenar-benarnya tobat pada Tuhannya. Seperti mantan preman, narkoba, perampok, pembunuh bayaran dan profesi tindak kejahatan lainnya ketika waktunya bertobat maka hingga akhir hanyatnya ia abdikan dirinya untuk beribadah kepada Allah Swt sebagai bentuk penebusan dosa-dosanya yang telah lalu.
“maka nikmat-Ku yang mana yang engkau dustakan???”
>>>( Q.S Ar-Rahman : 55)<<<
Kalimat tersebut adalah sebuah ayat dalam Al-Quran yang memiliki makna yang sama dengan hal diatas. Ayat ini sebenarnya sedang menyindir kita, ketika kita melakukan perkara maksiat baik secara terang-terangan maupun tersembunyi, baik dalam keadaan sendiri ataupun beramai-ramai, baik kecil maupun besar Allah Swt senantiasa memberikan kesempatan untuk bertobat dan membuka pintu maghfirah-Nya (ampunan) dengan Maha Rahmaan dan Rohiim-Nya. Sekalipun kita dalam keadaan bermaksiat tetap saja Allah Swt masih memberikan udara secara gratis, masih memberikan nikmat penglihatan, pendengaran dan nikmat lainnya yang tak terhitung jumlahnya. Ketika seseorang tidak menjalankan kewajiban sebagai seorang muslim seperti sholat, saum, zakat dll tetap saja Allah Awt masih memberikan karunia dan nikmat-Nya, namun kebanyakan dari manusia masih kurang bersyukur termasuk diri ini. Ketika diberi ujian sakit ataupun terkena musibah kita mengangap ini sebuah kerugian sehingga yang timbul adalah keluhan dan rintihan padahal dibalik itu tersimpan nikmat yang semestinya kita syukuri. Rasa lelah, rasa capek, rasa sakit yang diderita oleh orang yang sedang sakit atau terkena musibah akan dicatat sebagai penggugur dosa-dosa.
Sebagai contoh seseorang yang sedang sakit gigi biasanya suka menggerutu sambil mengeluh di tambah harus mengeluarkan uang untuk pergi kedokter dan apotik. Padahal Allah Swt hanya mencabut satu nikmat-Nya saja yaitu gigi sedangkan nikmat yang lain masih Allah Swt berikan kepadanya. Ini merupakan salah satu bentuk kurang bersyukur karena disertai dengan keluhan, menggerutu dan keluhan tidak mengurangi ataupun membuat sembuh rasa sakit yang diderita. Apakah rugi ketika mengeluarkan uang untuk biaya dokter dan obat ternyata hikmahnya ini adalah sebuah cara Allah Swt memberikan rezeki pada dokter dan petugas apotik jadi sebenarnya kita telah bersedekah untuk rezeki dokter dan petugas apotik. Kesimpulannnya tak ada rugi dari kejadian ini.
Wallahualam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H