Masalahnya kemudian, ketika para stand up comedian mulai berkomentar tentang kondisi politik dan sosial, segera menjadi bahan serangan oleh mereka yang merasa diganggu kenyamanannya. Tidak heran, bila akhirnya bahkan Stand Up Comedian pun diharuskan berhati -- hati dalam berucap bahkan dalam acara off air.
Lalu muncul sebuah pertanyaan. Haruskah kita benar -- benar membatasi sebuah karya seni. Maksudnya, para seniman tanah air pasti sudah mengetahui konsumennya. Belum lagi kalau kita bahas tentang pengaturan jam tayang televisi yang sebenarnya tidak terlalu rumit untuk dilakukan.
Dengan pengaturan jam tayang, sesungguhnya mengekang kebebasan berekspresi dapat dihindari. Kita akan sulit percaya apabila ada pelaku hiburan yang memutuskan untuk menampilkan adegan -- adegan "tak patut" untuk tayang pada pukul 12.00 siang sampai 19.00 malam. Bukankah alasan yang sama, sehingga lawakan seperti Srimulat dan Extravaganza akan tayang setidaknya pada pukul 21.00 malam.
Menjadi sebuah bukti nyata bias dilihat saat ini. Saat internet berkembang begitu cepat, dan dunia hiburan seperti serial televisi pindah ke platform digital.
Menariknya, serial -- serial di platform digital tersebut laku keras di pasaran meski harus kita akui terdapat banyak adegan yang bisa dikatakan diperuntukkan bagi penonton "dewasa".
Serial -- serial digital ini menerobos tabu yang diciptakan selama belasan tahun terakhir. Seolah membasuh hasrat penikmat hiburan yang sudah haus akan hiburan sesungguhnya yang tidak melulu bercerita tentang perebutan harta atau menyoal kesenjangan ekonomi dalam percintaan.
Kemudian kita dibutuhkan untuk memutuskan, hiburan seperti apa yang kita inginkan. Karya seni seperti apa yang sesungguhnya kita rindukan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H